Jawaban 6

16 5 0
                                    

Bagaimana orang-orang kesepian menghabiskan malamnya?

Sebelum kita membahas jawaban dari pertanyaan di atas. Akan lebih baik jika kita mengetahui terlebih dahulu apa makna malam bagi seorang yang mengalami kesepian?

Mungkin bagi sebagian banyak orang, malam adalah waktunya untuk beristirahat, malam adalah waktunya nongkrong bersama teman, malam adalah waktunya tidur, malam adalah waktunya berkumpul di rumah, malam adalah waktunya mata terpejam pulas, dengan diiringi dengkuran yang menghiasi alam mimpi. Malam adalah waktunya segala aktivitas diberhentikan, atau layaknya yang pernah disebutkan al-Quran bahwa malam adalah sebagai pakaian.

Begitu banyak definisi malam. Lalu bagaimana malam di mata mereka yang kesepian?

Bagi mereka yang pandai melukis, mungkin kesepiannya akan tergantikan dengan menabur cat di atas kanvas. Bagi mereka yang pandai menulis, mungkin kesepiannya akan teralihkan dengan menoreh tinta di selembar kertas. Bagi mereka yang suka membaca atau menonton film, mungkin kesepiannya akan tersapu dengan mengikuti keinginan matanya. Dan bagi mereka yang nilai religiusnya tinggi, mungkin kesepiannya akan raib setelah mengambil wudhu, berdzikir dan membaca satu dua ayat suci Al-Quran.

Ini sangat mudah dan simpel memang. Tapi bagaimana jika mereka yang kesepian tidaklah bisa melukis? Bagaimana jika mereka yang kesepian tak pandai menulis? Bagaimana jika mereka yang kesepian bahkan sudah mengambil air wudhu saja rasanya tetap gelisah?

Tak ada pilihan lain. Bagi mereka yang kesepian, malam selalu menyuguhkannya lubang hitam yang terus merekahkan pusaranya yang kelam.

Pusara yang berisi perasaan-perasaan seperti gelisah, cemas, takut, merasa sendirian, merasa tak pantas ada terus menggerogotinya sepanjang malam.

Tidak peduli selarut apa jam dinding menunjukkan waktunya, lubang hitam itu semakin malam semakin lebar. Bahkan ketika mata tak lagi bertenaga untuk berjaga. Pikiran-pikiran itu selalu memaksanya untuk tetap terbuka.

Hatinya mengaduh lelah, mulutnya sudah menguap beberapa kali tak tertahan. Seluruh tubuhnya berteriak agar raga ini segera beristirahat. Tapi lagi-lagi pikiran terus mengomandoi mereka. Tidak! Tidak! Aku tidak akan tidur! Padahal hati selalu berkata, "Aku ingin tidur", mata pun bergumam lirih, " Aku sudah mengantuk".

Sampai jarum jam menunjuk ke arah pukul 02:00 dini hari pun, ia masih terjaga. Sungguh padahal tak ada satupun yang dilakukannya selama berjam-jam tadi. Ia hanya bersandiwara dengan mengunci pintu kamar sejak sore dan beralasan ingin tidur cepat. Lalu tubuhnya merebah kadang menghadap ke kiri kadang ke kanan, kadang menatap ke arah atap genteng sangat lama, kadang-kadang juga kosong entah memandang apa. Namun nyatanya, matanya terus terjaga entah sampai kapan ia akan terlelap.

Rasa kantuknya bahkan terlewati hingga beberapa fase. Ngantuk, ditahan, tidak ngantuk. Ngantuk lagi, ditahan lagi, tidak ngantuk lagi. Begitu seterusnya.

Aku tahu ini tidak dialami oleh semua orang. Aku hanya menceritakan satu dari banyaknya makhluk kesepian yang mengenaskan. Kau boleh menganggap makhluk mengenaskan itu adalah Aku.

Ketika pada suatu malam, kesepian melanda jiwaku dengan muram. Badai kegelisahan pun tak terelakkan. Aku mencoba mengusir hantu perasaan itu dengan mengambil wudhu dan sholat beberapa rokaat. Lalu setelah salam, ku coba untuk berdiam diri sejenak. Menikmati keheningan yang Ada. Namun bukannya setelah salam membaca dzikir, Aku malah melamun. Melamun sangat lama hingga tanpa terasa air mata menitik di pipiku dan membasahi mukenah putih dengan bunga-bunga pink yang bertengger di sana.

Aku sudah mencoba jurus yang katanya paling jitu. Tapi perasaan itu tak pernah hilang sedikitpun dariku hingga membuatku menangis. Sampai Aku berada di posisi di mana Aku terus berpikir, apakah dosaku terlalu banyak? Apakah ibadahku ada yang keliru? Apakah Aku melakukan kesalahan yang sangat besar hingga perasaan sedih ini begitu dalam?

Aku hanya ingin bisa tidur dengan lelap di malam hari. Karena jika malam saja terus ku lalui seperti ini, maka pagi pun takkan jauh berbeda dengannya.

Jika malam saja sulit ku nikmati, bagaimana Aku bisa bangun di pagi hari? Matahari pun mungkin enggan membangunkanku karena terlalu iba, tahu apa saja yang ku lalui di malam hari dari bisikan rembulan kepadanya.

Kau tahu? Sebenarnya bukan kesepian yang membuatku sedih. Tapi yang paling membuatku tidak bisa menahan duka ini adalah Aku sudah menghadap Tuhan, Aku sudah menangis di depannya, Aku sudah memohon ampun, Aku sudah meminta padanya untuk menghilangkan pikiran-pikiran buruk itu. Dan Kau tahu apa yang ku rasakan?

Perasaan itu semakin besar Kawan. Yah, perasaan tidak berharga, perasaan tak pantas ada semakin mengungkung jiwaku.

Dan titik di mana perasaan itu merupakan puncak dari kesedihanku menengguk pahitnya kesepian adalah Aku merasa seolah-olah semua orang telah meninggalkanku pergi. Aku seperti berada di tengah hutan yang gelap dan teriakan-teriakanku tak didengar oleh satu orang pun.

Tidak peduli kerongkonganku lecet karena terus menerus berteriak, atau telapak kakiku terpeleset karena terlalu lama melangkah, tak ada satupun yang menghampiriku walau hanya sekadar kunang-kunang saja.

Lihatlah! Semua orang sempurna meninggalkanku. Padahal Aku masih berada di rumah. Tidak di mana-mana. Bahkan jika Aku memanggil ayah dan ibu pun mereka pasti menyahut. Tapi Aku diam, Aku memilih teriak dalam diam dan memeluk erat seluruh rasa takut ini.

Rasa takut yang tak beralasan, rasa cemas yang berlebihan dan rasa tak berharga yang akut.

Apa? Apa yang terjadi kawan? Mengapa perasaan ini hadir begitu jelas lalu perlahan semakin besar dan menguasaiku?

Pada waktu tertentu, malam memang tak selamanya kelam. Tapi kesepian selalu membuat setiap malam menjadi muram.

Lagi-lagi Aku tak memukul rata bahwa semua orang yang pernah mengalami kesepian, juga pernah mengalami hal seperti ku. Tidak sama sekali. Aku juga tidak akan mendeklarasikan diri bahwa Aku lah manusia paling kesepian di dunia ini. Karena Aku yakin, penderitaan yang ku alami ini belum ada apa-apa nya ketimbang penderitaan yang dialami orang-orang kesepian di luar sana.

Ini hanyalah satu dari banyaknya rasa sakit yang bisa ku jelaskan. Dan Kau sangat beruntung karena sudah mengetahuinya.

Sekali lagi, bagaimana orang-orang kesepian menghabiskan malamnya? Maka akan ku jawab, mereka yang kesepian tidak pernah kehabisan malam.

Bagiku malam adalah waktu yang paling banyak disuguhkan semesta padaku. Ia berjalan dengan sangat lambat melebihi lambatnya siput. Ia terasa sangat lama melebihi lamanya waktu seabad. Tidak peduli apa saja yang mereka lakukan untuk menghabiskan malamnya, malam selalu kelam bagi orang-orang kesepian sepertiku.

Semoga saja ini tidak berlaku bagi semua orang yang merasa kesepian. Semoga selalu ada yang melewatinya dengan penuh cahaya dan penerangan.

Maaf, jika Aku harus mewarnai malam dengan sekeping kemuraman ini.

Berguru Kepada SepiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang