🍁24| Mall

4.1K 309 0
                                    

Happy reading 💗
Mungkin, part ini membosankan. Tapi baca sampai bawah ya.
Dan jngan lupa vote juga.
Hargai karya saya yang tidak seberapa ini.🙏🏻

Masih ada yang baca kah?



🍁🍁🍁

Semalam, Cakraka mengajakku berpergian ke mall Minggu sore.  Dan, disinilah kita berada, mall pusat kota.

Kami berjalan beriringan memasuki mall. Aku terbelalak saat ada yang menggandeng tanganku. Yang ternyata pelakunya adalah Cakraka. Sedikit aneh digandeng seperti ini.

“kenapa?” tanya ku padanya, Cakra menyernyit heran.

“Apanya yang kenapa?” tanyanya balik.

“ini..” tunjuk ku pada genggaman itu.

“takut lo hilang!” jawabnya aneh. Iya tau, mall ini lagi ramai banget. Tapi, emang aku sekecil itu ya? Sampai bisa hilang, dikira aku bocil apa?! gerutuku dalam hati.

“Kita ke Timezone dulu, baru makan ya?” aku berdeham pelan menjawabnya. Kami menaiki lift untuk ke lantai tiga, tempat Timezone berada.

Aku tercengang saat sampai di Timezone. Banyak sekali permainan disini. Banyak orang bermain, dari yang kecil hingga dewasa. Kira-kira kapan ya terakhir aku bermain di Timezone?entahlah, yang pasti sudah sangat lama sekali.

“mau main apa dulu?” tanya Cakra. Mataku mengedar, melihat-lihat permainan yang menarik dimata.

“itu!!” tunjukku pada permainan dance-dance revolution.

“emang lo bisa?”

“kamu ngeremehin aku?!” walaupun sudah lama tidak bermain permainan tersebut, aku masih bisa main kali.

“eh, maksud—”

“ayo, tanding!” tantang ku.

mata Cakra terlihat terbelalak, “eum, lo ma-main sendiri aja! Gua mau main itu aja!” tolaknya, cakra menunjuk permainan street basketball.

Aku memutar bola mataku malas, “bilang aja gak bisa main!” seruku sinis.

“b-bisa kok! Siapa bilang gua gak bisa?! Gua — gua cuma lagi males aja! Main itu capek tau!” elak Cakra.

“cemen!” ejek ku.

“mana ada gua Cemen!!” sahut nya tak terima.

“kalau gak cemen, ayo tanding!buktiin dong, kalau kamu gak cemen!” ucapku.

“yaudah, siapa takut!!” serunya, aku tersenyum tipis.

“Ayo!” ajak nya. Kami melangkah membeli koin terlebih dahulu, lalu masuk ke stand permainan dance-dance revolution. Aku memasukkan koin tersebut. Menatap Cakraka disamping  dengan sinis.

“yang kalah harus nurutin kemauan yang menang!”

“oke, siapa takut.” Jawab Cakra dengan percaya diri.

Dengan lincah aku menggerakkan kakiku mengikuti iringan musik.

Selang beberapa waktu, permainan pun selesai. Dan, tentu saja aku pemenang nya.

“tuh kan bener, kamu gak bisa main” ledek ku.

Cakra menatap ku malas. “Ya-ya, gua ngaku kalah! Tapi bukan berarti gua gak bisa main!”

“liat skor nya, jauh banget!”

“iya deh, yang paling jago” ucapnya malas. “Jadi lo mau apa?” tanya nya.

Rekayasa | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang