"Pagi wahai murid yang mempunyai masa depan cerah seperti wajahku." sapa Jungna.
"Pagi Jungna."
"Pagi jomblo."
Beberapa orang balas menyapa. Jungna berjalan ke arah bangkunya. Jake sudah duduk manis di samping kursinya sambil membaca buku.
Rajin sekali.
"Muka lo senter?" Jake berkomentar, tapi arah matanya masih ke buku.
"Ngga gitu dodol."
"Lah? Cerah kan? Bener dong."
"Serah. Nyontek pr dong."
"Traktir gue tapi."
"Ohh lo ngga ikhlas kan?"
"Lo yang ngga tau diri, Na." Jake pasrah. Mengeluarkan bukunya dari dalam tas kemudian diberikan kepada gadis itu.
"Thank you Jake."
Beberapa saat hening. Kelas belum terlalu ramai. Jake kembali fokus dengan bukunya, Jungna sibuk menyalin tugas Jake nomor tiga sampai lima. Ia sudah mengerjakan nomor awal, tapi di soal selanjutnya Jungna tidak paham.
"Pagi kawan-kawan korban prenjon." Itu Heesung. Datang dengan melambaikan tangannya.
"Pokoknya kalo lo yang dateng, hawanya gak enak." cibir Wonyoung. Merasa tersindir.
"Gue doakan prenjon lo cepet berakhir sama Kai."
"Kurang ajar pake sebut merek. Tapi aamiin deh."
Heesung berjalan menuju bangkunya yang berada di depan Jungna. Lalu memutar kursinya agar bisa menghadap ke belakang.
"Morning baby."
Jungna mendongak, "Pagi sayang."
"Najis lo berdua," Jake menggeleng tak habis pikir. Jungna dan Heesung hanya tertawa ngakak.
"Lo cemburu cuma Jungna yang gue sapa? Yaudah nih. Pagi Jake ku yang ganteng."
Buku Jake melayang mengenai wajah Heesung. "Gue merinding. Mending lo diem."
"Santai dong! Sakit!"
Tak lama kemudian Yerin datang. "Halo kawan."
"Widiih dateng cepet ni bocah." Jungna kagum. Biasanya Yeri akan datang 5 menit sebelum bel masuk berbunyi.
"Jelas dong. Hari ini crush ku dateng pagi."
"Crush yang mana, crush lo banyak soalnya."
"Yang kakak kelas."
Jungna mengangguk paham. Tau siapa orang yang Yerin maksud.
"Jimin?" Heesung menebak.
"Yoii mas bro."
"Buset masih betah lo crushin dia."
"Betah dong.
"Kalo suka sama orang itu gerak Yer, sat set sat set. Lo pantengin sampe mampus apa gunanya?" Heesung memberi nasehat. Pengalaman soalnya.
"Lo suruh gue yang ngejar? No no no. Gue ngga bakal ngejar. Kalo dia yang ngejar trus perjuangin gue alhamdulillah. Tapi kalo dia ga ngejar yaudah gapapa."
"Pasrah amat."
"Gue sadar diri plus gamau nyari penyakit."
"Bagus. Soalnya kalo lo galau kita yang pusing," Jake menyipit menatap Yerin. Yerin nyengir.
"Lo juga kurangin sifat buaya lo itu." kata Jungna yang ditujukan untuk Heesung.
"Friendly, Jung. Bukan buaya."
"Sikap lo bikin mereka salah paham. Kasian mereka yang berharap."
"Niat gue mau berteman aja sama mereka, ngga bermaksud ngasih harapan."
"Makanya perbaiki sikap lo itu."
"Iya sayaang. Cemburu ya?"
"Ew."
Heesung memang sering memanggil Jungna dan Yerin dengan panggilan 'sayang'. Untung saja keduanya tidak baper dengan si mulut manis itu. Mereka juga tau jika Heesung hanya bercanda.
"Btw si Sunghoon mana?" tanya Jake. Ketiga sahabatnya menggeleng tidak tau.
"Bentar lagi mungkin datang."
Dan perkataan Yerin benar nyatanya. Laki-laki baru saja memasuki kelas.
"Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh. Alhamdulillah di pagi yang mendung ini kita masih diberi kesehatan agar bisa bertemu di tempat yang tidak menyenangkan ini dalam keadaan tertekan dan juga hampir gila."
Diantara seluruh kelas. Sapaan pagi Sunghoon memang paling beda. Mengutarakan isi hati.
Vote komen jangan lupaaa