6. Gagal

2.7K 209 4
                                    

Dari balik kaca mobil, Elang mengawasi laki-laki paruh baya itu. Meski dikelilingi para pengawal, kewaspadaan Elang tak berkurang. Elang sadar kalau beberapa hari ini selalu diawasi oleh seseorang. Tak ada tindakan, hanya mengawasi dan mengikuti dari jauh kemanapun ia pergi.

Seorang laki-laki paruh baya dengan penampilan sangat sederhana. Tubuhnya penuh tato, raut wajahnya nampak keras dan ada beberapa luka bekas sayatan dan luka bakar dipipi. Residivis kasus pembunuhan, mantan preman Tanah Abang, dan bisa dibilang abdi setia Senja, ibu dari calon istrinya. Semua data laki-laki itu sudah ada ditangan Elang. Yang membuat Elang diam dan memilih tidak melakukan sesuatu adalah sebuah rahasia besar yang disembunyikan laki-laki itu selama ini. Yah, Elang mengetahuinya.

"Apa ini ada hubungannya dengan tuan Panji, Tuan? " tanya Tomi.

"Tidak, dia bergerak sendiri. " jawab Elang, penuh keyakinan. "Dia sedang membangun kekuatannya saat ini. Terus awasi dia."

"Baik."

"Kalau tidak perlu, jangan sampai menyentuhnya. Suka tidak suka, dia ayah dari calon istriku. "

"Baik." Tomi mengangguk, mengerti.

"Sepertinya pernikahan kali ini tidak akan mudah, terlalu banyak kejutan. Tapi, aku menyukainya. Ini sangat menarik. " Seulas senyum iblis terukir di bibir Elang, membuat tubuh Tomi menegang. Senyum itu, akan membuatnya dalam masalah besar. Senyum yang tidak pernah disukai Tomi sepanjang pengabdiannya pada Elang.

Tomi bergegas keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Elang. Dari sudut matanya, Elang melihat laki-laki itu bergerak dengan cepat bersembunyi masuk ke celah gedung yang menyiku. Elang menyeringai tipis seraya melangkah tegap memasuki lobi gedung. Tomi dan dua pengawal mengikutinya dari belakang.

"Bagaimana dengan persiapannya?" tanya Elang, tanpa menoleh ke belakang. Dengan sigap Tomi mempercepat langkahnya agar sejajar dengan Elang.

"Sudah 90%. Tapi tuan Panji mendesak terus ingin bertemu dengan Non Tari. "

"Abaikan saja. "

"Baik."

"Bagaimana dengan Ros dan Rani? "

"Mereka berangkat menuju Shanghai tadi pagi dengan penerbangan pertama."

Elang sudah tahu kemana tujuan mereka. Pasti mau mengadu pada ibunya. Setelah membuat ulah dihotel, Elang tak mengijinkan mereka keluar dari rumah utama. Tapi sepertinya kali ini mereka membangkang dan lari untuk meminta perlindungan ibunya.

"Bekukan sementara kartu kredit mereka."

"Baik."

"Aku akan menemui Tari setelah meeting selesai. Siapkan saja semuanya."

"Baik." Tomi hanya bisa mengangguk dan mengatur semua hal yang diinginkan Elang.

Sementara dihotel, Tari masih berpikir mencari cara untuk melarikan diri. Setelah kejadian pingsan tempo hari, Elang tak mengizinkan siapapun untuk menemui Tari. Wajah Elang memang tidak muncul dihadapan Tari, tapi perintah laki-laki sombong itu terus dijalankan oleh anak buahnya.

"Aku bisa gila kalau terus seperti ini!" keluh Tari seraya menjatuhkan tubuhnya ditempat tidur.

"Ibu, tolong aku." lirihnya, menyambat Senja.

Perlahan kedua mata Tari menutup. Hela nafasnya terdengar pelan. Kenangan saat bersama Senja bergulir indah dalam benaknya. Saat mereka tertawa, berpelukan dan saat mereka liburan berdua di desa. Air mata pun menyelinap keluar dari sudut matanya. Sedih. Tari begitu merindukan Senja.

"Tuan Elang akan datang jam 4 sore."

Telinga Tari menangkap suara salah satu pengawal wanita yang ditugaskan didalam kamar.

PETUALANGAN ISTRI KETIGA (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang