Happy reading 💗
Baca sampai bawah.
Kalau ada typo, sorry.
.
.
.
🍁🍁🍁Beberapa hari ini, aku menjalani hari-hari ku seperti biasa. Mungkin, kali ini tidak ada lagi pikiran-pikiran yang menganggu. Namun, ada perasaan aneh yang mengganjal. Aneh karena aku masih bertahan di dunia ini. Bukankah, masalah antara tokoh utama sudah selesai? tapi kenapa aku masih ada disini. Huh, mungkin masih ada yang harus aku selesaikan. Oh ya! Masalah seina! Masalah seina yang belum aku selesaikan.
Aku berjalan di lorong sekolah menuju kantin, menyusul Ayuna dan Keynika yang lebih dulu kekantin.
“Seina!!” panggilan seseorang, membuatku menoleh keasal suara.
Aku menatapnya bingung, “ada apa?”
“g-gua mau ngobrol sama lo sebentar, b-boleh?” pinta Ellio.
“eum, boleh. Mau ngobrol apa?”
Ellio mengedarkan pandangannya ke sekeliling. “Jangan disini, gimana kalau lo ikut gua”
Aku menatapnya ragu, “kemana?”
“rooftop sekolah”
“kamu gak akan ngapa-ngapain aku kan?” curiga ku.
“enggak, gua benar-benar gak akan ngapa-ngapain lo. Gua cuma mau ngobrol sama lo, kali ini tolong percaya sama gua” ucapnya dengan yakin.
“Ayo!” ajaknya. Aku mengangguk pelan.
Ellio berjalan lebih dulu, aku mengikutinya dari belakang. Aku menghela nafas pelan, aku harus merelakan jam istirahat ku kali ini. Tapi, tidak apa. Mungkin, obrolan dengan Ellio lebih penting.
Kami berdua sampai, di rooftop sekolah. Pertama kalinya, aku menginjakkan kaki ke rooftop ini. Rooftop yang cukup luas.
“jadi, mau ngobrol apa?” tanyaku to the poin.
“eum, g-gua...minta maaf”
Aku menatapnya tak berkedip, tak percaya seorang Ellio Bagaskara mengucapkan kata maaf. Yang ku dengar Ellio bukan orang yang gampang mengatakan kata maaf, dia orang yang gengsian.
“gua.... gua benar-benar minta maaf atas perilaku gua sama lo saat itu. Gua tau, tindakan gua jahat. Maka dari itu gua minta maaf. Maaf juga, gua baru minta maaf sama lo.” Ucap Ellio, aku menatap matanya memastikan apakah Ellio benar-benar serius minta maaf. Matanya tidak berbohong, matanya terlihat tulus. Ellio juga terdengar tulus mengucapkan kata maaf.
“k-kalau lo gak maafin gua, gapapa kok. G-gua cuma mau mau minta maaf sama lo. Mau lo maafin atau enggak, itu keputusan lo” lanjut Ellio.
Aku terdiam sejenak, memikirkan jawaban yang tepat. “Ellio, aku memang bukan orang yang gampang memaafkan. Tapi, ngeliat ketulusan kamu minta maaf, aku berusaha maafin kamu. Agak sulit sebenarnya, tapi aku bakal berusaha” aku tersenyum tipis kepadanya. Berucap dengan sungguh-sungguh. Yah, aku berusaha untuk memaafkan Ellio.
Setelah dipikir-pikir, waktu itu aku terlalu memikirkan semua masalah dengan rasa dendam. Tanpa berpikir rasa dendam yang ku pendam akan menghancurkan hidup damaiku perlahan. Memaafkan orang atas apa yang mereka lakukan atau katakan memang tidak mudah karena membutuhkan hati yang seluas samudra serta ketulusan hati untuk melakukannya. Namun, kali ini aku akan berusaha setulus hati untuk memaafkan Ellio.
“Tapi, ingat satu hal. Aku maafin kamu bukan berarti aku bakal lupain kejadian yang lalu. Jadi, jangan pernah ngulangin hal yang sama lagi” ucap ku.
Ellio tersenyum tipis. “Makasih, makasih udah mau berusaha buat maafin gua. Gua janji, gak akan ngulangin tindakan gua dulu”
“gak usah janji, kamu harus buktikan kalau kamu akan berubah menjadi lebih baik lagi” Ellio mengangguk pelan dengan pasti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rekayasa | END
Teen FictionSetiap pemeran memiliki masalahnya sendiri. Pratagonis, antagonis, maupun figuran. - "Semua telah di rekayasa oleh takdir dan Tuhan dengan sangat baik." #1nd transmigration story *** high rank : #2 [Tidak nyata] 12/3/22 #4 [Bertemu] 22/3/22 #2 [Sek...