🍁27|real and unreal?

3.7K 299 6
                                    

Happy reading!
Part panjang, kalau membosankan maaf..
Jangan lupa vote ya!

🍁🍁🍁



Angin menerpa wajahku, aku menatap langit biru cerah yang ditemani oleh awan. Dari atas rooftop sekolah ini, aku dapat melihat jelas pemandangan indah kota Jakarta.

Pikiranku mulai melayang memikirkan selanjutnya akan seperti apa? Alurnya sudah sangat melenceng jauh, dan para pemeran melanjutkan ceritanya masing-masing. Ini seperti dunia nyata.

Dunia nyata yang tidak pernah diatur oleh penulis, dimana semua orang bisa hidup seperti keinginan. Mereka bebas tanpa tindakan penulis. Benar-benar dunia nyata. Namun, aku masih menganggap ini tidak nyata. Semuanya benar-benar tidak nyata, ku harap begitu. Karena aku ingin kembali keduniaku dulu, dunia nyaman tanpa masalah.

Duniaku dulu lebih tidak nyata, bukan? Karena dalam kehidupan tidak mungkin tidak ada yang namanya masalah. Namun, dulu aku benar-benar tidak mempunyai masalah. Hanya saja, orang tuaku yang berpisah. Dan aku memilih tinggal sendiri. Itu adalah kehidupan yang sangat nyaman, aku ingin kembali ke kehidupan itu.

Helaan nafas panjang terdengar dariku. “Aku ingin pulang” monolog ku pelan.

“Pulang? Lo mau bolos?” aku menoleh kesamping dengan rasa terkejut.

“Kamu? Ngapain disini?” tanyaku.

Ia menautkan kedua alisnya, “kenapa? Ini kan tempat umum”

“Gapapa sih” jawabku kikuk.

“lo mau pulang?” tanya Alleo lagi.

Aku menggeleng pelan, “kamu salah denger” Alleo mengangguk pelan.

Setelahnya, keadaan menjadi hening. Lalu aku kembali membuka obrolan.

“menurut kamu, dunia ini bagaimana?” tanya ku membuat kerutan terlihat di dahi Alleo.

“maksudnya — pendapat kamu tentang dunia gimana?” jelasku, ia mengangguk pelan sambil memikirkan jawaban.

“nyata” jawabnya singkat.

Aku tersenyum kecil mendengarnya, semua pemeran novel pasti akan merasa jika dunia ini nyata. Tapi, jika mereka tau dunia ini tak nyata bagaimana?

“Kalau dunia ini gak nyata, gimana?” Mata hitam pekat itu menatapku dalam.

“Lo terlalu banyak berimajinasi, sampai gak bisa bedain yang nyata dan tidak nyata”


























Langkah ku memasuki salah satu cafe, memilih meja yang kosong. Lalu duduk di salah satu kursi. Tanganku terangkat, memanggil waiters.

“mau pesan apa mba?”

“macaron, chocolate cake, minumannya Caramel latte” ujarku masih fokus kebuku menu.

“Baik itu saja?” aku mengangguk pelan, masih sibuk melihat-lihat menu.

Saat teringat sesuatu, aku mendongak. Menatap punggung waiters yang menjauh dari meja ku. “kayak kenal, suaranya familiar, siapa ya?” gumamku bertanya.

Aku menggeleng pelan, untuk mengalihkan pikiran. Aku membuka ponselku, lalu mulai mengscroll tiktok sambil menunggu pesanan datang.

“ini pesanannya” waiters tersebut menata makanannya.

Aku mendongak, “terima kas—sih..”

“seina?”

“chika?” aku agak terkejut bertemu lagi dengan Chika. Sepertinya sudah seminggu lebih aku tidak melihatnya. Kali ini bertemu dengannya tanpa disengaja.

Rekayasa | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang