19. Terungkap

2.1K 174 4
                                    

Elang menatap Ros dengan tajam. Tak ada kata yang keluar, tapi sorot mata Elang mampu membuat Ros kelabakan. Dua hari ini, Elang kembali menjadi sosok dingin dan pemarah. Kesalahan kecil saja sudah meledak, semua orang terkena imbasnya. Tidak dikantor tidak dirumah, Elang membuat semua orang ketakutan.

Tok! Tok! Tok! Tomi masuk setelah mengetuk pintu. Dengan kaku Tomi menyerahkan sebuah map pada Ros. Dan ketika Ros membuka map itu, tubuhnya membeku, tangannya gemetaran, raut wajah Ros pun pucat pasi. Didalam map itu ada lembaran photo seorang gadis remaja yang sedang bermain dengan pengasuhnya.

"Ini...." Lidah Ros kelu. Ros tak sanggup untuk mengatakannya. Photo itu membuktikan bahwa Elang sudah mengetahui rahasianya.

"Tolong lihat ini, Nyonya." Tomi mengambil kembali map itu lalu menyerahkan ipad yang sedang memutar sebuah vidio pada Ros. "Ini rekaman CCTV di penthouse beberapa jam sebelum Nyonya Tari melarikan diri." jelas Tomi.

Dalam tayangan CCTV terlihat jelas Ros yang sedang marah-marah ditelepon, tak berapa lama kemudian muncul sosok Tari dari arah kamar mandi yang langsung terduduk lunglai disofa. Kini Ros mengerti apa arti tatapan Elang padanya.

"Aku...tidak tahu. Sungguh." ujar Ros, berusaha bertahan meski keadaannya tidak baik-baik saja.

"Benarkah?" lirik Elang, sinis. "Aku paling benci dengan pembohong." lanjutnya, menggeram menahan emosi. Elang bangkit dari duduknya lalu berjalan menghampiri Ros.

"Sungguh! Aku tidak tahu kalau Tari mendengarkan pembicaraan ku dengan....dia." Ros seakan menelan ludahnya sendiri saat menyebut 'dia', membuat Elang curiga. Ros tidak bohong. Ros yakin Elang sudah menyelidiki masa lalunya, meretas ponselnya, untuk mencari Tari. Jadi percuma saja bohong.

"Siapa dia?" tanya Elang, makin mendekat.

"Bu...bukan siapa-siapa."

"Siapa dia?!"

"Hekh!" Ros tercekik saat tiba-tiba Elang mencengkram lehernya dengan kuat. Ros berusaha melepaskan tangan Elang, tapi tak bisa.

"Tu...tuan!" Tomi pun berusaha menyadarkan Elang. "Tolong lepaskan, Nyonya. Tuan bisa membunuhnya."

"Siapa dia?!" gelegar Elang, tak peduli.

"Pa... Pan... Ji." Brugh! Ros terjatuh duduk saat Elang melepaskan cengkramannya. Perlahan airmatanya pun berderai.

"Brengsek!" Elang tak menduganya sama sekali kalau masa lalu Ros ada kaitannya dengan Panji. "Tarik semua investasi dari perusahaan Panji!" teriaknya, memberi perintah pada Tomi. "Bilang pada semua investor, siapa yang berani bekerja sama dengan Panji, akan berhadapan denganku!"

"Baik." Tomi bergegas pergi untuk melakukan perintah Elang.

Tangisan Ros makin terdengar lirih. Ros tidak hanya ketakutan dan tidak bisa bernafas tadi, tapi juga merasa sedih karena Elang sudah menyakitinya.

Elang hanya mendengus kesal melihat Ros menangis. Tapi perlahan Elang berusaha mengatur napasnya yang memburu. Setelah agak tenang, barulah Elang membantu Ros untuk berdiri. Meski kemarahannya masih menggumpal, Elang berusaha menahannya. Kekecewaannya pada Ros teramat besar karena selama bertahun-tahun istri pertamanya itu merahasiakan hsl besar darinya. Hal yang sudah membuat seorang anak terabaikan dan istri mudanya melarikan diri. Elang yakin Tari merasa bersalah pada Ros.

"Siapa namanya?" tanya Elang.

"Heh?" Ros menatap bingung.

"Nama anakmu."

"Agnes. Namanya Agnes Leticia."

Elang mengangguk kecil seraya jemarinya mengusap airmata dipipi Ros.

PETUALANGAN ISTRI KETIGA (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang