CRUMBLES DOWN

627 66 11
                                    

•°★

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•°★

Maisya tahu bahwa apa yang terjadi bukan sepenuhnya salah Brianna. Dia pun sadar bahwa Brianna justru menjaga jarak dengan Zionathan belakangan ini. Tapi, dia tidak akan membiarkan Brianna mengetahui alasannya melakukan ini. Dia tidak mau Brianna tahu akan kemungkinan bahwa Zionathan memiliki perasaan untuknya. Akan lebih mudah dengan melimpahkan semua yang terjadi pada Brianna, dan itu yang Maisya lakukan sekarang.

"Jauhi Zionathan. Kalau bisa pergi dari hidupnya. Gue sayang Zio lebih dari apapun. Gue gak mau kehilangan dia."

Brianna tertegun.

Pergi dari hidup Zionathan?

Kedua matanya itu perlahan kembali menatap Maisya dengan bibir yang ia gigit agar tidak bergetar. Dia ingin menangis saja. Otaknya belum selesai memproses, Maisya sudah kembali berbicara.

"Kita sama-sama perempuan. Harusnya lo ngerti gimana perasaan gue, Bri. Gue bahagia sama Zionathan. Begitupun sebaliknya. Kalau lo sahabat yang baik, lo harusnya tau apa yang terbaik. Lo gak mau terus-terusan bikin hubungan kita rumit, kan?"

"Kak, gue-"

"Gue harap lo pikirin kata-kata gue tadi. Gue tau lo ngerti apa yang harus lo lakuin. Gue duluan, Bri." Maisya pergi, meninggalkan Brianna dengan perasaan berat di dada.

Setelah percakapan itu, dia hanya terus berjalan ke tempat di mana Agam berada dengan pikirannya yang berisik.

Menjaga jarak dan batasan saja sudah sangat sulit, apalagi sampai pergi dari hidup laki-laki itu? Tidak pernah terbayangkan sedetik pun bagaimana hidupnya tanpa Zionathan.

Brianna menggigit bibirnya kuat-kuat agar dia tidak menangis di tempat umum seperti ini. Ia mengusap kedua matanya yang berair itu dengan punggung tangannya. Kepalanya menengadah ke atas, berusaha agar air mata itu tak lagi muncul. Sialnya, air mata itu tetap mengalir melalui ekor matanya.

Dia tidak ingin kehilangan Zionathan. Akankah dia menjadi egois?

Tak dapat menahan air matanya, Brianna dengan cepat melanjutkan langkahnya sambil menunduk agar tidak ada yang melihatnya menangis.

Sampai di parkiran, ia melihat Agam duduk di kap mobilnya. Ia segera berlari kecil menghampiri dan seketika tangisnya pecah saat dia sudah berhadapan dengan laki-laki itu.

"K-Kenapa? Kok nangis?" Tentu saja Agam panik. Sebelumnya gadis itu masih sibuk mengoceh, lalu kini menangis?

Brianna menggelengkan kepalanya masih sambil menangis. Agam segera membawa masuk Brianna ke dalam mobilnya. Selain karena menangis, rintik hujan pun mulai terasa membasahi kulit mereka.

Dalam mobil, Agam hanya diam, menunggu gadis itu tenang. Brianna tidak mungkin menangis tiba-tiba dan sehebat ini. Bahkan saat tulangnya patah saja nangisnya tidak sehebat dan selama ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang