"Bang Sat Bang Sat! Coba tebak deh apa yang Jidan bawa!"
Lelaki yang baru saja memasuki rumah dengan paper bag ditangannya itu langsung mengacir menghampiri sang kakak yang sedang berkutat dengan laptopnya di ruang tengah. Dua kakaknya yang lain hanya terkekeh dan menggelengkan kepala mengikuti langkah lelaki itu dibelakangnya.
"Buset girang banget si bayi," ceteluk Jordan mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel dan tertuju pada Zidan.
Satria hanya terkekeh, jari telunjuknya ditempelkan di dagu lalu beberapa detik berikutnya ia menjentikkan jarinya.
"Apa Bang? Apa?" tanya Zidan antusias yang sedari tadi menunggu Satria mengungkapkan tebakannya.
"Abang nggak tau," cengir Satria yang membuat bahu Zidan langsung merosot.
Candra meledakkan tawanya, "Bang Sat yang bener aja, itu Jidan udah semangat banget loh."
"Ya gimana, Abang nggak bisa nebak."
"Kalo dilihat dari luarnya sih kayaknya itu jas bukan? Secara bentar lagi kan lo berdua mau graduate," celetuk Jordan.
Raut wajah Zidan langsung kembali sumringah, "Bener Mas Jojan! Ah Bang Sat mah apaan, tau gitu dari tadi Mas Jojan aja yang Jidan suruh nebak."
Tara terkekeh, diacaknya puncak kepala si bungsu dengan gemas, "Kayaknya seneng banget dibeliin jas baru, padahal tadi di telepon bilangnya nggak usah aja."
"Sebenernya sih Jidan pengen yang baru a, cuma nggak enak aja sama a Tara lagian pernah nyoba punya Mas Jojan juga muat di Jidan kok."
"Lain kali nggak usah nggak enak an, udah tugasnya a Tara membiayai keperluan kamu dan yang lain. Selagi Aa bisa beliin ya nggak masalah, toh kalo kamu seneng gini Aa juga seneng," tutur Tara.
Zidan mengangkat ibu jarinya tinggi tinggi, "Aa Tara emang hebat!"
Merasa gemas Tara langsung mengeteki kepala Zidan yang padahal ia baru saja pulang dari kerja haha.
"AA BAU!"
"Wihh lagi lada ngumpul nih!" pekik Haikal yang baru saja memasuki rumah, "apaan tuh adik adiku pada bawa paper bag?"
"Jas baru dong buat graduate!" sahut Zidan semangat.
"Semangat banget lo, bayi."
"Tau tuh baterainya lagi full, dari tadi di sekolah tingkahnya aneh. Masa tadi tiba tiba bilang 'lo bwenwe--"
Zidan melotot dan langsung membekap mulut Candra sebelum lelaki yang hobi keceplosan itu membeberkan kepada para abangnya tentang kalimatnya saat di kantin tadi.
"Gue pukul juga nih mulut!" cetusnya.
Tak lama Zidan menurunkan tangannya yang membekap mulut Candra setelah dirasa lelaki itu sudah sadar dengan kalimatnya.
Sang empu hanya mencengir kuda seolah hal itu memang sudah biasa terjadi padanya, "Sorry hampir keceplosan."
"Apaan njir, bocil berdua nih bikin penasaran aja," celetuk Haikal yang merasa penasaran melihat interaksi keduanya.
"Rahasia!" cetus Candra dan Zidan serentak.
Tawa Jordan langsung terdengar nyaring di seluruh penjuru ruangan, "Yah kasian berasa diejek bocil!"
Haikal hanya meliriknya sekilas tanpa berniat untuk menanggapi, lebih tepatnya sedang malas untuk menciptakan keributan.
"Abis ini mandi, terus temenin gue cari kado ya, Jie," ujarnya menatap Zidan.
Semua pasang mata langsung tertuju pada Haikal dengan kening yang bergelombang, bahkan Zidan sampai memajukan wajahnya dengan satu alis yang terangkat.
"A Haikal nggak bakalan ngapa ngapain Jidan, kan?" tanya Satria tiba tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
365 Pages
Teen Fiction"Mau sekeras apapun lo berusaha, lo nggak bakalan bisa. Karena lo Jidan, bukan Candra." ©arnnisa2022