"Kantin hayuk,""Bentar catatan gue blom selesai." Jake bersuara. Orang pintar memang beda.
"Nanti dulu Jake lanjutinnya, keburu rame. Gue males desek-desekan nanti."
Jungna memelas. Tangannya mengambil pulpen yang pemuda itu pegang—menutup buku catatannya kemudian menyeretnya keluar kelas sekuat tenaga. Teman-temannya menyusul dibelakang.
Sesampainya di kantin, Jungna dan Yerin langsung berlari ke gerai nasi kuning. Bodo amat dengan Sunghoon, Jake, dan Heesung. Mereka bisa mengurus dirinya sendiri.
"Ibuuu nasi kuningnya dua pake ayam bagian dada."
"Siap neng."
Oke. Pesanan aman. Sekarang harus mencari tempat duduk. Masih banyak yang kosong sebenarnya. Itu membuat Jungna bingung.
"Udah disitu aja, ntar gue yang bawa makanannya."
Jungna mengangguk patuh dan segera menduduki bangku yang Yerin tunjuk tadi. Tidak lama kemudian Jake dan Sunghoon duduk dihadapannya.
"Kalian pesen apa?"
"Ayam geprek, ngikut si Heesung." jawab Sunghoon.
"Udah pesan minum?" Jungna menggeleng. Terlalu fokus pada makanan sampai lupa memesan minum.
"Udah gue aja yang pesen, mau apa?" Jake sudah berdiri, bersiap menuju gerai minuman yang Jungna mau.
"Air putih aja."
Jake mengangguk paham, "lo mau apa, Hoon?"
"Samain kayak Jungna."
"Oke."
Di saat Jake membeli minum, Yerin dan Heesung datang dengan nampan berisi makanan pesanan mereka.
"Wiii makaann." Jungna bersorak kecil. Dari jam pelajaran kedua ia sudah menahan lapar.
Heesung hendak duduk di tempat Jake, tapi Sunghoon menahannya dan menyuruh Heesung untuk duduk di samping kirinya.
"Yaelah bangku doang, ngapa si?"
"Gausah bicit. Duduk yang tenang, habisin makanannya." ucap Sunghoon.
"Nih minumnya," Jake datang dengan lima botol air mineral di tangannya.
"Thank you, Jake." Yang hanya dibalas anggukan olehnya.
Sepuluh menit berlalu semuanya makan dengan tenang. Sampai ada tiga orang gadis menghampiri mereka, lebih tepatnya Jake.
Ooh. Yerin ber-oh ria. Sudah paham tujuan gadis-gadis itu. Dilihat dari lokasi di seragam mereka, ketiganya adalah adik kelas.
"Emm... kak Jake." cicit gadis yang berada di barisan tengah. Tangannya menggenggam coklat. Yaa pasti tau untuk siapa coklatnya.
Jake mengangkat alis, menunggu kelanjutan kalimatnya.
"Buat kakak," ia menaruh coklatnya di meja, tepat dihadapan Jake.
Yerin dan Jungna tersenyum menggoda ke arah adik kelas itu. Lucu sekali sampai telinganya memerah.
"Aww kakak Jake dapat coklat~ mau juga dongg." Heesung bersuara, menopang dagu menatap kedua gadis yang bersama sang pemberi coklat.
"Mulai dah ni anak." – Sunghoon.
"Thanks ya." Jake berterima kasih, tersenyum ramah.
Terlihat jelas wajah gadis itu tengah menahan salting. Dirinya segera pergi setelah berpamitan.
"Buat lo aja, Na."
Jungna kaget lalu menggeleng kuat, "ngga heh, kan dia ngasih buat lo. Kok dikasih gue lagi?"
"Gue ngga suka coklat."
"Senyum lo tadi bisa buat dia salah paham btw," kata Sunghoon, membuka tutup botol—meneguknya sampai tersisa setengah. Jake menoleh.
"Biar ngga keliatan cuek." jawabnya.
"Susah banget ya punya temen tenar gini."
"Padahal aku ngga kalah cakep dari Jake,"
"Cakep muka doang, cakep otak kaga. Siapa yang bakal tertarik?" sinis Sunghoon
"Ada, banyak." Heesung tidak mau kalah.
"Itu lo duluan yang dekatin."
"Intinya banyak yang tertarik sama gue."
"Cara tertarik orang ke Jake sama lo itu beda kasta. Jake dideketin, lo ngedeketin. Jake mahal."
"Trus maksud lo gue murahan?"
"Gue ngga bilang, lo yang bilang," Sunghoon mengedikan bahu tidak peduli, kembali meneguk air mineralnya.
"Gue setuju sama pendapat Sunghoon yang bilang kalo cara tertarik orang ke lo sama Jake beda." Yerin nimbrung. Kompor.
Sejujurnya mereka senang melihat Heesung darah tinggi. Hehe.
"Jake lebih berkelas aja." sambungnya.
"Kalo kata gue lo bacod," tangannya menutup mulut Sunghoon yang masih sibuk menyindirnya.
Disaat ketiganya sibuk adu mulut, Jungna hanya menyimak. Sibuk menghabiskan makanannya. Yerin sudah selesai sejak adik kelas menghampiri Jake tadi.
Urusan menistakan Heesung urusan belakangan, yang terpenting sekarang adalah makanannya.
Jake juga tidak ikut berkomentar. Unfaedah.
"Ssst." Jake memberi kode kepada Jungna. Gadis itu menoleh. "Balik ke kelas ayok."
"Loh? Mereka gimana?"
"Udah tinggal aja. Gamau ikutan gila gue denger mereka ngoceh mulu."
Jungna mengangguk, kedua pergi diam-diam. Saking seriusnya, kepergian mereka tidak disadari.
"Jangan dihirauin, stres nanti."
Voteeeeee
Komeeeennn