"Mau makan?"
"Jake? Gue baru makan sejam yang lalu please?"
"Nanya doang elah, galak banget."
"Sesuai janji lo, temenin gue belanja."
"Gue mah nepatin janji orangnya."
Jungna hanya mengangguk. Ia berjalan menuju toko skincare, beberapa skincarenya mulai habis. Sebenarnya Jungna bukan maniak skincare, ia hanya memakai yang basic saja.
Pernah kejadian saat ia termakan marketing penjualannya dengan iming-iming yang sangat manis. Tapi saat dicoba dua hari kemudian wajahnya bruntusan.
Jujur saja Jungna tidak pandai memilih skincare apalagi kulitnya sensitif. Jadi skincare yang ia pakai tidak terlalu banyak.
Ia mengambil keranjang belanja tapi langsung disalip oleh Jake.
"Sini gue aja yang bawain."
"Gue bisa sendiri."
"Udah gapapa gue aja, pilih mau yang mana."
Jungna mengalah. Ia mengambil sabun muka, toner, kapas, micellar water, beberapa sheet mask dan juga masker bubuk.
"Ini aja?" tanya Jake saat Jungna menuju meja kasir.
"Gue cuma butuh ini."
"Ngga mau ditambah?"
"Tuan muda Jake, gue bukan mau buka toko ya."
Beres membayar awalnya Jungna kira mereka akan langsung pulang, tapi Jake masih mengajaknya untuk berkeliling. Pemuda itu minta ditemani untuk memilihkan hoodie baru.
"Hitam?"
"Gue ngga pede kalo bukan warna lain selain hitam."
"Lo bagus pake warna apa aja, ini deh warna ungu," Jungna bercanda sembari memberikan hoodie berwarna ungu kepada Jake.
"Na..."
"Bercanda," ia tertawa. "Lo maunya masih warna hitam atau pengen coba warna lain?"
"Lo pilihin deh."
"Yang make kan lo, kok jadi gue?"
"Pilihan lo udah pasti bagus, udah gih buruan."
Gadis itu berpikir sejenak sembari mencari jaket ataupun hoodie yang dirasa cocok untuk Jake. Sedangkan lelaki itu hanya mengekor dari belakang sambil memainkan rambut Jungna dengan satu tangan bebasnya.
"Coba yang ini Jake. Gue jarang luat lo pake jaket denim."
Jake menurut dan langsung mencobanya. Tampan. Jungna tersenyum paksa. Mau dipakaikan pakaian apapun Jake tetap tampan.
"Gimana? Cocok?"
"Coba madep belakang." titahnya.
Lalu Jungna melihat price tag yang tergantung. Refleks kedua matanya membulat karena harga yang tercantum disana.
"Kenapa?"
"Ngga gapapa, bagus kok. Lo suka?"
"Kalo kata lo bagus gue ambil." Jungna hanya mengangguk sebagai respon.
"Lo ambil juga satu biar samaan."
"Anjir? Ngga dulu Jake, lo aja."
"Loh kenapa? Ambil aja."
HARGANYA ANJRITT. Jeritnya dalam hati.
"Ini hadiah, harus diambil."
"Dalam rangka apa begitu?"
"Pengen aja. Emang salah kalo mau ngasih hadiah?"
"Ya ngga salah sih."
"Udah manut aja, lo ukuran M kan?"
Jake mencari ukuran M dan langsung menuju meja kasir untuk membayar. Jungna masih berpikir keras. Apa Jake tidak sadar total harga dari dua jaket itu?
Oke jangan meremehkan Tuan Muda Jake.
Selesai membayar Jake menunjukkan paper bag itu kepadanya dengan senyum yang sangat lebar. Berbanding terbalik dengan Jungna yang rasanya ingin menangis. Apa Jungna pajang saja jaket denim itu?
"Oke waktunya pulang," ucap Jake dengan tangan merangkul pundak Jungna.
"Berat ish."
"Ringan gini loh, sebelah tangan aja."
"Gue rasanya mau ambruk Jake."
"Hahaha lucunyaa," tangan Jake mengusak pucuk kepala gadis disampingnya
hayiiiii
ada yg nunggu cerita ini up tidak??
jangan lupa vote komennya manieess🫶🏻🫶🏻🫶🏻🫶🏻
share jugaa untuk dukung authornya