28. Teror

1.4K 134 2
                                    

Tapi....

Belum juga terlaksana keinginan si laki-laki, sebuah titik merah menyala muncul di lehernya, berkedip-kedip, lalu....

Slutt!

"Hegh!" Laki-laki itu seperti tercekik dengan bola mata yang hampir keluar, lalu Bruk! Tubuhnya ambruk begitu saja menimpa Tari, membuat Tari tersekat kaget, pucat. Tak mengerti kenapa tiba-tiba laki-laki itu ambruk.

"Sialan!"

Tanpa mempedulikan temannya, si perempuan langsung mencabut kabel yang menghubungkan kamera dengan ponsel sehingga koneksinya dengan Elang langsung terputus. Lalu dia bergegas lari meninggalkan tempat itu. Secepatnya.

Beberapa menit kemudian terdengar langkah kaki mendekat. Meski sangat pelan, tapi Tari yakin langkah kaki itu berjalan menuju ke arahnya. Semakin lama, langkah itu semakin terdengar jelas. Tari menunggu dengan cemas, berharap yang datang adalah orang baik yang akan menolongnya.

"Cih! Merepotkan saja."

Seorang laki-laki bertopi dan bermasker datang dengan langkah tenang. Senapan laras panjang lengkap dengan peredam suara, masih dipegangnya.

"Do you miss me?" tanyanya, sambil menarik tubuh laki-laki yang telah mati terkena tembakannya dari tubuh Tari.

Ditanya seperti itu, Tari mengkerut takut sambil menggelengkan kepalanya dengan kuat. Tapi tak lama, saat masker dibuka dan terlihat jelas wajahnya, Tari langsung menganggukkan kepalanya berkali-kali, senang.

Srett! "Kaleo!!!" Tari memekik kegirangan saat lakban yang menutup mulutnya dibuka.

Ternyata yang datang Kaleo.

Kaleo hanya menatap Tari datar, sekilas. Diambilnya pisau belati yang terselip dicelana, lalu dipotongnya tali yang mengikat kedua tangan dan kaki Tari.

"Kenapa kau selalu saja menyusahkan ku?"

"Darimana kau tahu aku ada disini?" Tari malah balik bertanya, tak sabar. Setiap dirinya sedang ada dalam masalah, Kaleo selalu datang menyelamatkannya.

"Ayo Cepat. Tuan Elang sudah menunggu di hotel." Kaleo pun enggan untuk menjawab rasa penasaran Tari, baginya itu bukan hal yang penting untuk dijawab.

Tari cemberut, kesal. "Kenapa tidak datang kesini menyelamatkan aku langsung? Malah menyuruh orang lain. Menyebalkan."

"Salahmu sendiri karena keras kepala." rutuk Kaleo, tak kalah kesal.

Sedang enak-enak berburu di hutan Kalimantan, tiba-tiba Elang menyuruhnya untuk melacak istri mudanya yang mendadak hilang, lebih tepatnya yang kabur lalu menghilang. Begitu sensor chip menunjukkan lokasi Tari berada, Kaleo langsung terbang mendatanginya. Sementara Elang juga menyusul ke Medan untuk membebaskan Mang Darman dari lapas Medan. Jadi sebenarnya saat penculik itu menghubungi Tari, Elang sudah berada di Medan.

Kaleo membawa Tari meninggalkan Samosir dengan helikopter yang dikemudikannya sendiri. Sepanjang perjalanan, Tari menikmati pemandangan dibawahnya dengan takjub. Kurang dari satu jam, mereka sampai di bandara Kualanamu Deli Serdang. Dari bandara, Kaleo membawa Tari ke sebuah hotel bintang lima di pusat kota Medan, tempat dimana Elang sudah menunggu mereka.

Tari berjalan menunduk mengikuti Kaleo, membayangkan kemarahan Elang yang akan diterimanya. Ah sudahlah, pasrah saja. Lagipula Tari beruntung masih bisa selamat dari orang-orang yang ingin mencelakainya.

Tapi, siapa mereka?

Dug! Kening Tari membentur punggung Kaleo, saking asyiknya melamun. Tari tidak tahu mereka sudah sampai didepan kamar Elang. Tok! Tok! Tok! Kaleo mengetuk pintu. Tak lama kemudian pintu terbuka, "Oh, syukurlah!" Elang langsung menarik Tari ke pelukannya, lega. "Jangan menjauh dariku lagi, kau membuatku tidak bisa makan dan tidur. Aku sangat mencemaskanmu." lirihnya sambil menuntun Tari masuk.

PETUALANGAN ISTRI KETIGA (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang