Bagian 3

1.4K 141 1
                                    

"Jie, gue keren nggak pake motornya Mas Jojan?" tanya Candra saat keduanya berjalan dari garasi rumah menuju ke pintu masuk.

Zidan memutar bola matanya malas, "Nggak sama sekali, sebenernya lo masih belom nyampe kan? Dasar pendek!"

Sebenarnya Candra ini sudah dari dulu ingin menaiki motor KLX milik Jordan, bahkan saat Papa membelikan motor itu untuk Jordan ia ngambek karena pengen dibeliin juga, tapi saat itu Candra masih SMP dan kakinya belum sampai.

"Heh sembarangan! Mas Rion lebih pendek!" Candra menoyor dahi adiknya gemas, "mentang mentang bongsor, sombong!"

"Iya dong secara lo kan Abang gue tapi lo lebih pendek dari gue, wle." Zidan mengulurkan lidahnya mengejek.

"Dasar--"

"DOR!"

"MONYET!" pekik Zidan dan Candra serentak.

Keduanya langsung menoleh ke belakang dan menemukan Haikal yang tertawa terpingkal pingkal sembari memegangi perutnya.

"Beneran monyet ternyata!" cetus Candra kesal.

Mendengar kalimat Candra, Haikal langsung menghentikan tawanya, "Siapa monyet?!"

"LO!" cetus Candra dan Zidan serentak, keduanya segera melenggang masuk meninggalkan Haikal.

"Candra Jid-- KOK DIKUNCI WOY?!" pekik Haikal karena ternyata kedua adiknya itu menguncinya dari dalam.

"MONYET KAN TEMPATNYA DI KEBUN BINATANG!" pekikan keras Candra dan tawa renyah Zidan langsung menyapa telinga Haikal.

"AWAS AJA GUE CIUM SATU SATU!"

"BODOAMAT!" pekik Candra dan Zidan serentak.

Haikal mengusap wajahnya kasar, "Sabarin aja didzolimi sama adek sendiri, gue cium atu atu mampus lo berdua."

Lelaki itu berjalan ke samping rumah, lebih baik ia lewat pintu samping saja daripada harus teriak teriak yang berujung tak dibuka juga oleh Candra dan Zidan.

"Kok dikunci? Ada siapa?" tanya Tara yang ternyata ada dirumah.

"Ada monyet a," sahut Candra santai.

Tara mengernyitkan dahinya bingung, "Monyet?"

"Itu." Zidan menunjuk Haikal yang baru saja memasuki rumah lewat pintu samping.

"Apa nunjuk nunjuk?!" sewot Haikal tak terima.

Tara meledakkan tawanya, "Katanya kamu monyet Kal."

"Mirip," sahut Zidan lirih.

Setelahnya lelaki itu menyusul Satria yang sibuk dengan ponselnya sambil merebahkan tubuhnya di sofa.

Tanpa mengganti baju terlebih dahulu, Zidan ikut merebahkan tubuhnya di samping Satria yang sedari tadi mengotak atik ponselnya sambil senyam senyum sendiri.

"Jwidan udah pulang ututu," pekik Satria histeris sambil memeluk Zidan erat.

"Bang Bang, lepasin Bang! Jidan nggak bisa napas!"

Satria mendadak tuli, ia tak mempedulikan kalimat Zidan.

"BANG! LO KENAPA SIH?!" pekik Zidan berusaha memberontak dari serangan Satria.

"GUE LAGI SENENG JIE!" sahut Satria memekik.

Satria melepaskan Zidan dan mendudukkan dirinya dengan tegak, namun tidak dengan otaknya. Ya sepertinya otak lelaki itu sedang miring.

"Bang, lo gila? KOK SENYAM SENYUM SENDIRI SIH?!" Zidan menggoyangkan bahu Satria yang masih senyam senyum bak orang gila.

Fiks! Satria benar benar gila.

365 PagesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang