Jawaban 13

17 5 0
                                    

Apakah semua orang pernah berada di fase di mana mereka merasa kesepian? Apakah ada manusia yang tidak pernah merasa kesepian? Apakah manusia-manusia yang mengaku kuat di luar sana tidak pernah mengalaminya sedikitpun?

Aku rasa jawaban dari pertanyaan kali ini hampir diketahui oleh banyak orang.

Menurutku, tak ada yang tidak pernah merasakan kesepian seumur hidupnya.

Jika mereka yang berusia matang Selama hidup tak merasa kesepian. Maka boleh jadi di masa tuanya mereka akan bertemu dengan kesepian itu. Jika tidak, ya berarti sebaliknya.

Kau tahu?

Semua orang, termasuk kita pasti suatu saat akan mengalami hal yang sama. Kita sekarang menjadi seorang anak. Besok-besok kita yang giliran akan jadi orangtua. Kita sekarang berada di bawah, boleh jadi besok-besok kita berada di paling atas.

Kita merasa bahagia, besok-besok pasti merasa sedih. Kita hari ini menyakiti orang, besok-besok pasti kita yang giliran disakiti orang.

Semua akan menjalani warna-warni hidup. Entah itu bahagia, sedih, terpuruk, menggebu-gebu, menyakiti orang, disakiti orang, dan lain sebagainya.

Tak terkecuali merasa kesepian.

Aku rasa tak ada orang di dunia ini yang tidak pernah merasa kesepian seumur hidupnya.

Suatu saat nanti, pasti akan ada peristiwa yang membuat kita kesepian. Entah itu karena trauma masa kecil, trauma dari keluarga, ditinggal kekasih, kehilangan harta benda, atau bahkan kehilangan diri sendiri.

Ini hanya soal waktu saja. Kita hanya perlu menunggu. Dan ketika masanya tiba, sebuah peristiwa yang membuat kita tidak siap menjalaninya atau peristiwa yang tidak pernah kita inginkan itu menjadi penyebab rasa kesepian.

Ku contohkan sebuah kisah dari sahabatku. Jika di part-part sebelumnya Aku bercerita pengalaman kesepian karena trauma masa kecil. Sekarang Aku ingin menceritakan pengalaman kesepian yang dialami oleh sepasang kekasih.

Suatu ketika seorang perempuan sangat mencintai kekasihnya. Lalu mereka ijin pada orangtua si perempuan untuk menikah. Tapi orangtuanya tidak setuju karena rumah si laki-laki terlalu jauh, beda pulau dengannya. Kemudian si perempuan memaksa, memohon-mohon, berkali-kali membujuk kedua orangtuanya agar meridhoi hubungan mereka berdua. Sampai akhirnya keduanya pun menikah.

Ketika usia pernikahan mereka baru menginjak dua tahun, sedang meluap-luapnya gairah. Suaminya meninggal ketika perjalanan menuju tempat kerjanya. Si perempuan pun merasa sangat kehilangan. Pasalnya, hanya suaminya saja lah yang bisa mengerti dirinya selama ini.

Ia benar-benar terpuruk dan kehilangan semangat hidup. Cahaya di matanya meredup, ambisi dan mimpi yang dibangun bersama raib seketika.

Perempuan itu sangat tertekan dan banyak melamun setelah ditinggal suaminya. Hingga sepuluh tahun kemudian, si perempuan tidak menikah lagi sama sekali padahal selama waktu itu ia masih muda dan masih banyak kesempatan mendapatkan laki-laki lain untuk bersanding dengannya. Tapi ia tak mau. Ia lebih memilih hidup sendiri bersama perasaan kesepiannya.

Kisah lain datang dari seorang nenek berusia 78 tahun yang sudah ditinggal mati suaminya sejak lama. Ia memiliki 7 anak dan semuanya tinggal di rantauan bersama istri dan anaknya. Mereka pulang hanya setahun sekali saat lebaran saja.

Beberapa anaknya ada yang masih suka meminta uang padanya. Dan selalu diberinya. Padahal nenek itu kondisinya sangat memprihatinkan. Di usianya yang senja ia masih harus mencari nafkah sendiri, menghidupi diri sendiri tanpa meminta pada anak-anaknya. Dan dari kesusahan itu, anaknya malah terus meminta-minta padanya.

Kadang-kadang si nenek merasa kesal, tapi mau bagaimana lagi? Anaknya dalam kondisi kesusahan masa tidak dibantu? Pikirnya. Maka biarlah, ia semakin kesulitan. Kadang-kadang setelah memberi uang kepada anaknya yang sudah berumah tangga itu, ia terpaksa tidak makan seharian gara-gara tak punya uang. Para tetangga mengira si nenek baik-baik saja. Padahal dalam batinnya menangis. Anak yang seharusnya menjadi tempat bertumpu di sisa usianya, justru ia masih harus menghidupinya.

Dengan sederet peristiwa itu pun si nenek merasa sendirian. Ia bingung harus ke mana jika suatu saat menghadapi kesulitan. Anak-anak nya tak bisa dimintai tolong. Sehingga ia pun merasa kesepian sehari-hari nya.

Kedua cerita tersebut menunjukkan bahwa setiap orang memiliki ceritanya masing-masing. Pengalaman kesepian yang dialami setiap orang tak pernah buruk. Justru itu merupakan hal yang unik.

Lalu bagaimana dengan mereka yang terlihat selalu kuat di depan orang banyak? Para motivator? Para influencer kesehatan mental? Apakah mereka adalah manusia sempurna?

Menurutku tidak.

Mereka yang terlihat sukses memotivasi orang dengan perkataan maupun perbuatannya pun mesti pernah mengalami fase-fase terburuk dalam hidupnya.

Bedanya adalah, ketika mereka ditempa kesusahan, mereka bangkit. Dan segera keluar dari zona keterpurukan itu, zona kesepian. Sedangkan orang-orang seperti kita? Masih terjebak di dalamnya.

Lantas, apakah perbedaan sikap yang diambil ini keliru? Menurutku tidak juga.

Baik mereka yang kuat lalu bangkit dan mereka yang lemah lalu terjebak dalam kesepian, tak ada yang salah.

Tak ada yang salah dari itu semua. Beberapa orang memang diciptakan kuat. Mereka berkali-kali ditempa masalah dalam hidupnya. Dan selalu saja bisa melewatinya. Ada juga yang tak pernah diberi masalah namun sekali menghadapi masalah, ia langsung down.

Its oke. Tak ada istilah lemah dan kuat menurutku. Ini hanyalah soal kesanggupan saja. Tidak semua orang punya kekuatan yang sama. Kita punya ukuran tangki yang berbeda-beda. Dan ketika kita menyamakan itu. Lalu apa makna dari manusia?

Setiap manusia diciptakan unik dan berbeda-beda. Tak ada yang sama. Jika kita menyamakan kesanggupan satu orang dengan orang lainnya, maka itu bukan definisi manusia.

Manusia sejatinya diciptakan berbeda-beda karakter, berbeda pemikiran, berbeda pengalaman. Maka tak heran jika ketika menghadapi masalah, responnya pun berbeda-beda.

Jadi Kau paham kan sekarang? Definisi kuat setiap orang itu berbeda-beda. Bukan berarti mereka yang andal naik gunung lebih hebat dari mereka yang tidak bisa naik gunung. Bukan berarti mereka yang ditinggal mati ibunya sejak kecil itu lebih kuat dari mereka yang hingga dewasa kedua orangtuanya masih utuh.

Kau tahu sendiri bahwa Tuhan kita memberi ujian pada manusia sesuai kadar dan kemampuannya. Itu sebabnya masalah yang kita hadapi berbeda-beda. Karena kesanggupan kita tak sama. Dengan itu, maka standar kekuatan setiap orang itu berbeda.

Oke?

Jadi apakah ada orang-orang di luar sana yang tidak pernah merasa kesepian?

Menurutku tidak. Aku yakin semua orang pernah berada di fase kesepian. Hanya saja ada orang-orang yang menunjukkannya dengan jelas. Ada juga yang menyembunyikannya dengan sangat rapat.

Yang jelas, mereka yang menunjukkan bahwa dirinya kesepian bukan berarti lemah. Dan mereka yang tidak menunjukkannya, adalah lebih kuat.

Tidak begitu yah.

Berguru Kepada SepiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang