"Kalau boleh tahu, siapa yang sudah membantu kita melarikan diri, Mang?" tanya Tari.
"Tidak usah dipikirkan, Non. Cukup itu menjadi urusan Mamang saja."
"Bukan begitu," Tari buru-buru meralat ucapannya. "Aku hanya takut kalau Mas El akan menyakiti mereka."
"Tidak akan. Mereka bukan orang sembarangan."
"Oh, syukurlah." Tari tidak berani bertanya lebih jauh lagi. Meski ragu dan cemas, Tari tidak ingin membebani Mang Darman dengan keingintahuannya.
"Non, masa lalu Mamang sangat kelam. Tapi justru kekelaman itulah yang bisa membantu Mamang menyelamatkan Non Tari." ujar Mang Darman, seakan bisa membaca rasa ingin tahu Tari. "Bukan Mamang tidak ingin memberitahu, tapi semakin sedikit yang Non tahu maka semakin aman untuk Non Tari." jelasnya.
"Maaf, aku hanya mencemaskan keselamatan Mang Darman."
"Tidak apa, Mamang mengerti. Mamang juga senang karena Non mencemaskan Mamang."
Tari tersenyum, tak ingin memperpanjang lagi pembicaraan. Tari percaya sepenuhnya pada Mang Darman. Pastinya mereka yang membantu Mang Darman adalah mereka yang punya jabatan tinggi, uang, atau mungkin juga kekuasaan. Kalau mereka tidak punya semua itu, mereka tidak akan berani melakukannya, karena yang mereka hadapi Elang.
Sementara itu dikediaman Mahardika, Elang mengurung diri diruang kerjanya setelah berbicara dengan salah satu orang kepercayaannya. Elang mencengkram erat photo-photo yang baru saja dikirimkan padanya. Perasaannya tidak bisa diungkapkan dengan mudah. Lega rasanya mengetahui bahwa Tari baik-baik saja. Tapi disisi lain, Elang marah karena Mang Darman sudah menculik Tari dari sisinya. Walaupun sudah mengetahui rahasia Mang Darman, tetap saja Elang tak bisa menerimanya. Tari adalah miliknya. Hanya miliknya!
"Dia nampak bahagia sekali." ujar Ros, tiba-tiba saja sudah ada dibelakang Elang dan ikut melihat photo Tari.
"Apa kau pikir dia tidak bahagia bersamaku?" Elang menatap tajam pada Ros, tak suka.
Ros hanya tertawa kecil. Kedua tangannya menekan lalu memijit-mijit pundak Elang yang tegang. Lambat laun Elang pun merasa lebih rileks dan menyandarkan punggungnya kembali ke kursi.
"Beri dia waktu."
"Maksudmu?" Elang tak mengerti maksud ucapan Ros.
"Biarkan Tari bebas untuk sementara waktu. Biarkan dia tersenyum dan tertawa bahagia dengan caranya sendiri. Biarkan dia menikmati masa mudanya dan melakukan apa yang ingin dilakukannya." jelas Ros.
"Tapi aku sudah tidak muda lagi, Ros!" ketus Elang.
"Hanya sementara, mungkin tiga atau empat bulan saja."
"Tidak bisa!" Elang menepis tangan Ros dengan kasar seraya berdiri. "Aku tidak ingin terjadi sesuatu kalau dia jauh dariku. Darman sudah tua, dia tidak akan bisa melindungi Tari."
Ros menghela nafas panjang, mencoba sabar menghadapi Elang yang keras kepala. Ros juga sadar kalau Elang sudah jatuh cinta pada madunya itu. Tidak seperti Tari yang bisa menarik hati Elang dalam waktu singkat, Ros justru membutuhkan waktu belasan tahun baru bisa mendekati hati Elang. Pernikahannya dengan Elang karena dijodohkan, tapi cinta yang kemudian tumbuh untuk suaminya adalah sebuah kenyataan yang harus diperjuangkannya bertahun-tahun. Bahkan saat Elang menjadikan Rani sebagai istri kedua, cinta Ros tak berkurang sedikitpun, terlebih Ros tau pasti alasan Elang menikahi Rani. Bisa dikatakan, nasib Rani tak lebih baik darinya.
"Darman memang berhasil mengelabuiku dan membawa lari Tari. Tapi, itu bukan karena jerih payahnya sendiri." ujar Elang, mengungkapkan kekuatiran nya pada Ros. "Dia punya banyak balas budi yang bisa digunakannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
PETUALANGAN ISTRI KETIGA (Tamat)
RomantikHidup Tari diliputi oleh duka dan lara karena masa lalunya. Ketika dirinya dijual untuk sebuah pernikahan, bisakah dia bahagia? Sementara dia menikah untuk menjadi istri ketiga Elang Mahardika. Tari berusaha lari dan lari menjauh dari Elang, dari...