Bagian 31

1.1K 98 6
                                    

"Yang bersih dong kalo ngepel, eh ngelap," ujar gadis berambut panjang dikuncir satu sembari tertawa renyah.

"Ini masih kotor anjir, gimana sih lo bersihin lantai aja nggak becus!" Gadis berambut sebahu itu mencetus setelah dengan sengaja menginjak injak lantai yang masih basah.

Gadis berponi yang berjongkok dengan kertas di tangannya itu mendongak menatap teman sekelasnya, dengan sangaja mereka menginjak lantai yang sedang ia bersihkan karena ulah salah satu temannya menumpahkan kacang hijau didalam kelas.

"Apa?! Ngapain liatin gue? Bersihin dong. Kalaupun gue yang nggak sengaja numpahin tetep lo yang bersihin, denger nggak, tuli?!" bentak gadis dengan seragam ketat layaknya peraturan sekolah, make up nya tebal seperti ingin pergi ke kondangan, gadis itu mengibaskan rambut panjangnya hingga mengenai wajahnya sendiri.

Tanpa membalas, gadis berponi itu kembali dengan kegiatannya, membersihkan lantai kelas yang lengket menggunakan kertas sobekan dari bukunya.

Di balik pintu yang tidak tertutup sempurna, tiga orang lelaki mengintip dengan salah satu lelaki yang mengepalkan tangannya erat.

"Gue harus--"

Brakk.

Pintu yang dibuka kasar mengalihkan perhatian semua penghuni kelas. Namun, sang pelaku yang tersulut emosi itu langsung ditarik menjauh sebelum semua penghuni kelas melihat wajahnya.

"Jangan, Jie!"

Praja dan Lukas yang menarik lengan Zidan, dimana pun itu asalkan menjauh dari kelas X IPS 1 yang pasti sekarang seluruh penghuni kelas sedang bertanya tanya siapa pelaku yang sudah membuka pintu dengan kasar.

"Lepas! Gue nggak bisa liat Erin diperlakukan kayak gitu, Ja, Kas! Gue nggak bakalan rela Erin direndahkan dan dibully kayak gue dulu, gue nggak mau Erin diperlakukan sama kayak gue!"

Zidan menghempaskan tangan Praja dan Lukas kasar, lalu setelahnya ia kembali menuju ke kelas X IPS 1.

"Anjrit kenapa lo biarin, tolol. Gimana kalo si Jidan mukul para cewek cewek itu?!" pekik Lukas panik.

Praja menggelengkan kepalanya, "Gue yakin, Jidan nggak bakalan ngelakuin itu," ujarnya lalu melenggang menyusul Zidan yang sudah memasuki kelas X IPS 1.

"Terutama lo Olin, gue kira lo udah tobat setelah kembali dengan Candra tapi ternyata lo sama Candra bersekongkol untuk bully Erin," tutur Zidan tertawa hambar, "Candra yang pernah nyelamatin gue disaat gue dibully, ternyata bersekongkol sama lo untuk bully Erin. Hebat, kalian berdua hebat. Dan gue bodoh."

Olin menggelengkan kepalanya kuat, "E-enggak K-kak a-aku--"

Zidan tersenyum miring, "Gue udah tau semuanya, termasuk lo sama Candra yang minta Erin untuk jauhin gue. Ternyata lo jadi pengaruh buruk buat Candra, gue nyesel waktu itu pernah yakinin Candra biar dia bisa kembali sama lo."

"Jie, Olin nggak--"

"Lebih baik kita pergi, Er."

Digenggamnya tangan Erin dengan erat dan segera melenggang meninggalkan Olin dan para gadis lainnya yang menundukkan kepala. Keadaan kelas langsung menjadi hening setelah kepergian kedua sejoli itu, bahkan untuk beberapa detik setelahnya semua orang tak berpindah dari tempatnya barang satu senti.

Di ambang pintu Praja melipat tangannya di depan dada dan menggelengkan kepala, "Olin Olin, sifat asli lo ketauan juga, kan?"

Olin langsung mendongakkan kepalanya menatap Praja, "Kak Praja, lo abis bully kak Jidan pasti!" tudingnya.

Praja meledakkan tawanya, "Nggak usah sotoy," ujarnya, ia berdehem, "gimana ya kalo seandainya Candra tau sebenernya lo punya selingkuhan."

Olin langsung membulatkan matanya, "Jangan fitnah lo, Kak!"

365 PagesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang