Makanan yang Jake pesan sudah sampai, tapi Jungna sudah terlanjur tidur. Jake tidak tega membangunkannya, tapi jika tidak dibangunkan mag Jungna akan kambuh.Jake duduk bersila tepat dihadapan Jungna. Menatapnya cukup lama sampai tangannya lebih dulu bergerak untuk mengusap-usap lembut pucuk kepala gadis itu.
Sekitar lima menit ia melakukannya, Jake mulai bersuara memanggil Jungna dengan pelan.
"Na... bangun. Makan dulu."
Jungna masih tak bergeming.
"Jungna... makan dulu sedikit, nanti tidurnya dilanjut ya," tangannya beralih mengusap lembut pipinya.
Dan berhasil. Jungna mengerjap-menatap Jake dengan mata yang masih sedikit menyipit.
"Makanannya udah dateng, makan dulu ya?"
Jungna menggeleng pelan. Kembali memeluk bantal sofa dengan erat. Bersiap untuk tidur kembali.
"Loh kenapa ngga mau? Sedikit aja, nanti magnya kambuh loh." kata Jake, gadis itu tetap menggeleng.
Tangannya menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Jungna. Masih berusaha membujuk.
"Gue suapin. Ayo bangun dulu," ia mengambil bantal yang Jungna peluk, kemudian perlahan mendudukkan Jungna.
Sebelum makan, Jake mengikat rambut Jungna terlebih dahulu. Gadis itu masih mengantuk bahkan beberapa kali menguap.
Jake yang melihat itu segera menutup mulut terbuka Jungna menggunakan tangannya.
"Ngantuk." ia mengadu.
"Iya, habis makan tidur lagi oke?"
"Itu apa?"
"Nasi padang."
"Gue makan sendiri aja," katanya yang turun dari sofa, Jake hanya mengangguk.
"Kok cuma satu?" tanyanya bingung karena hanya ada satu bungkus yang ada di dalam kantung plastik.
"Buat lo aja."
Raut wajah Jungna mulai tidak enak. Dalam hati Jake merutuki dirinya yang hanya memesan untuk Jungna. Jujur Jake tidak mood untuk makan, perutnya masih kenyang.
"Kenapa gitu?" Jungna masih menuntut penjelasan.
"Gapapa, lo aja yang makan. Gue nanti."
"Gamau kalo gitu. Apaan cuma gue yang makan. Nggak!"
"Nanti gue makan, habisin dulu. Punya gue lagi otw kesini."
"Halah boong."
"Beneran, ayo makan dulu."
"Dibilang gamau ya gamau."
"Na udah sore, lo belum ada makan nasi. Nanti mag nya kambuh."
"Bodo amat. Gamau makan gue kalo gini."
"Dikit aja, gue suapin dah," tangannya beralih mengambil bungkusan dihadapan Jungna-hendak membukanya.
"GUE GAMAU! JANGAN MAKSA!!"
Wajah gadis itu sedikit memerah karena amarahnya yang memuncak. Kedua matanya mulai berkaca-kaca. Ia baru saja membentak sahabatnya.
Jake terpaku beberapa saat. Cukup tertegun karena untuk pertama kalinya Jungna membentaknya.
Keduanya saling menatap cukup lama sampai Jake memutuskannya lebih dulu lalu menjauh dari Jungna. Ia duduk di sofa dan pura-pura sibuk dengan ponselnya.
Sekitar sepuluh menit tidak ada obrolan diantara keduanya, Jungna masih tetap menatap Jake yang bahkan sama sekali tidak meliriknya.
Rasa bersalah mulai menyelimuti hatinya. Ia ingin memanggil Jake tapi bibirnya sangat sulit untuk bergerak.
Kedua sudut bibir Jungna perlahan menekuk kebawah. Air matanya mulai turun-menangis tak bersuara. Batinnya sudah berteriak memanggil Jake dengan kencang. Berharap Jake bisa mendengarnya.
Netra coklat itu tak lepas dari pemuda yang masih sibuk dengan ponselnya. Entah apa yang dilakukannya, tapi hal itu semakin membuat air mata Jungna mengalir deras.
Jungna terisak pelan, Jake hanya menoleh ke arahnya. Walaupun pandangannya buram karena air mata yang menggenang, Jungna tau Jake tengah mentapnya dengan dingin.
"Minta maaf.." isakannya semakin kuat, tapi Jake masih tidak merespon.
"Minta maaf... u-udah teriak..."
Tangannya menyeka air mata yang terus keluar. Bahunya naik turun menandakan isakannya semakin kuat. Berulang kali megucapkan kata maaf kepada Jake.
"Jungna sa-salah... minta maaf... janji ngga diulang la-lagi..."
ALOOOOO
Vote komennya jangan lupaa
Buat yg belum follow yuk bisa yuk bismillah di follow Msyrfh_arbie