Bagian 26

735 69 2
                                    

Zidan memakan es krim Aice rasa jagung dengan cepat yang terlihat seperti orang rakus, di sebelahnya ada seorang lelaki yang sedari tadi menatapnya dengan sesekali terkekeh.

"Jadi, ini kamu lagi galau ceritanya?"

Sang empu menoleh dengan noda es krim di sudut bibir kanannya, "Ya gitu deh, Jidan nggak tau harus gimana lagi, Dok."

"Kenapa nggak samperin ke rumahnya aja, Jie?" tanya Dokter Reza yang membuat Zidan menjentikkan jarinya.

Saat ini kedua lelaki itu sedang duduk di bangku depan Alfamart yang berada di seberang rumah sakit. Setelah Zidan konsultasi dengan dokter Reza tadi, dokter itu mentraktir Zidan di Alfa seberang katanya sih sebagai hadiah karena Zidan sudah rajin datang mengunjunginya setiap Minggu.

"Oh iya ya, seharusnya pulang sekolah tadi Jidan samperin ke rumahnya aja bukan malah nemuin Dokter. Astaga kenapa Jidan nggak kepikiran sih," sahutnya menepuk dahinya pelan.

"Jadi kamu nyesel ketemu sama saya?"

Zidan langsung mencengir kuda memperlihatkan sederet gigi rapihnya, "Becanda Dok, tapi besok besok traktir gini juga biar Jidan semangat dateng."

"Yang ada saya bangkrut Jie," sahut Dokter Reza tak terima.

"Padahal kan enak, Dok." Zidan kembali memakan es krim jagungnya yang hampir meleleh.

Dokter Reza hanya terkekeh kecil melihat tingkah remaja di depannya ini, melihat Zidan yang akhirnya sudah hampir sembuh membuatnya bahagia karena telah menangani lelaki itu selama tiga tahun terakhir.

"Saya beliin susu Pororo dulu buat kamu," ujarnya bangkit dari duduknya.

"Kalo bisa lima sekalian, Dok," timpal Zidan guyonan.

Dokter Reza membulatkan matanya, "Bukan cuma saya yang bangkrut, tapi kamu juga bakalan overdosis susu, Jie."

Zidan tergelak, "Becanda Dok, tapi kalo mau diseriusin juga nggak papa buat nambahin stok dirumah."

"Nggak ada, keenakan kamu nya."

Dokter Reza langsung melenggang masuk ke dalam Alfamart meninggalkan Zidan yang masih terkekeh.

"Ada ya orang sebaik Dokter Reza. Gue ngerasa beruntung banget bisa kenal dia udah mah baik dan bantuin gue buat sembuh, terus sering traktir lagi, jadi enak gue," kekeh Zidan.

Tapi sungguh bisa mengenal seorang Dokter Reza membuat hidup Zidan menjadi lebih baik, Dokter Reza yang tak pernah absen menanyakan hari harinya ketika bertemu, memberinya semangat sekaligus motivasi, dan juga menasehatinya dengan hati hati. Memang sih itu sudah menjadi pekerjaannya, tapi segala hal seperti itu hampir tak pernah Zidan terima dari siapapun makannya ia bersyukur bisa kenal dengan lelaki yang terpaut lima tahun lebih tua darinya itu.

Zidan yang sudah selesai dengan es krim jagungnya hanya duduk termenung memperhatikan jalanan di depannya yang tampak ramai sore ini, dari beberapa kendaraan banyak juga yang berbelok ke arah kiri yang artinya memasuki area rumah sakit. Pintu Alfamart yang berdecit dan derap langkah kaki seseorang membuat atensi Zidan teralihkan.

"Nih Jie, buat kamu." Susu Pororo dan Sari Roti rasa coklat disodorkan oleh Dokter Reza yang sudah berdiri di depannya dengan tangan yang menenteng Thai Milk Tea rasa coffe.

"Wah makasih Dok, cuma Konsul doang jadi kenyang," kekeh Zidan.

"Makanannya kalo makan banyakin, biar tambah berisi dikit nggak tulang doang gini."

Zidan yang awalnya sedang membuka bungkus Sari Roti dengan exited langsung menghentikan aktivitasnya dan mencebikkan bibirnya sebal.

"Ternyata Dokter juga bisa body shaming," cetusnya.

365 PagesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang