Happy reading 💗
🍁🍁🍁
Angin berhembus cukup kencang, aku menatap air di danau yang tenang. Aku duduk disalah satu kursi panjang berwarna putih yang disediakan di sekitar danau ini.Danau ini sepi, tidak ada yang mengunjungi nya hari ini. Karena biasanya, danau asri ini akan dikunjungi saat hari libur seperti hari Minggu, selebihnya mungkin ada beberapa pengunjung tapi tidak seramai saat hari libur. Danau ini memiliki suasana yang tenang, aku memilih tempat yang pas.
Ku tatap jam dipergelangan tangan, menghela nafas pelan.
Suara langkah terdengar mendekat, “Hai seina!” sapanya dengan senyum ramah seperti biasa. Aku berdeham pelan membalasnya. Lalu ikut berdiri, berhadapan dengannya.
“apa yang mau lo omongin ke gua?” tanya nya masih dengan senyum ramah yang tak luntur, tapi itu bukan senyum tulus yang ia berikan. Itu senyum yang dibuatnya untuk terlihat ramah.
“gak usah pura-pura, aku udah tau” ucap ku, senyum nya seketika luntur digantikan oleh wajah dingin yang menatap ku tajam. Secepat itu perubahan ekspresi nya.
“Bagus kalau lo udah tau, jadi gua gak perlu capek-capek pakai topeng!” Ucapnya dengan nada angkuh.
“Jadi —— ?” ia menggantung ucapannya.
“kenapa kamu neror aku?” sarkasku menjawab.
ia terkekeh pelan, “lo masih nanya?”
Dengan senyum mengejek ia melanjutkan ucapannya, “lo gak usah pura-pura gak tau! Lo pasti tau alasannya”
“ada hubungannya sama... Ayah aku?” tanyaku dengan ragu.
“itu lo tau!” ia membenarkan.
Tatapan nya semakin menajam, “ayah lo itu —” jeda, dengan jari telunjuknya ia mendorong bahu ku cukup keras, “—— pembunuh.” tekannya.
Aku menggeleng, “ayah aku bukan pembunuh, kamu dan papa kamu salah paham!” bela ku.
Bunyi gertakan gigi terdengar, “salah paham lo bilang??”
“gak ada kesalah pahaman disini!! Ayah lo itu emang pembunuh!!” gertak nya dengan nada naik satu oktaf.
“enggak!! Kamu salah paham!!” elak ku masih membela ayah.
“Ayah lo pembunuh!! Dia udah bunuh mama gua!! Gara-gara dia, mama gua meninggal!! Gara-gara ayah lo!!!” teriak nya dengan mata memerah. Ia meluapkan emosi nya, mengatakan yang ia pikirkan selama ini.
Nyata nya bukan seperti itu.
“Key, tenang.. aku bakal jelasin ke kamu kebenaran nya!!” tanganku memegang pundaknya, mencoba menenangkan Keynika. Namun, ia menepis tanganku dengan kasar.
“Apa yang mau dijelasin, kalau itu kebenarannya?!!!” tanya nya dengan emosi yang memuncak.
“bukan seperti itu, ayah aku waktu itu memang benar-benar gak bisa bantu biaya operasi mama kamu karena perusahaan ayah lagi menurun dan ayah perlu biaya untuk kerusakan yang terjadi dalam perusahaannya.” jelasku, aku mengetahui ini dari ayah. Keynika menggeleng keras.
“Enggak!! Lo bohong!!” elak Keynika, air matanya mengalir.
“Lo bohong, seina!! Lo bohong!!” teriak Keynika tidak terima atas penjelasan ku.
“key, ini faktanya. Ayah aku yang jelasin semuanya ke aku!!” ucapku meyakinkan.
“ayah lo bohong!! Itu pasti bohong!!” ia masih tidak terima.
Aku mengguncang tubuh Keynika pelan, menyadarkannya dari emosi yang meluap. “Dengar!! Ayah aku gak bohong, kenyataannya memang seperti itu. Ayah mau jelasin ke papa kamu, tapi papa kamu terlanjur salah paham atas perilaku ayah aku!!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Rekayasa | END
Novela JuvenilSetiap pemeran memiliki masalahnya sendiri. Pratagonis, antagonis, maupun figuran. - "Semua telah di rekayasa oleh takdir dan Tuhan dengan sangat baik." #1nd transmigration story *** high rank : #2 [Tidak nyata] 12/3/22 #4 [Bertemu] 22/3/22 #2 [Sek...