32. Bidak Dendam

1.2K 130 4
                                    

Mata Tari terpejam dengan pikiran yang melayang-layang. Rentetan teror dan kepergian Mang Darman membuat jiwanya sedikit tergoncang. Perasaan takut, bersalah, sesal dan sedih saling menghimpit dalam hati. Dadanya terasa sesak, seringkali Tari pun menangis dalam diam. Tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi, Tari tak punya pilihan selain menerima takdir dari Sang Pencipta.

Saat pintu kamar dibuka dari luar, Tari membuka matanya. Terlihat Rani masuk diikuti oleh dokter dan perawat. Sebelum berangkat ke kantor, Elang memang meminta Rani memanggil dokter untuk memeriksa Tari yang nampak pucat dan lemah.

"Hei, bagaimana keadaanmu?" sapanya, nampak cemas.

"Aku baik-baik saja, Kak." sahut Tari, lirih.

"Tadi pagi aku sudah menghubungi Bastian. Karena sedang ada operasi, dia tidak bisa datang. Tapi dia mengirimkan dokter pengganti untuk memeriksamu." ujar Rani seraya mempersilahkan dokter untuk memeriksa Tari.

"Permisi yah Bu." Dokter itu meminta ijin untuk melakukan pemeriksaan. Tari hanya mengangguk.

Dokter mulai memeriksa dengan stetoskop, tekanan darah, nadi, kemudian mengukur suhu tubuh dengan termometer. "Semuanya normal. Ibu hanya kelelahan dan stress. Saya akan memberikan injeksi vitamin untuk menambah daya tahan tubuh." Lalu dokter mengeluarkan botol obat dan alat suntik. Tiba-tiba,

"Hentikan!!!" Terdengar teriakan Ros yang datang bersama para pengawal.

"Akh!" Tari meringis saat perawat menarik paksa tangannya agar dokter bisa menyuntikkan obat, tapi dengan cepat dua orang pengawal menepis dan menarik paksa dokter dan perawat untuk menjauh dari Tari, hingga jarum suntik yang dipegang dokter pun terjatuh. Sesaat terjadi perkelahian antara dokter, perawat dan para pengawal. Tapi karena tak seimbang, akhirnya para pengawal berhasil meringkus mereka.

"Seret mereka keluar!!!" perintah Ros.

"Lepas!" teriak dokter saat dua orang pengawal menyeret paksa mereka keluar dari kamar Tari.

"Ada apa Kak Ros?" Rani kebingungan dengan apa yang terjadi.

"Dia dokter gadungan!"

"Apa?!" Rani dan Tari kaget.

"Barusan Bastian menelepon dan mengatakan kalau dokter yang dia kirim mengalami kecelakaan." terang Ros, memberitahu. "Aku akan menelepon Elang. Kau temani saja Tari disini." Ros mengambil botol obat dan jarum suntik yang tergeletak dilantai untuk diperiksa apa isinya, lalu Ros pun bergegas pergi meninggalkan Rani dan Tari.

Rani dan Tari terlihat lemas, seakan tidak percaya dengan kejadian yang mereka saksikan tadi. Jika terlambat sedikit saja, Rani tidak tahu apa yang akan terjadi pada Tari.

Satu setengah jam kemudian, Elang dan Tomi sampai dirumah. Kaleo datang menyusul. Tanpa bicara dan membuang waktu, Kaleo langsung menyeret dokter dan perawat gadungan itu ke sebuah ruangan khusus yang ada dibasement. Para pengawal tidak berani mendekat, mereka hanya berdiri menunggu diluar ruangan. Jika Kaleo memberi perintah, baru mereka bergerak. Karena dibanding Elang, Kaleo lebih menakutkan bagi mereka.

Sementara Elang berada diruang kerja setelah memastikan keadaan Tari baik-baik saja.

"Apa kau tidak bisa lebih cepat?!" bentaknya pada Tomi, tak sabar.

"Sebentar lagi, Tuan." Tomi setengah berlari menghampiri Elang setelah berhasil mengeprint semua informasi yang baru saja dikirimkan ke emailnya. "Ini Tuan."

Elang mendengus kesal seraya mengambil berkas yang diberikan Tomi. Berkas itu berisi semua informasi tentang Aditya. Selagi menunggu Elang, Tomi pun ikut menelaah lewat tablet kerja miliknya.

PETUALANGAN ISTRI KETIGA (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang