🍁13| Aneh

5.8K 513 5
                                    

⚠️baca smpai habis⚠️
⚠️ Chapter membosankan☺️⚠️

🍁🍁🍁

Sehabis belajar bersama dengan Alleo di perpustakaan tadi. Aku sekarang berada di depan pagar SMA Lentera. Menunggu Alleo, ia akan mengantar kan ku pulang lagi.

"Seina!"

Aku menoleh ke asal suara. Cakraka?

"kamu belum pulang?"tanya ku.

"belum, gue nunggu lo! belajar nya udah kan?" Tanya Cakraka.

"udah!"

"yaudah yuk pulang!"ajaknya.

"eh, aku--

"udah ayo!" Ia menggandeng tanganku. Mengajakku ke arah motornya.

"Seina!" suara Alleo menghentikan langkah kita.

"ayo, balik!" ajak Alleo. Aku melirik ke arah Cakraka, ia memasang wajah datar.

"dia pulang bareng gue!"tekan Cakraka dingin.

"eum, Alleo maaf, aku pulang sama Cakraka!" ucapku tak enak. Rasanya tak enak membatalkan sesuatu yang sudah ditentukan.

Tanpa menunggu jawaban dari Alleo, Cakraka menarik lenganku untuk menuju arah parkir montornya.

Aku menaiki motor Cakraka. Untuk pertama kalinya pulang bareng menaiki motor bersama Cakraka, cowo yang baru aku kenal. Cakraka melajukan motornya.

Aku memandang jalan, menikmati suasana sore kota Jakarta. Bangunan-bangunan yang menjulang tinggi, kemacetan, dan sebagainya.

Motor sport Cakraka berhenti, tapi bukan dirumah ku. Ini rumah makan.

"turun, kita makan dulu! gue laper!" ujar Cakraka. Aku mengangguk dan segera turun dari motornya.

Aku melangkah masuk bersama Cakraka. Ini bukan rumah makan mahal, tapi hanya sebuah warteg pinggir jalan. Kami duduk di bangku kosong, duduk saling berhadapan.

"Kang, pesan nasi goreng nya dua!" Seru Cakraka.

"Siap!!"

Cakraka mengalihkan pandangan ke wajahku, "gapapa kan makan di sini?" tanya nya.

"gapapa, kenapa?" tanya ku balik, emang kenapa kalau kita makan di warteg? ada yang salah kah?

"gue takut lo gak biasa makan disini" sahutnya.

Hei, aku ini bukan orang kaya yang selalu makan di restoran mewah. Jadi, apa yang harus di takuti jika aku makan di warteg.

"biasanya, cewek lain diluar sana gak suka makan di warteg, mereka lebih suka di restoran mewah" ujar Cakraka. Oh jadi ini, yang membuatnya bertanya padaku.

"aku, bukan mereka" sahut ku.

"ya, lo bukan mereka!lo beda dari mereka" tatapan nya terus kearah mataku. Dia menatap ku dalam, penuh arti. Ada suatu perasaan yang tak bisa dijelaskan saat menatap matanya. Seperti, dulu aku pernah menatap maniknya itu.

"pesanan datang!"seru mas penjual nasi goreng. Ia menyajikan dua nasi goreng di meja ku dan Cakraka.

"selamat menikmati!"

Rekayasa | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang