7. O...ow

2.6K 214 1
                                    

Setelah sesi marah-marah dan nangis kejer, Tari berubah lagi ke mode galak. Setiap perubahan emosi Tari dinikmati dengan santai oleh Elang. Entahlah, Elang merasa senang saja melihatnya, serasa ada hiburan tersendiri.

"Om bohong! " tuduh Tari, menatap Elang dengan sengit. Jangan lupakan kedua tangannya yang menantang dipinggang. "Om tidak akan bisa menghamiliku! Apalagi sampai sebelas kali."

"Kenapa tidak bisa?" Elang malah balik bertanya, geli. "Ketika sperma bertemu sel telur lalu terjadi pembuahan, itu pasti hamil. Mungkin prosesnya lama, tapi aku akan sangat sangat menikmati proses pembuatannya." ujar Elang, sambil matanya melirik tempat tidur berkali-kali, menggoda Tari. Tak urung wajah Tari merona merah, mengerti maksud Elang. Apalagi kalau bukan  S. E. K. S. Ish, dasar mesum.

"Aku tidak percaya! Buktinya om sudah lama nikah, punya istri dua, tapi sampai sekarang belum juga punya anak. Pasti ada sesuatu yang salah sama Om."

"Yah benar juga sih. Sudah 10 tahun nikah tapi kenapa belum juga gol yah? " Elang pura-pura heran sendiri, padahal hanya ingin mempermainkan Tari saja.

"Tuh, kan? Periksa sana, Om. Jangan-jangan Om yang bermasalah." suruh Tari, lalu bergegas membukakan pintu kamarnya dengan lebar, mengusir Elang. "Tuh, ke dokter spesialis kulit dan alat kelamin. Sudah sana pergi, Om."

Elang bangkit dari sofa. Berjalan tenang sambil jemari tangannya menyisir rambut, penuh gaya. Bikin perut Tari mules saja. Tapi kali ini Tari tidak akan luluh.

"Ee.., " Tari menunjuk Elang yang semakin mendekatinya. "Hush! Hush! Jangan dekat-dekat." pintanya, mencoba mendorong dada Elang yang kini ada dihadapannya. Dengan jarak sedekat itu, Tari jadi gugup. Blusshh pipinya merona merah.

"Humairaku... " senyum Elang, senang melihatnya. Perlahan tangan Elang menutup pintu kamar kembali. Lalu, langkahnya mendesak Tari hingga ke dinding kamar. Tubuh besarnya menutupi tubuh Tari hingga tidak bisa berkutik lagi. "Kita akan segera menikah untuk membuktikan keraguanmu."

"Hah?!" Tari kaget. Semakin kaget karena tubuh Elang semakin menempel dan menekan rapat tubuhnya. Wangi parfum yang samar kini semakin tercium jelas. Aromanya membuat Tari merasa nyaman. Belum lagi detak jantungnya yang mulai melaju diatas normal. Gawat.

"Aku tidak bisa membuat Ros dan Rani hamil. Tapi ku pastikan, aku bisa membuatmu hamil." Suara Elang mulai terdengar serak dan pelan. Bahkan Elang sengaja mengucapkannya berbisik ditelinga Tari, membuat Tari panas dingin karena merasakan helaian nafas Elang. "Apa kau ingin tahu sebabnya?"

"Ya." angguk Tari, lemah.

"Yakin?"

"I...iya."

"Vasektomi." bisik Elang, tepat ditelinga Tari, menghantarian jutaan volt listrik ke jantung Tari. Serasa Elang sedang mencium telinganya. Tanpa sadar Tari pun mengelenjang geli, gelisah. "Tapi untukmu, aku akan melepaskan vasektomi itu."

"Hehh?" Tari cuman bisa melongo, antara sadar tidak sadar.

"Ssttt!" Jari telunjuk besar Elang menutup bibir Tari, menggerakkannya perlahan, mengusap pelan-pelan. "Ini akan menjadi rahasia diantara kita untuk selamanya. Mengerti?"

Entah kenapa Tari mau menganggukkan kepala, membuat Elang tersenyum senang. Ternyata saat jinak begini, Tari terlihat begitu menggemaskan. Elang tidak tahu kalau itu adalah sentuhan intim pertama yang diterima Tari dari lawan jenis. Bukan hanya gugup, gelisah, panas dingin, diwaktu bersamaan Tari merasakan bulu kuduknya merinding. Antara takut, penasaran dan ingin merasakan. Namun Tari hanya bisa tergugu diam dengan perasaannya yang campur aduk itu sampai lupa untuk bernafas sekian detik.

PETUALANGAN ISTRI KETIGA (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang