"Jelek.""Kenapa sih, cantik kok!"
Heesung membuang pandangan cuek. Ia akui dalam hal ini mereka tidak akan pernah sejalan.
"Cantik loh modelnya, warna maroon juga."
"Lo liat aja anjir baju kurang bahan gini, backless. Mau di pake kemana? Dugem?"
"Ngga suer, gue pengen aja dress gini."
"Apasih, ngga usah."
"Lo kenapa jadi ngatur? Kan yang pake juga gue."
"Wow. Okay sorry udah ngatur, silahkan nona."
Tidak mau menjadi pusat perhatian, Heesung langsung pergi dari sana meninggalkan Yerin yang terus memanggilnya dengan tangan yang masih menggenggam dress maroon tersebut.
Mungkin apa yang Yerin bilang ada benarnya. Ia terlalu mengatur gadis itu. Entahlah, Heesung hanya perduli dengan sshabatnya. Ia melarang karena yakin jika Yerin mempunyai dress itu, Yerin akan kembali ke club.
"Lah sekarang siapa yang harusnya ngambek?" gumam Yerin.
Setelahnya Yerin jadi bimbang untuk membelinya. Di satu sisi dress ini adalah idamannya, di sisi lain apa yang di katakan Heesung selalu jadi penentuan akhirnya.
Terdiam sesaat, akhirnya Yerin tidak jadi membelinya. Lalu ia berlari mencari keberadaan Heesung yang ternyata sedang mengantre es krim.
Yerin menghampirinya, menggoyangkan lengan Heesung. "Jangan marah."
"No, I'm not."
"Trus kenapa ditinggal."
"Biar lo ngga diatur terus."
"Maaf Heesung."
"Bukan salah lo. Gue minta maaf udah terlalu ngatur."
"No, it's okay. Gue tau lo pasti bermaksud baik.
Pemuda itu tersenyum menatap manik Yerin yang selalu berbinar. Heesung benar-benar terpukau jika sudah menatapnya.
Seperti inilah mereka. Tidak bisa bermusuhan dalam waktu yang lama. Bertengkar, menjelaskan, kemudian saling meminta maaf. Tidak ada yang menyalahkan.
Walaupun Yerin mungkin terlihat dengan egonya yang tinggi, padahal sebenarnya hampir selalu dirinya yang memulai untuk menyelesaikan pertengkarannya.
Ia tidak bisa jika sahabatnya perang dingin dengan dirinya sendiri. Rasanya tidak tenang.
"Mau yang rasa apa?"
"Coklat," jawabnya dengan sumringah.
Entah kenapa karena perasaannya yang lega ini, ia jadi tersenyum lebar seperti sekarang.
"Kenapa?" Heesung tertawa kecil.
"Ngga, gapapa kok."
Tangan kiri Heesung mengusak pelan pucuk kepalanya. Sisi kekanakan Yerin sekarang sangat menggemaskan.
Giliran keduanya memesan, bertepatan dengan suara notifikasi ponsel Yerin yang berbunyi.
Tadinya Yerin kira ada hal penting sampai dia menepi, ternyata hanya dm yang tidak jelas.
Sudah dua hari ia mengabaikan pesan orang tersebut. Bukannya berhenti tapi malah terus berlanjut.
Jika dijawab pasti akan sia-sia, tidak dijawab juga mengganggu. Serba salah jadinya.
"Kenapa? Ada yang nelpon?"
"Bukan. Ini orang ngga jelas dari kemaren."
"Ngapain dia?" tanyanya penasaran, kedua tangannya memegang es krim miliknya juga milik Yerin.
"Coba liat."
"Pegang dulu es krimnya."
Heesung mengambil alih ponsel Yerin dan membaca pesannya. Jempolnya terus menscroll dari awal sampai akhir.
Kemudian ia mendekatkan ponselnya, "kebetulan lagi ngedate bareng gua bro. Udahlah ngga usah ngarep, cewe gua risih."
Tidak puas hanya mengirimkan pesan suara, Heesung menyuruh Yerin mendekat dan memotret keduanya. Lalu dikirimkan ke orang yang sama agar semakin meyakinkan.
Semakin meyakinkan jika Yerin sudah mempunyai pacar, yaitu Heesung.
"Beres. Ayo kita lanjut jalan."
Vote komennya jamgan lupaaa🫶🏻🫶🏻