29. Kebenaran

1.5K 132 3
                                    

Nngggg..... Derrtttt

Speaker lift terdengar berdenging beberapa saat, lalu jep! Mati. Suara wanita itu tidak terdengar lagi.

Krekekkk krekekk krek

Perlahan lift mulai bergerak turun kembali. Lampu lift pun sudah menyala normal. Elang menghela nafas lega seraya terus memeluk Tari, melindunginya entah dari apapun yang akan muncul dihadapan mereka nanti.

Ting! Lift berhenti dilantai satu.

"Tuan?!" Begitu pintu lift terbuka, wajah cemas Tomi langsung menyambut mereka. Di belakangnya ada Mang Darman, GM hotel dan beberapa petugas keamanan serta staff hotel. "Kaleo sedang mengejar orang yang sudah mensabotase keamanan lift, Tuan." bisik Tomi saat mendekati Elang.

Ternyata benar, lift memang disabotase, bukan gangguan mesin. Untunglah Kaleo segera bertindak dan memberi kabar pada Tomi yang saat itu baru tiba dihotel bersama Mang Darman.

"Non Tari tidak apa-apa?" tanya Mang Darman, menyeruak kehadapan Elang, cemas.

"Mang Darman!" Tari langsung menghambur ke pelukan Mang Darman.

"Maafkan kami atas gangguan dan ketidaknyamanannya, Tuan Mahardika. Kami akan bertanggungjawab dan memberikan pelayanan dengan lebih baik lagi." ucap GM hotel sambil membungkuk beberapa kali pada Elang.

"Siapkan jet untuk kembali ke Jakarta." titah Elang, sama sekali tak menggubris permintaan maaf dari GM hotel.

"Baik." jawab Tomi.

"Sepertinya Nyonya butuh istirahat sejenak. Kalau Tuan tidak keberatan, kami akan menyiapkan ruangan khusus untuk Tuan dan Nyonya beristirahat sebelum berangkat ke bandara." sela sang GM, berusaha membujuk Elang untuk memperbaiki reputasi hotelnya.

Elang melirik Tari yang memang masih nampak Shock dan lelah. "Baiklah. Tunjukkan ruangannya." Akhirnya Elang setuju.

"Baik. Silahkan!"

Mereka dibawa ke sebuah ruangan khusus yang diperuntukkan untuk member gold hotel. Mirip dengan ruang tamu tapi dengan fasilitas mewah dan ekslusif. Makanan dan minuman langsung disajikan di meja untuk menyambut mereka.

"Tunggu disini. Aku ada urusan sebentar." Elang tak ikut masuk, tapi meminta Tari untuk menunggunya diruangan itu bersama Mang Darman. Elang dan Tomi pun bergegas pergi menuju tempat yang biasa digunakan Kaleo bekerja.

"Apa ada yang terluka?" Mang Darman menuntun Tari untuk duduk.

"Tidak, aku hanya....sedikit shock." elak Tari.

"Kalau sampai pelakunya ketemu, akan ku hajar! Lihat saja nanti." geram Mang Darman.

"Pelakunya wanita. Mang Darman yakin bisa menghajarnya?" lirik Tari, terkekeh kecil. Tari mengenal betul siapa Mang Darman, Laki-laki yang tidak pernah mau memukul wanita.

"Kau yakin itu wanita?"

"Ya." angguk Tari, membayangkan lagi sosok wanita yang sudah membuatnya ketakutan. "Suara wanita yang menyekap ku di Menara Pandang Tele sama dengan suara wanita di lift. Aku yakin."

"Aku akan menghajarnya kali ini, tidak peduli dia wanita."

"Tidak perlu. Biar Mas El yang mengurusnya." elak Tari, tak mau Mang Darman ikut campur. "Aku tidak ingin melibatkan Mang Darman terus menerus. Cukup sekali aku membuat Mang Darman masuk penjara, cukup sekali saja." lirihnya, penuh sesal.

"Hei, itu bukan kesalahan Non Tari." tukas Mang Darman, tersenyum menenangkan. "Lagipula Tuan Elang sudah membebaskanku sekarang. Tidak apa-apa."

"Mana bisa begitu." renggut Tari, cemberut. "Pasti Mang Darman menderita sekali selama di penjara. Sementara aku hidup senang dan makan enak."

PETUALANGAN ISTRI KETIGA (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang