Candra menghentikan motornya di parkiran SMA Persada, dan membuka helmnya dengan menyibakkan rambutnya ke belakang yang mengundang pekikan para gadis di area parkiran.
"WOY CANDRA GANTENG BANGET!"
"Candra naik KLX?!"
"Wah keren banget."
"Omg Candra ganteng banget."
"Wahh gila, pacar gue makin cakep aja."
Mungkin kira kira seperti itu pekikan para gadis sang pecinta cogan.
Sedangkan Candra tak henti hentinya menyunggingkan senyum paling manisnya, dan sedikit tebar pesona yang membuat para gadis itu semakin histeris.
Zidan yang melihatnya hanya memutar bola matanya malas, hobi sekali Abangnya ini membuat para gadis ketar ketir.
"Kebiasaan," cibirnya.
"Biasalah orang ganteng," sahut Candra angkuh.
"Iya in," sahut Zidan langsung melenggang meninggalkan Candra.
Eits, Zidan langsung melenggang bukan karena kesal. Tapi memang kelas mereka berada di gedung yang berbeda. Candra mengambil jurusan IPA yang berada di gedung A, sedangkan Zidan mengambil jurusan IPS yang ada di gedung C.
Zidan berjalan dengan bersenandung ria di koridor, sebenarnya kelasnya berada di lantai dua. Namun dengan santainya ia malah lurus melewati tangga dan menuju ke koperasi sekolah, biasalah apel pagi.
Koperasi sekolah sudah terlihat dari tempatnya berjalan, Zidan tak henti hentinya menyunggingkan senyum sembari memegangi dadanya.
"Masih aja deg deg an," ujarnya menghembuskan napas berusaha mengatur detak jantungnya.
Setelah dirasa cukup, Zidan kembali melanjutkan langkahnya.
"Assalamualaikum Paman," ujar Zidan tersenyum lebar kepada seorang pria yang kira kira sudah berkepala empat.
"Waalaikumsalam," sahut pria itu, namanya Roni, "mau ngapelin Erin ya Jie?"
Zidan menggaruk kepalanya salting, "Hehe iya Paman," cengirnya.
Roni tersenyum menanggapi, "Erin lagi di kantin, udah dari tadi tunggu aja atau mau disusul?"
Belum sempat Zidan menanggapi, namun seorang gadis batu saja keluar dari lorong dan berjalan ke arahnya.
"Itu udah dateng Paman," ujarnya menunjuk gadis tersebut.
"Hai Jie," sapa gadis itu.
Namanya Aerin Margaretha Lawrence, atau yang biasa dipanggil Erin. Gadis berponi dengan kaos oblong putih dan rok broken white sepanjang mata kaki itu tersenyum manis kepada Zidan.
Zidan balas tersenyum, ah rasanya melihat senyum itu tercetak di wajah gadisnya Zidan tak akan rela jika ada seseorang yang merenggut senyum manis itu. Ia mengacak pelan rambut Erin, lalu menggerakkan tangannya memberi isyarat.
"Kamu baru selesai makan? Padahal aku bawain makanan buat kamu."
Zidan merogoh tas punggungnya dan mengeluarkan tepak makan, ia menyodorkannya kepada Erin, dan lagi lagi ia menggerakkan tangannya.
"Nasi goreng? Ini beneran kamu yang masak?"
Zidan mencengir, "Bukan sih, lebih tepatnya Bang Satria yang masak. Katanya biar kamu bisa nyicipin masakan dia, enak loh coba aja."
"Tuh kan bukan masakan kamu," sahut Erin terkekeh, "btw bilangin makasih ke Bang Satria, nanti Erin makan."
"Sama aku enggak?" Zidan menggerakkan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
365 Pages
Novela Juvenil"Mau sekeras apapun lo berusaha, lo nggak bakalan bisa. Karena lo Jidan, bukan Candra." ©arnnisa2022