Jawaban 2

31 7 0
                                    

Di suatu kesempatan, Aku pernah berpikir bahwa apa yang sebenarnya menjadi penyebab ku merasa kesepian?

Apakah Aku tidak punya teman? Tidak. Temanku banyak dan kami sering pergi bersama. Apakah Aku tidak punya sahabat? Tidak. Aku punya sahabat yang benar-benar memahamiku. Apa Aku jomblo? Tidak juga. Apa Aku tidak punya hobi? Tidak, Aku suka membaca dan menulis. Apa Aku jarang pergi ke luar dan jalan-jalan? Tidak, kadang-kadang Aku pergi jalan-jalan walau sekadar main ke rumah teman. Atau Apa salah satu dari orang tuaku tiada? Sama sekali tidak. Seluruh keluargaku masih lengkap. Bahkan kakek nenek dari pihak ibu dan ayah masih utuh semua.

Lalu apa yang membuatku merasa kesepian?

Mungkin Aku sudah menjelaskan di part sebelumnya. Di sana Aku bercerita sedikit peristiwa yang membuatku menamainya sebagai penyebab dari penyakit ini. Tapi jika Kau masih merasa belum percaya, Aku akan membuktikannya sekali lagi. Bukan dari kisahku melainkan dari kisah orang lain. Cerita kami berdua memang sangat berbeda. Tapi jelas, perasaan yang kami rasakan sama persis!

Kisah ini datang dari sahabatku, sekarang dia berusia 20an dan sudah bekerja. Sudah mau menikah sebentar lagi.

Suatu waktu kami berbincang kenangan-kenangan dulu semasa sekolah. Dan entah mengapa tanpa sengaja Aku menyinggung obrolan tentang kesepian.

Aku bertanya kepadanya, menurutmu apakah kesepian terjadi hanya saat kita menginjak dewasa saja? Katanya, tidak.

Mendengar jawabannya, Aku sangat tertarik. Ini tentu akan berbeda dari kebanyakan orang dan teori-teori di luar sana.

Berangkat dari pertanyaan itu, kemudian dia bercerita tentang masa pahitnya waktu kecil dulu di mana saat ia berusia 8 tahun, kedua orang tuanya merantau bekerja sambil membawa adiknya yang masih bayi. Dia ditinggal sendiri di rumah bersama neneknya selama beberapa tahun.

Selama waktu-waktu itulah, dia merasakan sesuatu yang berbeda. Perasaan sepi yang menyelinap di hatinya sekian lama membuatnya menjadi seseorang yang mulai berbeda dan tak banyak bicara. Sehingga serpihan dari perasaan-perasaan itu pun masih ada hingga sekarang.

Aku tidak menyangka bahwa temanku ini merasa kesepian yang mendalam. Padahal secara kasat mata dia perempuan yang cantik, ceria, penuh dengan kata-kata positif dan sangat empati. Tak sedikit teman-teman ku yang sering curhat dan minta solusi padanya karena dia pandai membuat orang-orang di sekelilingnya merasa nyaman. Tapi dibalik itu, ternyata ia memendam kesepian yang tak pernah ditunjukkannya sekalipun kepada dunia luar.

Mungkin ini cerita yang klise bagi sebagian orang. Kisah seorang bocah kecil yang dititipkan tinggal dengan neneknya sementara kedua orang tuanya merantau bekerja entah di mana. Tapi bagaimana jika kebetulan saja masa kecilmu sama seperti yang dialami oleh sahabatku ini?

Apa Kau juga akan merasakan hal yang sama dengannya? Perasaan sepi yang tetap di bawanya hingga dewasa?

Aku tidak sepandai orang-orang yang fasih menjelaskan bagaimana peristiwa demi peristiwa, perasaan demi perasaan yang menyelimuti sahabatku selama itu hingga sekarang. Tapi dari sini mungkin Aku ingin mengatakan sesuatu.

Bahwa tidak semua perasaan sepi itu disebabkan oleh keadaan-keadaan yang menimpa kita sekarang. Boleh jadi kesepian yang kita sangka oleh karena terus berdiam diri di rumah, itu bukan kesepian melainkan kegabutan. Boleh jadi kesepian yang kita sangka disebabkan oleh kegiatan yang itu-itu saja bukan kesepian melainkan kebosanan.

Perasaan kesepian tidak pernah sesederhana itu. Kesepian tidak terjadi sesingkat itu lalu dengan mudahnya diatasi.

Kesepian adalah akibat dari rangkaian peristiwa yang tanpa kita sadari membentuk diri kita dalam jangka waktu yang lama. Dengan lamanya proses itulah, maka menghilangkannya pun tidak cukup dengan waktu yang sebentar.

Aku tidak bermaksud untuk menyalahkan anggapan orang. Itu hak mereka. Semua orang berhak menilai atas apa yang mereka lihat. Dan Aku juga tidak memiliki hak untuk mencegahnya.

Aku hanya ingin mengatakan padamu yang saat ini merasa kesepian. Jika Kau berusaha menghilangkannya dengan cara mencari hobi baru, menjalin relasi baru, berwisata di tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi, namun perasaan itu masih saja menghantui, cobalah untuk melihat ke dalam dirimu. Apa yang terjadi di masa dulu? Apa saja yang sudah kamu lewati di belakang?Apa yang pernah kamu alami di masa lalu sehingga membuatmu terus merasa kesepian?

Aku tidak menyuruhmu untuk terus mengungkit-ungkit masa lalu. Tidak, sama sekali tidak begitu. Tapi ini demi kebaikan kita sendiri.

Aku tahu mungkin Kau tidak pernah mengatakan bahwa Kau merasa kesepian. Tapi barangkali perasaan-perasaan yang berkaitan dengan kesepian itu terselip barang sedikit di hatimu, boleh jadi itu adalah sisa-sisa rasa di masa lalu.

Tidak mudah memang, melakukan ini. Kita harus mengumpulkan banyak keberanian untuk mengakui bahwa kita pernah terluka. Kita butuh banyak keberanian untuk menerima bahwa air mata bukanlah sesuatu yang buruk untuk ditunjukkan. Kita butuh begitu banyak keberanian untuk membuka kenangan pahit di masa lalu, membereskannya satu persatu. Lalu menatanya dengan rapi di relung hati kita.

Sulit, sangat sulit. Tapi begitulah tabiat masa lalu. Ia tidak pernah bisa benar-benar dihilangkan.

Kau pernah mendengar bukan? Banyak buku-buku inspiratif dan kata-kata dari motivator ulung yang menjelaskan betapa pentingnya berdamai dengan masa lalu.

Yah, berdamai. Ibaratkan saja ketika kita ingin berdamai dengan teman dari sebuah perseteruan. Apa yang kita lakukan? Bertemu dengannya, bicarakan baik-baik, lalu jabat tangannya dan selesai bukan?

Begitulah kita berdamai dengan masa lalu. Pertama-tama kita harus menemuinya terlebih dahulu. Bagaimana caranya? Dengan memberanikan diri untuk mengakui bahwa kita pernah terluka di masa lalu. Kita pernah disakiti oleh kenangan-kenangan pahit. Lalu perlahan kita akan mengakuinya. Mengakui bahwa kita telah mengalaminya. Mengakui bahwa kita adalah orang yang dipercaya untuk menjalaninya. Kemudian kita pun akhirnya sampai di titik menerima.

Ini tentu tidak mudah. Akan ada titik di mana kita menolak itu semua. Rasa marah dan ketidakterimaan sangat wajar hinggap di hati kita. Tapi percayalah, ini tidak akan buruk walau dirasa sangat buruk.

Aku tidak menjamin cara ini akan ampuh. Tapi kita semua berhak dan selalu punya pilihan untuk mencobanya.

Melihat penderitaan di masa lalu bukan untuk menambah luka itu semakin menganga. Sebaliknya, dengan melihat di mana dan seberapa parahnya luka itu, kita akan lebih mudah untuk mengobatinya.

Sekali lagi Aku tidak menjamin bahwa perasaan kesepian ini bisa diobati dan akan sembuh suatu saat nanti. Tapi yang jelas Kau paham kan sekarang? Bahwa kesepian bisa datang kapan saja. Tidak peduli kapan waktu ingin menyuguhkannya.

Berguru Kepada SepiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang