"ASTAGHFIRULLAH LU PADA HABIS NGAPAIN???" Yerin terkejut melihat bentukan kedua temannya yang amburadul.Heesung dan Sunghoon membawa beberapa buah mangga yang ia letakkan di kaosnya layaknya mangkuk. Wajah dan tubuhnya kotor karena tanah, belum lagi rambutnya yang seperti tersambar petir.
"Ambil mangga." jawab Heesung.
"Nyolong mangga kan kalian?"
"Bukan gue sumpah! Heesung yang ajak."
"Heh zebra! Lo juga ikutan ya, lo yang metik paling banyak."
Sunghoon mengedikan bahu, "ya itu karena lo cupu manjat pohon."
"Dih? Kalo bukan gue yang liat pohonnya duluan lo ngga bakal dapat ni mangga."
"Mangga siapa lagi yang lo colongin ya Tuhan..." tangan Yerin memijit pangkal hidungnya. Pusing mempunyai teman yang selalu memiliki gebrakan setiap hari.
"Udah ah mau masuk, mau makan mangga. Mangganya manis nih kayaknya."
"Mangga mangga mangga~"
Sunghoon masuk sambil bersenandung. Merasa senang sekaligus bangga bisa mengambil mangga lebih banyak daripada Heesung. Setidaknya ia memiliki satu kelebihan.
Nyolong mangga.
"Duo bucin mana?"
"Lagi beli makanan yang halal."
"Jangan gitu dong, Yer. Hati ini merasa bersalah."
"Ya lo emang harus merasa bersalah bego. Udah gede kayak bocah lima taun."
"Berarti gue awet muda wlee," Heesung menjulurkan lidahnya.
"Salah apa yang gue perbuat di masa lalu sampe bisa temenan sama modelan gini."
"Ini mangga di rumah kosong itu Yer, inget ngga yang di ujung jalan? Rumah kayu yang udah ngga keurus."
"Sumpah kalian ngambil disitu?"
Kedua pemuda itu mengangguk bersamaan, sedang sibuk mengupas mangga.
"Itu ada penunggunya lho... kalian kok berani sih?"
Seketika sekujur tubuhnya merinding. Akibat terlalu tergiur dengan mangganya, Heesung dan Sunghoon sampai lupa dengan cerita yang simpang siur tentang rumah kayu pojok jalan.
Dengan tatapan yang ketakutan, keduanya saling menatap kemudian beralih menatap mangga yang sedang mereka pegang.
"Tapi kan siang bolong gini ngga mungkin ada yang nunggu."
"Mana tau dia lagi tidur di pohon trus tiba-tiba kalian manjat jadinya bangun. Trus penunggunya jadi marah."
"Ih masa gitu sih?" Sunghoon mulai percaya.
"Ngga ikutan deh, takut gue kenapa kenapa. Gue nunggu titipan makanan gue sama Jungna aja."
"Tapi gue ngga liat apa-apa tadi. Ngga ada yang nunggu tuh." Sunghoon kembali bersuara sebagai anak indigo.
"Mana tau dianya emang ngga nampakin diri ke lo berdua, ngga ada yang tau Hoon."
"Gapapa kok Yer, tadi gue udah bilang waktu ngambil." Heesung berusaha menenangkan dirinya yang sudah kepalang takut.
"Lo bilang gimana emang?"
"'Permisi, mau minta mangganya. Mubazir kalo ngga diambil, udah mateng soalnya.' Gitu, berarti kan udah ijin."
"Ngga dulu makasih, buat lo berdua aja,"
Yerin berlalu pergi menuju ruang tamu. Sudah tidak tahan menahan tawa melihat wajah temannya yang pucat ketakutan.
Padahal tujuannya hanya ingin mengambil semua mangganya. Tidak disangka keduanya langsung percaya begitu saja.
Tak lama kemudian Heesung ikut menyusul ke ruang tamu. Lalu duduk di samping Yerin dan menyembunyikan wajahnya dibalik tubuh gadis itu.
Berniat untuk bersembunyi. Padahal tubuhnya lebih bongsor, tapi malah bersembunyi kepada Yerin menjadikannya tameng.
"Lu kenapa bujang?"
"Takut."
Yerin mengulum senyum, ingin sekali rasanya tertawa terbahak-bahak. Tidak lama Sunghoon juga meninggalkan dapur dan menuju ruang tamu. Menutup wajahnya dengan bantal sofa.
Gadis itu tidak menggubris dan kembali fokus dengan film yang ia tonton. Samar-samar telinganya mendengar suara isakan.
Yerin merinding tapi berusaha untuk tidak ketakutan karena suaranya sangat dekat dengan dirinya.
Apa hantu pohon mangga sungguh datang mengikuti kedua temannya?
Dengan mengumpulkan segala keberaniannya, Yerin perlahan menoleh ke kanan. Tidak ada apapun. Tetapi suaranya kini pindah ke belakangnya.
Perlahan kepalanya mengikuti sumber suara. Ternyata...
Suara Heesung menangis.
Jantung Yerin rasanya sudah pergi ke lambung saking takutnya. Ternyata yang menangis adalah Heesung.
"Kenapa nangis Sung? Takut?"
Lelaki itu menatap Yerin dengan wajah yang sudah sembab, kepalanya mengangguk mengiyakan.
Walaupun Heesung selalu bertingkah usil dan tidak kenal takut, diantara semua temannya yang paling penakut adalah Heesung.
"Cup cup cup, udah jangan nangis. Gapapa kok."
Yerin memeluk Heesung untuk menenangkannya. Jika tidak pemuda ini akan terus menangis.
"Dasar bayi."
Halooo gimana kabarnyaaa
Apakah masi menunggu Jungna's Diary update mantemann??
Jangan lupa vote komennya yaaa🫶🏻