Jawaban 11

12 5 0
                                    

Setelah melewati beberapa part sebelumnya, Aku merasa sedikit lega walau sampai detik ini sesak itu masih terasa. Tapi tak apa. Aku percaya selalu ada manfaat yang bisa kita dapat dari menulis walau sekadar untuk meluapkan rasa.

Dan tentu, selain kita bisa berbagi cerita. Aku pun bisa mengeluarkan sampah-sampah yang tertimbun di bilik hati di dalam sana.

Maka, jika Kau merasa sedang tidak baik-baik saja karena terlalu memendam banyak hal dan sulit untuk mengatakannya, menurutku menulislah. Tulislah apa Kau rasakan, ceritakan semua yang Kau alami. Maka lihat saja, besok-besok bukan hanya Kau sendiri yang merasakan sensasi luar biasanya melainkan orang lain pun akan ikut menerima manfaatnya.

Tidak peduli ceritamu baik ataupun buruk. Semua cerita selalu bermanfaat jika sudah diceritakan.

Maka mari bercerita dan mari menulislah.

Baik, Aku tidak akan basa-basi kali ini. Apa Kau siap dengan jawaban dari pertanyaan selanjutnya?

"Benarkah kesepian bisa diceritakan ke semua orang?"

"Benarkah terhadap orang-orang yang bahkan kita percayai, lantas mereka bisa menjadi pendengar yang baik?"

Bagaimana menurutmu?

Apa Kau sudah memiliki jawaban untuk pertanyaan kali ini?

Aku tahu apa yang akan Kau jawab. Kau mungkin akan menjawab belum tentu. Kau mungkin juga akan mengatakan oh tentu, orang-orang yang sudah kita percayai pasti akan selalu mendengarkan kita.

Benarkah demikian?

Menurut jawabanku sendiri, terhadap orang-orang yang bahkan kita percayai belum tentu mereka akan menjadi pendengar yang baik. Karena tidak semua orang bisa melakukannya.

Tidak semua orang bisa memposisikan diri sekalipun ia adalah orang yang dipercaya.

Kau pernah merasakan dikecewakan oleh teman dekat atau sahabat sendiri hanya karena dia tidak bisa memahami kita kan? Itu bukan karena dia tidak memahami. Tapi dia belum bisa memposisikan diri menjadi pendengar yang baik.

Dan manusia-manusia seperti ini, sungguh sangat sulit ditemui di jaman sekarang. Jadi Kau harus berhati-hati ketika bercerita pada siapapun.

Aku serius. Bukan berarti Aku mengajarkan untuk mencurigai sahabat sendiri. Tidak. Tapi beberapa hal memang tidak bisa dibicarakan dengan orang terdekat kita sendiri.

Ada beberapa hal yang hanya bisa kita simpan sendiri. Merasakan bahagia dan sakitnya sendiri.

Karena pada hakikatnya, tidak semua perasaan harus diungkapkan. Tidak semua pemikiran harus diutarakan. Ada yang mesti kita simpan dan renungkan sendiri.

Kau tahu kenapa? Karena boleh jadi, perasaan dan pemikiran itu hanya untuk kita. Untuk pelajaran kita ke depan yang tidak bisa diberikan pada orang lain.

Hanya tentang diri kita.

Apalagi jika cerita itu menyangkut tentang kesepian kawan. Tidak, tidak semua orang bisa memahami perasaan kesepian. Karena tidak semua pernah mengalami fase itu.

Kau tahu? Bicara kesepian yang kita alami berbeda dengan bercerita tentang putus cinta, masalah keluarga, masalah dengan teman, masalah dengan dosen, masalah pekerjaan dan lain sebagainya. Sama sekali berbeda.

Semua masalah-masalah selain kesepian yang kita ceritakan kepada orang-orang kepercayaan kita, mungkin mereka akan mensupport dan menyemangati, atau bahkan beberapa ada yang sukses memberi saran. Tapi tahukah kamu? Kali ini, untuk masalah kesepian, tidak. Tidak bisa diganggu gugat.

Apapun yang kita bicarakan kepada mereka tentang kesepian yang kita alami, hampir semua menangkapnya dengan respon keliru. Menganggap bahwa kesepian adalah kesalahan. Memandang kesepian adalah perasaan ecek-ecek yang sangat tidak perlu dipikirkan. Padahal ini penting, dan menjadi sangat krusial ketika pada akhirnya kita memutuskan untuk menceritakannya pada orang lain.

Apa yang bisa dilihat dari betapa pahitnya perasaan kesepian itu ketika seseorang memutuskan untuk menceritakannya pada orang lain?

Ini adalah sebuah keberanian besar ketika mereka yang kesepian pada akhirnya membuka diri untuk mengakui bahwa dirinya kesepian kepada orang-orang yang dia percayai. Tapi sayang, lebih banyak orang meresponnya dengan sebelah mata.

Kata-kata seperti, "sudah lah jangan dipikirkan lagi", " kamu tuh makanya keluar, jalan-jalan gitu loh. Jangan mengurung diri di kamar terus", "kamu kurang bersosial kali", " kamu kurang bergaul sama orang itu tandanya", "makanya jadi orang tuh jangan individualis".

Lihat saja, pasti kebanyakan orang akan meresponnya dengan kalimat seperti itu.

Apa Kau juga termasuk orang-orang di dalamnya?

Aku tahu, mungkin ketika seseorang menyatakan perasaan kesepiannya kepada orang-orang, terutama orang kepercayaannya. Mereka boleh jadi seketika mengacuhkan orang tersebut. Mereka akan merasa ilfil mungkin. Semacam kalimat, " ih si A lagi ngapain sih. Ngomongnya kesepian, kesepian mulu, bosen deh." Dan sejenisnya.

Dan pada akhirnya, mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak penting. Terlebih bagi perasaan kesepian itu sendiri.

Kau tahu kawan? Kebanyakan orang pasti akan menganggap perasaanku tidak penting.

Contohnya Kau, apa yang Kau pikirkan tentangku sekarang setelah mendengar segala keluhan tentang kesepian?

Kau bosan kan?

Kau muak kan?

Kau menilaiku sebagai orang lemah kan?

Atau jangan-jangan setelah ini Kau akan mengacuhkanku?

Tidak peduli denganku karena Aku terlalu berlebihan menyikapi kesepian ini yang lama kelamaan membuatmu bosan?

Aku tahu, bahkan Kau yang sudah sangat ku percaya pun bisa bersikap seperti ini padaku. Apalagi orang lain?

Kau yang selama ini selalu berada di dekatku, selalu ada untukku pun bisa bersikap seperti itu. Apalagi mereka yang tidak pernah melakukan kontak denganku? Kau yang sepenuhnya tahu segala sesuatu tentangku pun tak bisa memahami kesepian yang ku alami apalagi mereka yang tidak tahu sama sekali tentangku?

Ternyata ini bukan masalah siapa dan seberapa besar kita percaya pada orang. Tapi bagaimana kita bisa memposisikan diri menjadi pendengar yang baik.

Tidak peduli pada mereka yang memiliki hubungan karib ataupun mereka yang saling merasa asing satu sama lain. Kadang-kadang orang terdekat dan terpercaya bisa terasa asing seketika. Dan orang asing justru memberi kenyamanan tak terhingga.

Mengapa ini bisa terjadi? Mengapa yang dekat terasa jauh dan yang jauh begitu terasa dekat?

Mengapa orang-orang yang justru kita percaya tak menjamin selamanya mereka bisa memahami kita? Apa yang membuat mereka tidak paham? Apakah kedekatan yang dibangun selama ini, juga seluruh pengetahuan yang terpampang jelas itu tak cukup membuat mereka bisa memahami kita?

Apa makna kepercayaan itu kalau bukan dibangun dari banyaknya kedekatan dan kebersamaan yang sudah terajut selama ini?

Apa makna dari kedekatan itu? Apa makna dari kebersamaan yang lama dijalin itu?

Tidak, itu bukan pertanyaan melainkan keheranan. Itu bukan sebuah pencarian jawaban melainkan wujud pemrotesan.

Aku tidak peduli jika Kau menganggapku terlalu ngotot dan sebagainya. Terserah Kau mau menilaiku bagaimana.

Aku hanya heran, sungguh tidak mengerti.

Aku tidak bermaksud gila hormat ataupun haus akan rasa ingin dipahami. Tidak. Tapi Kau tahu sendiri kan?

Tak ada kepercayaan yang terbentuk begitu saja. Kepercayaan muncul karena melalui banyak proses.

Dan mengapa ketika kepercayaan itu sudah kita serahkan pada orang yang kita percaya, justru mereka dengan mudah mematahkannya?

Apa alasan mereka tidak memahami dan tidak memposisikan diri menjadi pendengar yang baik dengan segala kepercayaan yang kita suguhkan?

Sekali lagi Aku tidak sedang gila!

Berguru Kepada SepiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang