Bagaimana? Apa Kau sudah muak dengan semua yang ku katakan sejauh ini?
Masih kuat?
Mau menyerah?
Sebenarnya Aku juga bosan terus menerus menulis kata sepi, kesepian, sepi, kesepian, sepi, kesepian terus menerus. Tapi mau bagaimana lagi? Ini bukan keinginanku. Tapi hatiku yang menggerakkan jemari ini hingga sampai bisa menulis sejauh ini.
Maaf jika Kau sudah muak dengan semuanya. Dengan tangan terbuka Aku melepasmu untuk berhenti membacanya.
Toh ini tidak akan membawa banyak manfaat bagimu kan? Aku menulis ini hanya untuk orang-orang yang sama lemahnya sepertiku, orang-orang yang serupa kesepiannya denganku.
Bagi manusia kuat sepertimu, tidak cocok untuk membaca celotehan tak berguna ini. Jadi daripada Kau mengolok-olok kata-kata ku, dan mengatakan pada semua orang bahwa Aku sedang cari perhatian, lebih baik hentikan ini semua dan pergilah. Cari bacaan lain yang cocok dengan jenis manusia kuat sepertimu.
Karena sungguh, Aku menulis ini bukan untuk menambah kebencian di hati orang-orang. Aku tidak sedang menjelek-jelekkan atau mengunggulkan siapapun. Aku juga tidak sedang mencari perhatian atau menunjukkan pada semuanya bahwa Aku terlihat lemah dengan tujuan supaya kalian semua respect kepadaku.
Aku tidak peduli, sama sekali tidak.
Aku tidak peduli jika setelah ini kalian akan memandangku sebelah mata. Aku juga akan masa bodo jika banyak di antara kalian yang nantinya membenciku. Aku tidak peduli sama sekali kawan. Karena niatku jelas sejak awal.
Baiklah, mungkin kita bisa menuju ke pertanyaan selanjutnya.
"Ke mana kesepian akan membawaku? Ke muara apa sungai kesepian ini akan menghanyutkanku? Ke mana kapal kesepian ini akan berlabuh?"
Ke mana?
Ke mana?
Dan ke mana?
Sebuah pertanyaan yang tentunya membuat kepala pening jika terus menerus dipikirkan.
Ke mana perasaan kesepian ini akan membawa kita?
Kesepian ibarat gerbang yang ketika kita membukanya, maka di balik gerbang itu terdapat begitu banyak jalan yang entah akan membawa kita ke mana.
Ada begitu banyak pilihan jalan yang bahkan kita sendiri tak tahu harus ke mana. Apakah jalan yang berada di ujung kiri sana? Apakah jalan yang berada di ujung kanan sana? Atau jalan yang tepat berada di depan kita?
Semua jalan terlihat sama. Bedanya terletak di ujungnya yang tak bisa dijangkau dengan mata.
Apa Kau sudah bisa membayangkannya sekarang?
Kau membuka sebuah gerbang lalu di dalamnya terdapat banyak jalan yang kamu sendiri tidak tahu ke mana arah tujuannya. Kita tidak bisa balik kanan dan pergi. Satu-satunya pilihan adalah kita harus memilih salah satu dari jalan itu dan menerima dengan lapang apapun yang ada di ujungnya.
Kenapa Aku mengibaratkan kesepian seperti ini?
Yah, anggap saja ujung di setiap jalan itu adalah depresi, tekanan darah tinggi, lemah imun, demensia, diabetes, penyakit jantung dan beragam penyakit lainnya.
Kenapa penyakit?
Karena ada begitu banyak penyakit yang disebabkan oleh perasaan kesepian.
Aku tidak bermaksud ingin menakut-nakutimu. Aku hanya bicara kemungkinan terburuknya. Bahwa kesepian yang dianggap wajar dan normal, ketika tiba waktunya kesepian itu tak dapat lagi menahan kesepiannya maka tak heran jika sewaktu-waktu kesepian ini mengundang banyak penyakit termasuk meningkatkan risiko kematian.
Yah, kematian!
Menyeramkan bukan?
Perasaan yang sering kali disepelekan tanpa sadar bisa mengakibatkan dampak besar. Meski kita tahu sendiri kalau kesepian ya tidak lain adalah penyakit itu sendiri.
Jadi bagaimana?
Apa Kau akan terus mematung di depan gerbang dan hanya menatap jalan-jalan itu?
Jika kita putar balik ke belakang, itu tidak akan mudah. Kita telah terjebak dalam gerbang kesepian ini. Dan keadaan memaksa kita untuk terus berjalan dan berjalan.
Apakah ada jalan di mana kita bisa memilih jalan yang ujungnya adalah kesembuhan? Jika ada, untuk apa kita repot-repot mengambil resiko besar seperti ini?
Yah, tentu. Tapi sayangnya kita tidak tahu mana jalan yang menunjukkan ke arah kesembuhan itu.
Mengapa tidak tahu?
Tentu saja tidak tahu. Apakah mereka yang kesepian tahu bagaimana caranya untuk sembuh? Apakah mereka yang kesepian dan tahu jalan menuju kesembuhan lantas mereka akan mengikutinya begitu saja lalu cling, tiba-tiba saja kita sembuh dengan sendirinya? Apakah semudah itu orang kesepian bisa keluar dari rasa kesepiannya?
Tentu tidak kan? Tidak mungkin! Tidak mungkin akan semudah itu caranya.
Mereka yang mengalami kesepian akan berada di fase di mana mereka akan kehilangan arah, tidak tahu harus berbuat apa, bertemu siapa dan harus ke mana.
Mereka akan tersesat terlebih dahulu. Dan terjebak dalam ketersesatan itu dalam waktu yang tidak sebentar.
Bahkan yang paling buruknya adalah mereka akan berada di posisi di mana mereka kehilangan dirinya sendiri.
Yah, kehilangan diri sendiri. Ini bukan seperti penyakit hilang ingatan dan sejenisnya. Tidak. Mereka masih bisa mengingat segala hal. Namanya, nama keluarganya, nama tetangganya, hobinya, makanan kesukaannya, semua itu masih diingat. Namun kehilangan yang ku maksud di sini bukanlah kehilangan ingatan. Melainkan kehilangan diri dengan segala prinsip-prinsip yang melekatinya.
Kau tahu apa yang akan mereka katakan?
AKU SIAPA?
Yah, begitulah kesepian merenggut segalanya dari kita. Dan titik di mana kita merasa kehilangan diri kita sendiri adalah titik yang begitu menyakitkan.
Ketika kita kehilangan diri sendiri memang menyakitkan. Tapi ada yang lebih menyakitkan dari itu semua. Yaitu perasaan kosong.
Yah, kosong. Menurutku puncak dari seluruh rasa sakit adalah perasaan hampa.
Perasaan di mana kita tidak bisa merasakan apapun. Tak bisa merasakan keberadaan siapapun. Tidak mengerti bagaimana menjelaskan perasaan ini. Perasaan yang bahkan untuk dikenal saja sulit karena teramat menyakitkan.
Kau tahu?
Tidak peduli banyaknya penyakit yang menunggu kita di depan sana atau kematian yang lebih cepat mengintai, yang paling menyakitkan dari segala rasa sakit oleh karena merasakan kesepian adalah perasaan hampa.
Apakah Kau pernah mematung seketika ketika sesuatu yang jadi milikmu direnggut seseorang atau hilang begitu saja?
Bayangkan jika suatu saat Kau sedang naik motor dengan orang terkasih. Lalu sebuah kecelakaan tiba-tiba saja terjadi menyerangmu dan orang terkasihmu. Kau masih dalam kondisi baik sedangkan naasnya kondisi orang terkasihmu sudah tidak bernyawa. Saat itu Kau bahkan tidak bisa menangis, Kau hanya mematung memandangi tubuh yang terbujur kaku seraya darahnya berlumuran darah. Apa? Perasaan apa yang bisa dijelaskan dari kejadian itu?
Ini memang peristiwa yang berbeda. Namun dengan kasus yang sama. Bagaimana sesuatu yang telah direnggut dari kita membuat kita ditampar oleh perasaan kehilangan.
Entah kehilangan orang terkasih atau siapapun. Tetaplah kehilangan yang paling menyakitkan adalah kehilangan diri sendiri. Dan jelas, kekosongan dan kehampaan itu jauh lebih besar meski kebanyakan tak bisa disadari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berguru Kepada Sepi
RandomAku tak pernah menyangka bahwa suatu saat perasaan ini akan tumbuh begitu besar. Ku kira hal ini biasa terjadi, kita merasa hampa di saat-saat tertentu. Kita merasa sendiri walau berada di tengah riuhnya tawa saling beradu. Kemudian perasaan itu den...