50 - Jangan Ribut

45 9 0
                                    

"Cepet nyapunya elah, masih nyanyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cepet nyapunya elah, masih nyanyi. Udah sore nih."

Yerin tidak menggubrisnya. Volume suaranya justru makin ia naikkan, biarkan saja Heesung kesal. Biar pemuda itu juga merasakan apa yang ia rasakan.

Jungna, Jake, Heesung dan Sunghoon sedang menunggu Yerin menyelesaikan tugas piketnya. Tidak hanya Yerin, ada Winter, Jay dan Karina.

"Kalian liburan bakal kemana?"

"Kayaknya gue bakal pulang kampung." jawab Sunghoon.

"Gue disini aja kayaknya. Bantu-bantu nyokap di toko kue."

Fyi, orang tua Heesung mempunyai toko kue. Mereka sering mampir untuk sekedar bersantai atau mengerjakan tugas.

"Lo kemana Jung?"

"Belum tau. Sejujurnya pengen jalan-jalan juga tapi gue males. Pengen rebahan terus tapi bosen."

"Agak nyesel gue nanya lo," Heesung tersenyum paksa.

"Jake lo kemana?" tanya Sunghoon.

"Belum tau juga. Biasanya cuma ikut ortu yang tugas diluar aja."

"Nah kalo ini lo salah Hoon buat nanyain. Jake orangnya suka tiba-tiba ada diluar negeri. Liat aja ntar, liburan ini dia bakal diluar angkasa."

Semuanya tertawa. Jake cuek saja karena apa yang dikatakan Heesung ada benarnya. Itu karena mamanya yang terlalu khawatir meninggalkannya sendirian di rumah. Jadi ia ikut keluar negeri bersama orang tuanya.

Karena anak tunggal, yang dilakukan Jake saat di luar negeri hanyalah menonton tv. Jalan-jalan sebentar lalu kembali lagi ke hotel. Sama halnya saat ia di rumah.

"Seru banget keluar negeri. Banyak cewe cantik ngga Jake?"

"Cewe mulu!"

Jungna menjewer telinga Heesung yang ada disampingnya. Pemuda itu mengaduh kesakitan. Setelah dilepaskan oleh Jungna, ia mengusap telinganya yang merah.

"Banyak bule, namanya juga diluar negeri."

"Lo ngga mintain nomornya atau ngajak kenalan gitu?" Heesung masih penasaran.

"Ngga. Selera gue bukan cewe bule."

"Aelah satu doang dong kenalin ke gu-"

Mulutnya langsung disumbat gumpalan kertas oleh Yerin. Gadis itu sedaritadi menyimak obrolan sahabat-sahabatnya. Entah mengapa telinganya terasa panas saat Heesung terus-terusan bertanya tentang cewe bule.

"Kenapa sih?!"

"Mulut lo berisik kayak bebek."

"Mana ada bebek ganteng model gue."

"Najis banget huek. Perbanyak sadar diri deh lo."

"Sewot amat nenek lampir! Suka-suka gue lah!"

"Amit-amit banget kok bisa gue temenan sama buaya kelas ikan teri gini," Yerin bergidik ngeri. Heesung tersinggung.

"Bacot lo anoa!"

Winter, Karina dan Jay ikut bergabung, tugas piket mereka sudah selesai.

"Lu berdua kenapa ga pacaran aja sih? Padahal cocok loh." ucap Winter.

"HAH?! COCOK APANYA?!"

Heesung dan Yerin berucap bersamaan. Lalu keduanya saling menoleh kemudian membuang muka.

"Ngga dulu deh sama nenek lampir. Thanks banget sarannya, Win."

"Yeuu gue juga ngga mau kali sama kutil kuda kayak lo."

Semuanya terbahak. Lucu melihat perdebatan dua manusia ini yang tidak ada ujungnya. Terkecuali Sunghoon yang hanya geleng-geleng kepala sembari tersenyum

Padahal Winter pikir dengan sifat mereka yang tidak pernah akur ini akan membuat hubungan terus langgeng. Sayang sekali Yerin dan Heesung tidak mau.

Di tengah keributan, tiba-tiba beberapa sapu di pojok ruangan terjatuh yang membuat mereka tersentak kaget. Bahkan Jungna dan Yerin berteriak.

Pandangan mereka tertuju ke pojok ruangan, melihat sapu-sapu yang sudah disusun rapi justru berjatuhan.

"Lo udah susun yang bener kan tadi, Yer?"

"Udah kok, gue susun rapi."

Tak lama kemudian kursi yang berada diujung ikut bergeser. Mereka kembali menjerit takut dan sudah berdiri dari tempatnya.

Berbeda dengan Sunghoon, dia hanya menatap santai dengan posisi duduk yang masih sama.

"Jangan ribut, dia ngerasa keganggu. Ayo pulang," kata Sunghoon sembari menenteng tasnya.

"Dia siapa?"

"Yang sering ada dipojok ruang kelas, mau gue jelasin bentuk detailnya?"

Padahal raut Sunghoon terlihat biasa saja saat mengatakan hal tersebut. Tapi teman-temannya sudah memasang raut ketakutan bahkan beberapa sudah pucat.

Seketika suasana menjadi mencekam. Sekujur tubuh mereka merinding. Dengan terburu-buru mereka berlari keluar kelas. Ini juga sudah terlalu sore, pukul 18.00.

Sejak kapan Sunghoon bisa melihat hal seperti itu?

Sejak kapan Sunghoon bisa melihat hal seperti itu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






























Jangan lupa tinggalkan jejak manteman🙆🏻‍♀️

Jungna's Diary | Jake EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang