•°☆
Di Hari Minggu ini, keluarga kecil Helios akan akan menghabiskan waktu mereka di rumah. Semula, mereka ingin pergi ke sworld, di mana mereka bisa melihat banyaknya jenis ikan, namun ternyata dari pagi sudah turun hujan deras membuat jalanan sudah sangat padat dari pagi. Hal itu membuat rencana bertamasya mereka gagal total.
Brianna yang baru saja terbangun dari tidur siangnya itu berdiri kemudian duduk di sebuah sofa yang tersedia di dekat jendela kamarnya.
Gadis itu melihat ke jendela yang arahnya memperlihatkan rumah sebelah. Dahinya sontak mengernyit melihat beberapa orang sibuk memasukkan barang-barang yang dilapisi plastik ke dalam rumah di tengah-tengah hujan begini.
"Ayo, sayang. Masuk ke rumah, yuk."
Laki-laki itu keluar dari mobil dengan menggenggam tangan ibunya lalu berjalan masuk ke dalam rumah.
Brianna membulatkan matanya saat netra indahnya itu bertatapan dengan anak laki-laki tadi. Ia segera menunduk agar tidak terlihat. Tak lama, kepalanya kembali muncul untuk melihat apakah laki-laki itu masih ada atau tidak.
"Siapa dia?" batin Brianna.
Karena sangat penasaran, Brianna pun berlari keluar kamar dan turun ke lantai bawah.
"Mau kemana, Bri? Jangan lari-la-"
Brianna berlari melewati Retta yang berada di ruang keluarga bersama Helios. Melihat Brianna yang sedang berusaha membuka pintu rumah, Retta dan Helios pun mengejar Brianna. Takut terjadi apa-apa dengan gadis kecil itu.
"Hufffttt..."
Hembusan napas serta bahu yang menurun lesu itu dilakukan Brianna saat tak berhasil membuka pintu besar rumahnya.
"Mau ke mana, sayang?" tanya Helios.
Brianna menoleh menatap sang Ayah. "Pa, tolong bukain pintunya," pintanya dengan nada memelas.
"Iya, tapi buat apa? Lagi hujan, Nak."
"Bri mau liat rumah sebelah, Pa. Tadi banyak orang masuk-masuk ke sana."
Helios dan Retta bertatapan dengan alis yang sama-sama terangkat. "Kamu tau dari mana?" tanya Retta.
"Jendela kamar," ujar Brianna.
Brianna menarik-narik kaos Heliso. "Ke sana, yuk, Pa!"
"Ngapain?" tanya Helios sembari menggendong Brianna.
"Ya udahlah, ayo! Sekalian kenalan karena pasti mereka tetangga baru kita," sahut Retta.
"Yeay!" girang anak kecil itu.
Retta, Helios dan Brianna sudah masuk ke dalam mobil untuk menuju rumah tetangga baru mereka. Pekarangan mereka yang luas membuat mereka akan memakan waktu yang lama jika harus berjalan. Belum lagi hujan derasnya yang akan menyulitkan mereka berjalan.
*****
"Ayo, sayang. Masuk ke rumah, yuk."
Laki-laki itu keluar dari mobil dengan menggenggam tangan ibunya lalu berjalan masuk ke dalam rumah baru mereka dengan payung.
Zionathan yang semula berjalan itu tiba-tiba menoleh ke arah atas begitu merasa dirinya sedang diperhatikan. Melihat wajah seorang gadis cantik yang terkejut kemudian menghilang membuat senyum tipis itu hadir di wajah tampannya.
Bukan, hantu, kan?
"Ayo, Nak. Kok ngelamun?" tegur Dianna, sang Ibu. Lalu mereka lanjut masuk ke dalam rumahnya.
"Gimana? Suka gak sama rumah barunya?" tanya Dianna kepada anak laki-laki semata wayangnya yang duduk di pangkuannya.
Zionathan mengangguk dengan senyum tipis. "Suka. Lebih besar!"
"Kayaknya ada yang tinggal di sebelah kita juga deh, Nak," ujar Dianna. Pasalnya, tadi ia melihat bahwa lampu di sekitar pekarangan mansion Helios itu menyala dan ada beberapa penjaga yang berdiri di depan gerbang mansion mereka.
Laki-Laki berusia enam tahun itu juga ikut mengiyakan bahwa memang benar ada yang menempati rumah sebelahnya.
"Papa mana?" tanya Zionathan.
"Papa bentar lagi nyusu-"
TING TONG
"Eh! Bentar, Mama buka pintu dulu."
Zionathan menggenggam tangan Dianna begitu ia hendak berjalan. "Ikut, Ma." Dianna mengangguk kemudian lanjut berjalan.
CEKLEK
"Halo!" seru Brianna melihat pintu rumah terbuka dan menunjukkan seorang wanita berusia hampir sama dengan Retta bersama dengan seorang anak laki-laki yang menggenggam tangan ibunya erat.
Retta menunjukkan senyum lebarnya dan mengulurkan tangannya pada Dianna. "Halo, saya Retta dari rumah sebelah. Tadi kebetulan liat jadi mau nyapa aja."
Diana tersenyum dan menjabat tangan Retta. "Halo, saya Dianna. Salam kenal."
Helios mengulurkan tangannya dan berkenalan dengan Dianna juga. Brianna yang melihat itu ikut melakukannya dengan tangan mungilnya.
"Nama aku Brianna Chana Bagaskara. Dipanggil Bri."
"Cantiknyaaa..." puji Dianna menyambut hangat jabatan tangan mungil Brianna.
Brianna kemudian mengalihkan tangannya ke arah Zionathan. Anak laki-laki berusia enam tahun yang sedari tadi hanya memandangi Brianna tanpa memperdulikan kedua orang tua gadis itu, segera membalas jabatan tangan Brianna.
"Zionathan."
Brianna tersenyum lebar dengan wajah berbinar. "Brianna."
*****
Halo!!
Zionathan balik lagi dengan cerita yang udah berbeda yaaa! Dijamin lebih seru, menguras emosi dan air mata. Anzay!Komen dong mau update part 1 kapan!!
•°☆
ZIONATHAN
BRIANNA
Vote dan Komen ya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You
أدب المراهقينFOLLOW SEBELUM MEMBACA! SEQUEL PERJODOHAN MANTAN BISA DIBACA TERPISAH! **** Dunia Zionathan adalah Brianna. Dunia Brianna adalah Zionathan. Yah, setidaknya itu yang dikatakan orang-orang di sekitar mereka yang selalu merasa bahwa mereka lebih dari...