Minggu sore adalah waktu yang sangat suram, dimana kata 'besok senin' seolah berputar dan menari nari diotak layaknya mengejek bahwa besok kita tak akan dibiarkan untuk bersenang senang. Pikiran random itu berasal dari seorang lelaki yang saat ini sedang termenung ditepi kasur sambil melamun karena kata 'besok senin' masih saja menghantui pikirannya. Rasanya ia ingin terus menjalani 'Jumat sore' dimana waktu libur akan terasa lebih panjang.
Ah, rasanya Zidan tak ingin kembali ke sekolah. Ralat, sebenarnya ia ingin bersekolah tapi teman temannya itu membuatnya malas untuk datang ke tempat yang sudah ia anggap seperti neraka. Teman sekelas dan Praja, selalu saja mereka jika Zidan memikirkan tentang sekolah, seolah tak ada yang menarik untuk kembali ke tempat itu setelah libur selama dua hari.
"Gue capek." Zidan mengusap wajahnya gausar.
"Kenapa gue nggak pernah bisa balas mereka yang selalu ngeremehin gue? Bahkan nonjok ataupun sekedar menangkal kata kata mereka pun gue bisa, tapi kenapa seolah ada sesuatu yang nahan gue ngelakuin itu semua?"
"Tau ah pusing, mending ngegame sama Candra!"
Lelaki berkaos hitam polos dengan celana kolor yang melekat di tubuhnya itu langsung keluar dari kamar, oh iya Zidan baru saja bangun dari tidur siangnya. Memang, setiap weekend Satria selalu menyuruhnya untuk tidur siang yang sebenarnya ia pun malas, tapi daripada abangnya itu mengoceh panjang kali lebar kali tinggi yang berakhir membuat telinganya mengepul lebih baik ia menurutinya saja.
"Sendirian aja a, yang lain mana?" tanya Zidan saat menginjakkan kakinya di ujung tangga.
Didepan sana hanya ada Haikal yang sedang menonton sebuah film di televisi.
"Eh Jidan udah bangun. Mau popcorn nggak? Ini gue abis bikin mau nonton film sama Haikal, lo nggak mau gabung sekalian?" tanya Dira, tetangga Zidan depan rumahnya itu menyunggingkan senyum manisnya.
Zidan menggelengkan kepalanya, "Enggak Kak, nikmati aja waktu berduaannya. Gue nggak mau ganggu orang lagi pacaran."
"Temen!" koreksi Haikal dan Dira serentak.
Oke, Zidan hanya menghela napas panjang. Memang sudah tau pasti kedua sejoli itu akan menjawabnya demikian.
"Btw yang lain mana?"
"A Tara sama Mas Rion belum pulang, Mas Jojan sama Satria diluar, Candra dikamar lagi belajar," sahut Haikal.
"Lo nggak belajar sekalian kayak Candra gitu? Sebulan lagi udah ujian kan?" tanya Dira sambil mengunyah popcorn nya.
Haikal memutar bola matanya malas, "Jidan belajar mah kalo ada pr doang, tau tuh bocah sante banget dah."
"SSJ alias suka suka Jidan," balas Zidan tak santai, "ya udah gue keluar dulu, nggak mau ganggu orang yang lagi kejebak prenjon."
"JIDAN SIALAN!"
Tawa Zidan langsung meledak dan menggema di seluruh penjuru ruangan, lagi lagi kedua sejoli itu mengumpat dengan kompak. Ah, rasanya Zidan puas sekali menertawakan nasib hubungan mereka yang hanya sekedar "teman", ya begitulah memang harus diberi tanda kutip biar jelas haha.
"MAS JOJAN!" pekikan tanpa rupa itu berasal dari dalam rumah, yang mungkin sang empu sedang berjalan keluar.
Nah akhirnya sang pemilik pekikan itu muncul juga, Zidan tersenyum lebar sambil berkacak pinggang dan menghirup dalam dalam udara segar di sore hari dengan memejamkan matanya.
"Tumben nggak ke danau," sindir Jordan.
"Mas ajarin berantem dong."
"MELEK MATA LO, LIAT NIH MUKA GUE UDAH NGGAK CAKEP LAGI, MANA MAU GUE NGAJARIN LO BISA BISA BONYOK MUKA GUE!"
![](https://img.wattpad.com/cover/307837849-288-k120951.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
365 Pages
Teen Fiction"Mau sekeras apapun lo berusaha, lo nggak bakalan bisa. Karena lo Jidan, bukan Candra." ©arnnisa2022