Jam istirahat. Jungna menetap dikelas, terlalu malas untuk pergi ke kantin. Hanya dirinya sendiri yang berada di kelas.
Sibuk mendengarkan lagu, tiba-tiba mejanya digebrak seseorang. Jungna terlonjak kaget.
"Lo Jungna kan?"
"Iya, kenapa?"
"Oh ini pacarnya Heesung?"
Dih? Najis. Ia membatin.
"Pasti lo kan yang ganjen sama dia. Ngaca mbak, muka pas-pasan ngga usah ngarep."
Brakk
Lagi-lagi perempuan itu menggebrak meja. Jungna mulai tersulut emosi.
"Biasa aja bisa ngga?"
"Lo anjing yang biasa aja, ngga usah gatal sama Heesung," kali ini bahu kirinya didorong.
"Jauhin Heesung deh, tuh cowonya Rista."
"Kok bisa Heesung bisa nyantol sama cewe lusuh kayak gini? Geli banget."
Gadis bernama Rista berserta kedua antek-anteknya tertawa mengejek. Jungna tidak tersinggung, ini bukan pertama kalinya ia dituduh sebagai pacar sahabatnya atau pacar kakaknya.
"Lo semua mending keluar aja deh daripada nanti malu sendiri. Alay tau ngga labrak-labrak gini, masih jaman?"
"Songong bener lu bangsat! Keluarga lo pasti ngga bener, ngga ngajarin sopan santun."
Rista menjambak rambut Jungna sampai gadis itu memekik, reflek tangan Jungna menahannya. Sialan. Padahal dirinya sudah menahan emosi sedaritadi.
"Main tangan ya?" Jungna tertawa sinis. "Sampah."
Jungna balas menarik rambut Rista lebih kuat kemudian mendorongnya sampai mundur beberapa langkah. Keadaan didepan kelas mulai ramai. Jungna dan Rista jadi bahan tontonan.
"Kalo mau berantem bilang, gausah bacot."
Tanpa takut Jungna melangkah maju mendekati Rista. Tangannya mencengkram kuat kerah seragam gadis itu, menatapnya sengit.
"Kalo Heesung ngga mau sama lo, ngga perlu memaksakan diri. Heesung ngga tertarik sama spek tante-tante."
Rista gemetar, tapi marah saat Jungna mengatakan jika dirinya seperti tante-tante. Ia mengepalkan tangan kanannya, memukul wajah Jungna untuk melampiaskan emosinya.
Sedangkan yang dipukul tetap pada posisinya, hanya kepalanya saja yang tertoleh ke samping. Tangannya masih mencengkram seragam Rista, kali ini ia mengeratkannya dan balas memukul.
"Lo duluan yang mukul, kalo lo ngga gerak lagi berarti lo lemah."
Bughh
Rista tersungkur. Jungna kembali mendekat memaksanya untuk tetap berdiri dengan menyandarkannya di papan tulis. Kemudian menjambak rambutnya agar bisa melihat wajah angkuh yang sudah menghina keluarganya.