13. Jebakan

2K 164 3
                                    

"Aku tidak percaya!" dengus Mang Darman, tak sedikit pun mengendorkan kewaspadaannya. "Dia pasti orang suruhan Elang!"

Kaleo tertawa kecil, seakan tuduhan Mang Darman sesuatu yang lucu. "Kau terlalu banyak nonton sinetron, Pak Tua." kekehnya.

"Dan kau terlalu meremehkanku, anak muda!" balas Mang Darman.

"Maaf, Pak. Karena semua surat dan bukti otentik, saya tidak bisa mengusirnya, Kaleo mempunyai kewajiban untuk terus berada di kapal sampai barang yang dikawalnya sampai ke tangan penerima." putus Kapten kapal, menyudahi perdebatan diantara mereka.

Tari mengangguk seraya tersenyum canggung pada kapten kapal dan laki-laki muda yang bernama kaleo itu, merasa tak enak hati. Meski surat surat yang ditunjukkan Kaleo asli, ditambah kartu Identitas Kaleo sesuai dengan surat pengantar dari pihak ekspedisi, tak ada lagi hal yang patut dicurigai dari Kaleo. Jadi tidak salah keputusan Kapten kapal.

"Maafkan kami. Permisi." Tari menarik paksa tangan Mang Darman untuk pergi meninggalkan anjungan kapal. Mau tak mau, Mang Darman pun mengikuti langkah Tari dengan sorot mata tajam yang mengarah pada Kaleo.

Setelah Tari dan Mang Darman benar benar menghilang dari pandangan, senyum ramah yang terpatri di bibir kaleo, seketika hilang. Raut wajah yang sebelummnya ceria, berubah menjadi dingin dan sinis.

"Terima kasih, Kapten." ujarnya, datar.

"Sama-sama." angguk Kapten kapal, segan.

"Sebentar lagi hadiah dari tuan Elang sampai. Nikmatilah, selagi kau bisa menikmatinya."

Ucapan itu sarat dengan ancaman, membuat Kapten kapal hanya bisa menelan ludah dalam diam. Tring! Tiba tiba notifikasi dari ponselnya bunyi. Kapten bergegas membukanya. Ternyata benar, hadiah dari Elang baru saja masuk ke nomor rekeningnya.

"Aku tidak suka dikecewakan, Kapten. Kurasa itu setimpal dengan nominalnya, bukan?"

"Iya."

"Baiklah, ku tunggu hasilnya." ujar Kaleo seraya melangkah pergi dengan tenang.

Di kamar, Mang Darman bergegas berkemas. Semua barang-barang diatas meja dimasukkan ke dalam tas. Tari hanya berdiri diam, tidak tahu harus melakukan apa.

"Dua jam lagi kita akan sampai di pelabuhan Belawan. Selama itu, Non Tari tidak boleh keluar dari kamar. Mengerti?" perintahnya.

"Iya, Mang."

"Kunci pintunya. Mamang harus menghubungi seseorang dulu."

Mang Darman meninggalkan kamar, berjalan tergesa-gesa menuju tempat rahasia di kapal itu yang selama ini menjadi penghubungnya. Kedua mata tuanya terus menjelajahi keadaan di sekeliling, untuk memastikan tidak ada orang lain yang mengikutinya. Tak lama kemudian, dengan mengendap-ngendap Mang Darman memasuki ruang mesin, disana sudah ada seseorang yang menunggunya.

"Kau benar, dia suruhan Elang." ujar seorang laki-laki berpakaian ABK.

"Apa yang dikatakan Giring?"

"Dia sudah mengutus orang di pelabuhan. Kau tinggal mengikutinya."

"Baiklah."

"Hati-hati, dia sudah terlatih dan sangat terkenal didunia bawah tanah. Jangan bertindak gegabah."

"Aku tau." angguk Mang Darman, mengerti.

Mereka saling memberi kode dengan isyarat mata, lalu bergegas pergi menuju arah yang berlawanan. Tanpa sepengetahuan Mang Darman, temannya tidak akan pernah keluar dari ruang mesin, karena...

"Akh!" Tubuh temannya itu telah roboh dihantam peluru dari pistol yang dilengkapi peredam suara. Begitu senyap dan mematikan. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Kaleo. Dengan tenang Kaleo mengambil ponsel dari saku baju korban, lalu pergi meninggalkan mayat korban begitu saja.

Waktu terasa berjalan sangat lambat. Mang Darman tidak bisa menutupi kegelisahannya. Apalagi melihat helikopter dari ekspedisi barang datang dan mendarat di landasan pacu anjungan. Belum lagi beberapa kali ada kapal patroli yang datang mengitari kapal lalu pergi begitu saja. Firasatnya mengatakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Tapi Mang Darman tidak bisa mundur karena keadaan yang tidak memungkinkan. Mereka ada diatas kapal laut, tidak bisa kemana-mana. Hingga terdengar suara terompet panjang yang menandakan bahwa kapal akan segera sampai di pelabuhan. Tanpa membuang waktu, Mang Darman langsung menarik tangan Tari untuk bersiap-siap turun dari kapal.

Tapi, baru saja jangkar kapal dijatuhkan. Tiba-tiba sekelompok polisi masuk menyerbu kapal. Repleks Mang Darman mendorong Tari menjauh darinya. Tari yang tidak siap, jatuh tersungkur ke tepi kapal karena dorongan Mang Darman dan juga goyangan kapal yang belum stabil. Tari terlempar cukup jauh.

"Angkat tangan!!"

Benar saja, para polisi itu langsung mengepung dan mendesak Mang Darman.

"Ehhmmptt!" Belum hilang rasa terkejutnya, mulut Tari ada yang membekap. "Hemmpptt!" Tari meronta sekuat tenaga, tapi tubuhnya dengan mudah ditarik dan dibawa pergi dengan paksa.

"Jangan bergerak! Anda kami tangkap atas pembunuhan ABK!" seru Polisi, membuat Mang Darman tak berkutik.

"Sial!" umpat Mang Darman karena telah masuk kedalam perangkap.

"Tangkap dia!"

Mang Darman pasrah saat kedua tangannya diborgol lalu diseret turun dari kapal oleh polisi. Yang ada dalam pikirannya hanya Tari. Matanya terus memandang sendu ke arah kapal.

Masih didalam kapal, Tari terus meronta dan menendang, berusaha melepaskan diri. Apalagi saat dirinya dibawa paksa menuju anjungan kapal, Tari semakin ketakutan. Dengan sekuat tenaga, Tari menggigit tangan yang membekapnya.

"Aish!" Akhirnya tangan itu terlepas.

"Lepaskan aku! Lepasss!!" teriak Tari.

"Berisik!"

Tari langsung menjauh begitu tubuhnya dilepaskan. "Kau?!" pekiknya, kaget. Ternyata laki-laki itu lagi, Kaleo.

"Selamat sore, Nyonya muda." sapa Kaleo, mengejek sinis.

"Kau?!" Ternyata yang dikatakan Mang Darman benar, Kaleo adalah orang suruhan Elang. Tari merasa bodoh karena pernah meragukan Mang Darman. Teringat Mang Darman, Tari hendak pergi untuk mencarinya, tapi gagal karena Kaleo kembali menangkapnya. "Lepaskan!"

"Dan melihatmu mendatangkan masalah? No!" Dengan paksa Kaleo menarik Tari untuk berjalan mengikutinya. "Ayo! Kita harus segera pergi dari sini!"

"Tidaakkk!" Tari terus berontak.

"Dasar keras kepala!" Kaleo benar-benar menyeret Tari, tak peduli jika tindakannya itu membuat Tari kesakitan.

Di anjungan, sebuah helikopter dengan mesin menyala telah menunggu mereka. Dengan paksa Kaleo mendorong Tari masuk ke dalam helikopter. Sang pilot pun langsung menerbangkan helikopter tanpa menunggu intruksi dari Kaleo.

"Diam!" perintah Kaleo, geram. Tari yang terus meronta selain membuatnya kewalahan, juga membuat helikopter yang sedang terbang terus bergoncang, itu bisa membahayakan mereka.

"Dasar penjahat! Brengsek! Turunkan aku!" jerit Tari, tak menyerah.

Kaleo menatap nyalang, marah. Seulas senyum iblis terukir tipis, membuat Tari ketakutan seketika. "Baiklah jika itu maumu." Suara lembut itu mengalun tajam. Lalu, dengan santai kedua tangannya mendorong tubuh Tari keluar dari helikopter.

"Tuan!!" Sang Pilot kaget.

"Akhhhhh!!!" Tubuh Tari melayang bebas jatuh ke lautan. Byuurr!

"Apa yang tuan lakukan?" tanya Pilot, panik.

"Memberinya pelajaran, apalagi?" ucapnya, tak peduli.

Tari tak bisa berenang. Tubuhnya timbul tenggelam di tengah lautan. Kedua tangannya berusaha menggapai apapun yang bisa tergapai, tapi sia-sia karena tak ada apapun. Sementara helikopter hanya terbang berputar-putar diatasnya, hanya menonton.

"To...llooonnggg.... "

Tari sudah tak kuat lagi menahan tubuhnya yang semakin lelah. Mungkin hidupnya cuman sampai disini. Tari menyerah...

PETUALANGAN ISTRI KETIGA (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang