TAMAT!

951 46 45
                                    

"Curhatan yang paling jujur adalah do'a"

- @adefysa -

POV NING AFIA

  Tidak perlu cemburu pada ilustrasi kehidupan orang lain karena Allah t'lah menyiapkan sekenarionya masing-masing untuk setiap perjalanan hidup.

Pagi ini aku baru saja menyiapkan secangkir kopi untuk suamiku yang tengah mandi. Sembari menunggu suamiku selsai menyegarkan badan, aku pun menyiapkan Baju untuk suamiku, di selingi menjaga si kembar yang sudah bangun tidurnya. Biasanya Syaqill dan Syaqillah jam segini belum bangun, entah kenapa tumben-tumbenan mereka berdua terbangun.

Rutinitasku setiap pagi tergolong padat. Yaa yang pastinya sama seperti seorang ibu muda pada umumnya, terkadang merasa kewalahan dengan tugasnya sebagai seorang ibu, tetapi apapun yang seorang ibu lakukan pasti akan memberikan yang terbaik untuk keluarga kecilnya itu.

"Dek, bajunya mas sampun di siapkan?"

"Sampun mas, itu samping ranjang."
jawabku sembari merapihkan kamar.

Semenjak ada si kembar kami sudah menempati temat tinnggal di area pondok milik Abah Mertuaku tak jauh juga jarak dari Ndalem ke kediaman kami yang sederhana ini namun nyaman untuk di tempati.

"Matursuwun nggeh,"
ucap suamiku sembari menghampiriku dan,,

"Muach!"
Mecium pelan keningku.

"Aish.. Mas,, sudah toh, di pakai dulu bajunya, udaranya lagi dingin soalnya." jawabku yang menahan malu sesaat Gus Syahdan menciumku di hadapan si kembar.

"Kamu itu dek, kaya baru menikah saja. Rutinitas cium istri di pagi harikan sudah menjadi kewajiban kita hehe."

"Eeemmm, iya sih. Tapikan,"

"Huuusst!"
tiba-tiba Gus Syahdan memutuskan perkataanku sembari mendekatkan wajahnya ke hadapan wajahku.

Jantungku berasa mau copot saja, pagi-pagi sudah ada iklan drama lewat. Di tambah si kembar tersenyum menatap ke arahku. Argh! Jadi berasa waktu awal pernikahan malu-malu kucing garong. Eh! Malu-malu maksudnya.

"Nopo toh mas,,"

"Monggo sampian siap-siap nggeh, mas mau ajak sampian sama anak-anak keluar beli sarapan."

Jarang-jarang Gus Syahdan mengajakku keluar pagi-pagi ini. Aku jadi ingat saat pertama kali menikah Gus Syahdan mengajakku ke sawah bahkan beli bubur berdua saat pagi-pagi, Hihi.

"Dek, Lah kok ngliatin saya, senyum-senyum lagi. Kenapa?"

"Oh! Saya tau pasti sampian lagi kagum melihat ketampanan suamimu kan? Ya kan?"
dengan PD nya, suamiku memuji diri sendiri.
Sudah menjadi makananku setiap hari, mendengar perkataan Gus Syahdan seperti itu. Rasa ingin sekali memakan suamiku aargh! Gregetan, bagaimana tidak? Tanpa rasa sungkan di hadapan istri bertelanjang dada memperlihatkan perutnya yang seperti roti sobek di tambah ucapannya yang selalu memuji dirinya sendiri. Istri mana lagi yang tidak gemas dan gregetan pada suami seperti itu.

Aku sendiri pun mengakui, tak menyangka akan mendapatkan suami setampan dan sebaik Gus Syahdan. Bahkan karisamanya sampai sekarang masih memancar. Semakin menambah usia justru ia semakin terlihat tampan dan dewasa.

Kau Imamku Aku Makmummu [2024 Full REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang