Sang bulan telah pergi menyisakan bintang bertujuh yang bersinar di langit sana. Seolah saling membahu untuk tetap bersinar dengan cara yang berbeda beda.
-365 Pages-Keempat lelaki menyantap makan malamnya dengan terburu buru agar segera cepat selesai, sembari terus memasang raut kesalnya mereka mendentingkan sendoknya dengan kasar. Terutama lelaki berkaos putih pendek bertuliskan 'lover' di dadanya.
"Udahlah kalian berempat ini masih aja ngambek, toh makannya sudah habis. Apalagi kamu Haikal, itu mulut nggak usah di maju majuin, bisa?" Paman memijat pengkal hidungnya lelah setelah semuanya selesai makan.
"Nggak bisa! Paman nggak sesuai perjanjian!" cetus Haikal menatap Paman tajam.
"Bener! Sia sia Jojan kalahin Paman tadi pagi," imbuh Jordan tak kalah kesal.
Paman terkekeh, "Kan katanya makan diluar, lah ini bener dong kita makan diluar."
"Nggak gini juga Paman!"
Rion memekik pasrah sekaligus gemas, mungkin kalau yang di depannya ini Haikal atau yang lainnya ia pasti sudah bersiap melayangkan bogem dengan menarik kaos pendeknya. Sayangnya pria di depannya ini adalah Paman, yang kenyataannya badannya saja tak ada apa apanya dengan badan pria itu.
"Tapi Paman nggak salah juga, harusnya kamu mintanya yang jelas Kal," sahut Tara dengan wajah pasrahnya.
Haikal menghela napas pasrah dan membuang muka, "Tau ah, males sama Paman."
Paman tergelak, rasanya puas sekali menjahili para keponakannya ini. Melihat raut wajah mereka yang ditekuk menjadi kesenangan tersendiri baginya.
"Ini pada kenapa? Kok Satria nggak tau apa apa?" tanya Satria menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Candra juga nggak tau," sahut Candra menggelengkan kepalanya.
"Jidan juga nggak tau," imbuh Zidan menggelengkan kepalanya.
Eyang menggelengkan kepalanya, "Eyang juga nggak tahu," ujarnya menirukan gaya bicara Candra dan Zidan.
"Eyang liat tuh si Paman, mukanya ngeselin kan? Haikal rasanya pengen nonjok!" rengek Haikal kesal.
Paman kembali tergelak, "Udah bener Kal, ini kan makan diluar. Tuh liat ke atas kalian udah bisa lihat langit, dan itu pintu rumah kalian disana, kita diluar loh ini," ujarnya sambil merentangkan kedua tangannya santai.
"Iya, diluar rumah!"
Seharusnya malam ini sesuai kesepakatan yang kalah adu panco akan mentraktir untuk makan malam diluar, dan karena Paman kalah adu panco dengan Jordan tadi pagi maka harusnya malam ini mereka semua makan diluar yang ditraktir oleh Paman.
Namun ternyata ketujuhnya dan juga Eyang malah berakhir duduk di halaman rumah dengan beralaskan tikar, mereka makan malam seperti biasa yang dimasak oleh Satria dan Candra. Memang sih seperti ini juga namanya makan diluar, tapi ya tidak seperti ini juga.
"Oh Satria paham kenapa pada ngambek gini," ujar Satria cekikikan yang mengundang lirikan tajam dari Jordan, Haikal dan Rion.
"Udah nggak usah pada ngambek, lain kali Paman traktir makan diluar deh. Kali ini doang Paman becanda," ujar Paman terdengar serius.
"Kan Paman pulang besok."
"Lain kali kalo kita ketemu maksudnya, kalian yang ke Solo atau Paman yang bakalan kesini lagi nantinya. Ini Paman janji, diingetin kalo lupa."
"Bener ya? Awas aja kalo boong, ini saksinya tujuh orang termasuk Eyang," sahut Haikal yang tampaknya masih dongkol.
Paman menempelkan tangannya di dahi bak sedang hormat bendera, "Siap! Ini Paman mode serius, nggak bohong dan nggak becanda."
KAMU SEDANG MEMBACA
365 Pages
Teen Fiction"Mau sekeras apapun lo berusaha, lo nggak bakalan bisa. Karena lo Jidan, bukan Candra." ©arnnisa2022