"Nangisnya berenti dulu trus ngomong kenapa?"Jungna tetap menangis sesegukan, seluruh wajahnya sampai memerah.
"Jangan gitu dek, gue khawatir nih. Lo diapain sih? Tadi pulang sama Jake ngga nangis, giliran di rumah nangis kejer."
Kini sorot mata gadis itu menatap Jungkook, ia merentangkan kedua tangannya.
Jungna ingin menceritakan semuanya. Tapi hendak mengeluarkan satu kata saja tidak sanggup. Bukan karena sedih ia menangis, justru karena terlalu bahagia.
Pemuda itu paham, tubuhnya mendekap sang adik untuk menenangkan. Sejak kecil jika Jungna menangis seperti ini, ia minta di peluk sampai tangisannya reda.
"Lukanya sakit?"
Jungna menggeleng sebagai jawaban.
"Trus kenapa?"
"J-Jake..."
"Iya Jake kenapa? Lo diapain."
"J–Jake.. Dia bi–bilang cinta. Pa–paca–ran..."
"HAH? GIMANA?"
Saking terkejutnya Jungkook sampai melerai pelukannya. Matanya melotot tidak percaya. Ragu jika yang didengarnya salah karena perkataan Jungna tidak terlalu jelas.
"HUAAAAAAAA!!!"
"Eh iya iya maaf. Gue kaget aja," Jungkook kembali memeluknya.
Lima belas menit berlalu, tangisan gadis itu berangsur-angsur berhenti. Kepalanya masih disandarkan di bahu sang kakak. Tubuhnya jadi lemas karena terus menangis.
"Gue pacaran sama Jake." Jungna mulai bercerita
"Kok bisa tiba-tiba?"
"Dia dateng-dateng meluk gue sambil nangis, mungkin gegara khawatir. Singkatnya dia confess trus ngajak pacaran."
"Lo jawab gimana?"
"Gue sempet bengong, mikir ini cuma mimpi. Sampe akhirnya gue ngangguk dan jawab iya."
"Trus?"
"Trus dia nganter pulang."
"Bukan, maksud gue lo nangis kenapa?"
"Gue seneng bisa jadian sama Jake."
Jungkook menghela pelan, "gue kira lo diapain sama Jake sampe nangis kejer gini."
"Ya kan gue ditembak?" Jungna melerai pelukannya.
"Harusnya kan seneng, kenapa jadi nangis?"
"Justru itu. Saking senengnya gue sampe nangis."
"Syukur deh lo gapapa. Langgeng ya sama Jake, kalo ada apa-apa kasih tau gue. Akhirnya doa gue terkabul juga."
"Gue besok gamau sekolah, malu ketemu Jake."
"Besok libur paok!" Jungkook menyentil pelan kening Jungna.
"Oiya lupa."
"Udah mandi dulu sana, gue pesenin makan."
"Kak."
"Apa?" Jungkook yang sudah berada di depan pintu kamar kembali menoleh.
"Jadi ini gue pacaran sama Jake?"
"Lah elu bilang tadi pacaran, gimana sih."
"Beneran ya?"
"Yeuu bocah gendeng."
Jungna menutup dirinya menggunakan selimut kemudian menendang-nendang angin, tangannya juga ikut kegirangan. Jangan lupakan pekikannya yang tertahan.
Dari awalnya yang berteriak sedang, tiba-tiba tangannya yang terluka terhantuk meja yang ada di sebelahnya.
"HUAAAA KAKAK SAKIITTT..."
"Astaghfirullah sabar..." ia hanya bisa mengelus dada. Sabar Jungkook, ini adik sendiri.
🧋🧋🧋
"Mentang-mentang udah resmi, ngga ketemu 12 jam lo kejang-kejang?"
Jake nyengir sembari menggaruk tengkuknya canggung. Sebelah tangannya membawa dua tas belanja berukuran besar.
"Masuk sini, pacar lo ada di kamarnya. DEKK ADA JAKE!!!"
"IYA!!" sahutnya dari lantai atas.
Gadis itu turun dengan pakaian rumahnya yang serba pink, rambutnya dicepol asal karena buru-buru.
Jake yang melihatnya datang langsung sumringah, begitupun dengan Jungna.
Sedangkan Jungkook yang berada di antara keduanya memutar bola matanya malas. Memang dia mendukung, tapi ternyata terlihat sangat menyebalkan.
"Yeuu bocah gendeng."
Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu yang sangat keras, seperti rentenir yang menagih utang.
"Bocah gendeng mana lagi ini," umpatnya pelan, ia berjalan menuju pintu dan membukanya.
Disana ada Yerin, Sunghoon dan Heesung. Jungkook yakin yang menggedor pintu tadi adalah Yerin.
"MANA YANG KATANYA RESMI PACARAN?"
"Salam dulu cil, teriak-teriak kayak orang kesurupan," tegur Jungkook.
"Eh iya maaf kak, assalamualaikum kakak Jungkook yang ganteng."
Hai haiii
Jangan lupa vote komennya cintaaa💗💗 jangan jadi silent readers oke???