"Ehh kenapa hujan deras gini kesini?? Ngga ngabarin lagi." Jungna yang tadinya tiduran langsung bangun dan menghampiri Jake."Lo gabut apa gimana dah." Jungkook pun heran.
"Pake mobil, aman."
"Dih. Mau lo pake dinosaurus juga ngga peduli gue mah. Dah gue mau ke kamar mau gitaran, silahkan lo berdua mojok. Tapi inget jangan aneh-aneh, pulang tinggal nama lo."
Jungna merengut kesal. Apa-apaan kakaknya itu. Dan lagi apa katanya tadi? Mojok? Ingin rasanya ia pukul mulut Jungkook yang sudah berbicara sembarangan.
"Na."
"Ya?" Jungna mendongak dengan kedua alis terangkat.
"Ini gue bawain martabak keju."
"WAAAHH KEJUU!" wajahnya berseri-seri saat mendengar martabak keju. "Lo beli dimana hujan-hujan?"
"Ada pokoknya, mau gue jelasin lo juga ga bakal tau."
"Hehe makasih yaa, jadi ngerepotin gini."
"Ini buat kakak lo, yang coklat kacang."
"Loh banyak banget, ini aja udah cukup loh."
"Gapapa, bang JK suruh kesini aja makan bareng."
"Bentar, lo duduk aja dulu."
Gadis itu berlalu pergi meninggalkan Jake. Beberapa menit kemudian ia kembali dengan sepiring martabak keju dan dua coklat panas di nampan.
"Bang JK?"
"Gamau turun dianya, kalo lagi gitaran ngga mau diganggu. Nih diminum dulu."
"Makasih ya."
Sementara Jake menyeruput coklat panasnya, Jungna lebih memilih untuk memakan martabak favoritnya itu. Baru satu suap kepalanya sudah bergerak ke kanan dan kiri saking senangnya dengan makanan ini.
Hal itu tidak luput dari perhatian Jake, ia menoleh ke kanan melihat tingkah lucu Jungna. Ia tersenyum.
"Mmm enaakk. Kok lo tau sih gue lagi pengen martabak keju?"
"Insting mungkin." jawabnya asal.
Jungna melanjutkan makannya. Rasanya ia akan tidur nyenyak. "Lo ngga makan?"
"Gue udah tadi."
"Masa sih? Bohong ya?"
"Gue masih kenyang, Na. Lo makan aja."
"Yaudah deh, tapi kalo lo mau makan ambil aja."
Tapi dalam waktu kurang dari sepuluh menit martabak keju itu habis dimakan sendiri oleh Jungna.
"Habis hehe," cengirnya.
"Mau lagi?"
"Eh ngga! Udah udah, makasih. Udah kenyang."
"Ooh, kalo mau lagi bilang aja."
"Bisa gendut gue kalo makan martabak terus."
Jake mencondongkan sedikit tubuhnya menatap Jungna. "Emang kenapa kalo gendut?"
"Y-ya gapapa sih, jangan sampe aja."
"Gapapa kalo gendut, lucu," Jake memperbaiki kembali posisi duduknya.
Sedangkan Jungna mematung mendengar satu kata terakhir yang keluar dari mulut Jake. Jangan sampai wajah memerahnya terlihat oleh Jake. Tidak boleh.
"Mau nonton film apa? Biar gue carikan." tanya Jungna.
"Maze Run 2 aja."
"Oke."
Film dimulai. Jungna suka dengan filmnya, tapi entah mengapa kedua matanya terasa berat sekali untuk tetap terbuka. Mungkin karena dirinya sudah kenyang dan juga sekarang jam tidur sianganya.
Di pertenghan film Jungna tertidur lalu tubuhnya jatuh ke sisi kiri. Jake spontan menahan kepala Jungna. Jujur saja tangannya terasa kaku saat menyentuh gadis ini.
Kemudian ia mengambil bantal sofa untuk diletakkan dibawah kepala Jungna agar tidur gadis itu lebih nyaman.
"Ini gue mesti pindah apa gimana ya?"
Karena posisi Jungna pas sekali menjadikan paha Jake sebagai bantal. Jake takut Jungkook akan melihat ini dan memukulnya karena sudah lancang menyentuh adik perempuannya. Semakin dipikirkan ia semakin panik.
"Kenapa lo? Habis liat hantu?" bisik seseorang.
Hampir saja dirinya berteriak karena kaget, tangannya dengan cepat membungkam mulutnya sendiri. Jungkook yang melihatnya semakin bingung.
"Apa anjir? Maksud lo gue hantunya?" tanyanya merasa tersinggung.
"Jungna tidur, jangan keras-keras ngomongnya." Jake mengisyaratkan Jungkook untuk tidak berisik.
"Lo kasih obat tidur?"
Dengan cepat Jake menggelengkan kepalanya sambil mengibaskan kedua tangannya. Mana mungkin ia berbuat jahat seperti itu kepada Jungna.
"Bercanda ah, serius amat lo. Udah biarin aja dia tidur. Gapapa."
"Gue tinggal nih?"
"Anak pintar ini ternyata bodoh ya. Jagain lah, yekali lo nyuruh gue jagain bocil."
Kening Jake mengernyit. Ini kan adiknya sendiri? Kenapa jadi dirinya yang dimarahi?
"Jagain dia ye, gue mau keluar bentar nemuin temen gue. Jangan aneh-aneh, gue percaya sama lo."
Vote komennya jangan lupaaa<3