Ketika Aku memutuskan untuk mencari jawaban sendiri dari pertanyaan-pertanyaanku, lalu menceritakannya padamu. Sejenak Aku berpikir bahwa sebenarnya ini tidak terlalu penting untuk di sampaikan. Tidak semua hal harus diceritakan kan? Tapi hatiku memilih untuk terus dilanjutkan.
Ini memang tidak menjamin akan membawa banyak manfaat. Tapi setidaknya Aku tidak sedang melakukan sebuah kerugian.
Kalau boleh jujur, sebenarnya Kau sudah muak kan dengan ini semua? Mengaku saja. Karena dari awal hingga akhir, isinya hanya kesepian kesepian kesepian kesepian kesepian kesepian dan kesepian.
Rasa-rasanya tak ada satu kalimat yang tak mengandung kata kesepian. Tak ada paragraf yang tak terselip kata sepi. Tapi mau bagaimana lagi?Ini adalah tentang sepi, ini adalah bincang perihal kesepian.
Kalau Kau memang sudah muak, mudah saja. Tinggalkan! Berhenti membaca celotehanku. Aku juga tidak berharap tulisan ini akan dibaca oleh banyak orang. Termasuk Kau!
Tidak ada yang tertarik pada kesepian. Bahkan bagi mereka yang jelas-jelas mengalaminya.
Yah, itu benar. Kadang-kadang bagi mereka yang mengalami kesepian pun, mereka tidak memperhatikan apa yang sebenarnya mereka rasakan. Bahkan bagi beberapa orang, kesepian adalah perasaan yang memalukan.
Mereka malu untuk mengaku sedang merasa kesepian. Dan tak jarang pula ada yang menyalahkan perasaanya sendiri. Padahal tidak ada yang perlu disalahkan.
Memangnya ada perasaan yang salah?Perasaan pun sama seperti kita. Mereka hidup, bisa tumbuh dan bisa mati, bisa datang dan pergi, bisa memberi manfaat juga membawa rugi. Termasuk kesepian.
Kau mungkin malu dengan apa yang Kau rasakan sekarang. Tapi Aku sama sekali tidak.
Semua perasaan, tidak peduli yang membahagiakan atau menyedihkan, bagiku semuanya bermanfaaat. Meski ada beberapa yang menaruh luka.
Karena sejatinya, luka pun bisa menyelamatkan kita di masa depan. Boleh jadi yang membimbing jalan kita ke depan adalah rangkaian luka dari perasaan-perasaan yang kita rasakan saat ini. Bisa jadi kan? Jadi mengapa harus malu dan menyalahkannya?
Meski ku tahu Kau akan menyalahkanku atas apa yang ku bicarakan ini, Aku akan terus menuliskannya di sini. Tidak peduli Kau akan menolak atau mereka akan menghujatku. Aku akan terus bicara! Dengar itu!
Baiklah, Ini adalah jawaban dari pertanyaan ketiga.
"Apakah Kau melihat lubang hitam di dalam dirimu?"
Sebelum itu, kita harus memahami apa itu lubang hitam.
Ini bukan seperti lubang hitam pada umumnya. Ini bukan lubang hitam yang berada di sela-sela tembok atau lubang hitam yang berada di hidung. Jangan kira Aku sedang melawak!
Lubang hitam adalah nama lain dari kesepian yang ku alami. Aku tidak mengambil istilah ini dari siapapun. Aku hanya ingin menamainya seperti itu.
Kau keberatan? Aku tidak peduli!
Kau tahu kenapa Aku menyamakan kesepian ini dengan lubang hitam? Kenapa bukan lubang hidung? Lubang telinga? Atau lubang tikus saja sekalian?
Jika kau bisa membayangkannya sekarang, sebuah lubang hitam besar yang di dalamnya berputar semacam pusaran seperti yang ada di film-film kartun. Lubang itu seperti pintu yang menghubungkanku ke dimensi yang berbeda. Sungguh.
Meski Aku tidak tahu lubang itu akan membawaku ke mana. Tapi yang jelas, Aku bisa merasakannya.
Di sana. Di pintu yang kelam itu, ada begitu banyak rasa takut, gelisah, cemas, ragu, sendu, isak, pesimis, sesak, putus asa, frustasi dan hampa.
Yah. Lubang hitam itu berisi seluruh energi negatif jika Kau bisa melihatnya.
Aku yakin, Kau tidak akan bisa melihatnya. Karena Kau manusia kuat. Bukan makhluk lemah sepertiku.
Mungkin sekarang Kau akan menganggapku ngaco atau sedang membual. Tapi beginilah kenyataannya.
Aku tidak tahu apakah orang-orang sepertiku juga melihat pemandangan yang sama, sebuah lubang hitam besar berisi kenestapaan. Yang jelas, Aku hanya ingin mengatakan apa yang sedang ku lihat dan rasakan.
Tidak berhenti sampai di situ. Lubang hitam itu bukan hanya teronggok dan diam saja dalam diriku.
Tapi dia hidup!
Yah, dia memiliki daya magnetik. Dia bisa menarik semua benda yang ada di depannya. Dan sialnya, satu-satunya benda yang berada di dekatnya adalah diriku.
Dengan tatapan kosong, Aku berdiri di sana dan membiarkan diriku tertarik ke dalamnya.
Kau tahu? Tak ada yang ku lakukan di sana. Aku hanya mematung dan pasrah. Tidak berusaha untuk lepas dari tarikannya apalagi menjauh dari sana. Sehingga tanpa berlama-lama Aku pun masuk ke dalamnya.
Sungguh, Aku tak bisa menjelaskan persis bagaimana rasanya. Tapi ini begitu menyakitkan. Aku sangat menderita ditelan lubang ganas itu.
Di sana sangat dingin, senyap, sunyi, gelap, dan hantu-hantu yang ku sebutkan di atas pun mulai mengerubuniku satu persatu.
Kau mungkin akan mengatakan kalau Aku terlalu mendramatisir perasaan kesepian ini kan? Dan Kau mulai menilaiku berlebihan. Atau sudah termasuk nya lebay?
Sungguh teman, tapi inilah kenyataannya. Aku tidak bisa menjelaskan apa yang ku rasakan. Hanya ilustrasi lubang hitam ini yang bisa mewakilinya.
Kesepian, sebagaimana orang-orang di luar sana yang tersiksa oleh penyakit ini. Mereka selalu bisa menebar senyum ke sekeliling. Mereka selalu bisa melakukan aktivitas sebagaimana orang-orang pada umumnya. Tapi di dalam raga mereka, hati mereka begitu kesakitan. Jiwanya ditawan oleh lubang hitam itu.
Siapa yang tenggelam dalam genangan air, maka air itu akan masuk ke dalam raganya. Dan siapa yang tenggelam dalam lautan kesepian, maka rasa takut, sedih, cemas, curiga, ragu, sendu, putus asa, frustasi, hampa pun akan menerjangnya.
Apa Kau paham sekarang?
Ini tidak pernah sesederhana yang Kau lihat. Kesepian tidak pernah terjebak dalam raga yang terus dikurung dalam sebuah ruangan. Kesepian tak pernah terbatas oleh orang-orang yang memisahkan diri sendirian dari kerumunan. Kesepian tak pernah sesederhana yang kau lihat. Kesepian yang hanya Kau lihat dari luarnya saja, itu tidak benar wahai teman! Jadi berhenti menilai dari covernya saja.
Berusahalah memahami dari berbagai sisi, jangan cuma bisanya menghakimi.
Maaf jika kata-kata ku kasar dan mulai meninggi. Tapi Aku tidak punya pilihan lain selain harus mengatakan itu padamu.
Kau boleh tidak percaya pada teori lubang hitam ku. Kau boleh sekali menyangkalnya dan terus kukuh dengan pendapatmu sendiri. Aku tidak peduli. Bahkan Aku tidak akan menghiraukan jika Kau menentangnya.
Memang ada beberapa hal yang hanya bisa diceritakan tanpa disetujui. Ada beberapa hal yang hanya dijelaskan tanpa menuntut diadili.
Dan Aku, sekali lagi Aku sama sekali tidak mencari persetujuan atau pengadilanmu.
Bahkan setelah membaca ini pun, Kau masih sangat boleh untuk melakukan apa yang Kau inginkan. Takkan ada yang melarang. Kau bebas melakukan apapun di luar sana. Aku pun bebas mengatakan apapun di dalam sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berguru Kepada Sepi
RandomAku tak pernah menyangka bahwa suatu saat perasaan ini akan tumbuh begitu besar. Ku kira hal ini biasa terjadi, kita merasa hampa di saat-saat tertentu. Kita merasa sendiri walau berada di tengah riuhnya tawa saling beradu. Kemudian perasaan itu den...