5

394 46 0
                                    


[Menjadi Dokternya]

____________________

Anna mengangguk mengerti. Ia baru saja mendengarkan penjelasan tentang semua yang terjadi dengan bucky hingga membuatnya menjadi buronan.

"jadi anna, bagaimana apa kau bisa menyembuhkannya?" tanya steve.

"kau menanyakan itu sekarang setelah menyeretku kesini" protes anna.

"sekali lagi maaf atas ketidaksopanan itu" kali ini t'challa yang berbicara.

"ohh please berhenti minta maaf, kamu membuatku seperti orang yang jahat"

"setelah kau selesai kami akan memulangkanmu. tapi kami harap kau menjaga rahasia" ujar sang raja.

Mendengar bahwa anna dibawa paksa kesini membuat bucky sedih.
Gadis itu tidak akan mungkin ingin membantunya dengan suka rela setelah ia nyaris membunuhnya.

"kau tau kalau bersembunyi bukan solusi yang baik, tidak saat kau adalah sebuah negara atau kerajaan" ujar anna sedikit menyindir.

T'challa menatapnya.
"ini masalahku kau tidak perlu menghawatirkannya" ujar t'challa tegas.

"yah aku bisa menjaga rahasia"

"terima kasih miss hallday. aku menghargai kebaikan hatimu" puji t'challa.

"aku mulai risih dengan panggilan formal ini.. anna saja sudah cukup"

"jadi bagaimana cara kau akan membantunya?" tanya steve ragu.

Anna tersenyum.
"kapan kita akan mulai?" tanya anna menghiraukan pertanyaan steve.

••••

T'challa menuntun mereka ke sebuah ruangan. Ruangan itu lebih besar dibanding ruangan tadi, terdapat jendela besar yang mengarah ke luar.

T'challa menyapa gadis yang ada diruangan itu dengan riang.

"brother" panggil gadis itu seraya memberi salam khusus ala mereka.

"perkenalkan ini shuri adikku"

Anna tersenyum ramah.

"jadi ini dokter yang kau bilang?? kau tidak bilang dia secantik ini" tanya shuri pada kakaknya.

"namaku anna hallday senang bertemu denganmu shuri"

Shuri pun memeluk anna.
"senang bertemu jenius lain selain diriku. aku sudah mulai muak dengan orang - orang membosankan disini" ujar shuri dengan ceria.

"sepertinya kau akan kecewa"

Shuri tertawa mendengarnya.
"cantik, pintar dan rendah hati.. kau sahabatku mulai detik ini"

Anna hanya tertawa malu dengan semua pujian itu.

Shuri pun mengajak anna keruangan disebelah ruangannya itu meninggalkan para pria di lab miliknya.

"ini adalah lab pribadimu mulai sekarang" ujar shuri seraya membentangkan kedua tangannya.

"terima kasih"

Shuri menjelaskan cara kerja alat yang ada disana dan dengan cepat anna mengerti seperti sudah memakainya puluhan tahun.

"baiklah waktunya kerja.. terima kasih shuri sudah memberikan bagian dari lab mu padaku"

Shuri tersenyum.
"dengan senang hati. aku akan memanggil pasienmu dok" ujar shuri seraya meninggalkan ruangan itu.

Setelah beberapa menit bucky datang.
Anna menunjuk kearah meja didekatnya menyuruh bucky duduk disana.

Anna mulai menempelkan alat di ujung alis bucky dan memainkan tablet yang ia pegang.

Bucky memperhatikan gerak gerik anna dengan seksama seperti anna akan menghilang jika dia mengalihkan pandangannya.

Merasa ditatap anna pun menatap balik mata biru itu.

"apa kau punya pertanyaan mr. barnes?"

Bucky menggeleng dan menunduk malu karena tertangkap basah menatap gadis itu.

Anna kembali pada tabletnya. Ia membuat wajah sedih dan khawatir.

"bolehkah aku bertanya mr. barnes?"

"bucky" ujar bucky dan mengangguk mengijinkan anna untuk bertanya.

"akhirnya kau memperkenalkan diri" ujar anna seraya menaikan sebelah alisnya.

"seberapa banyak memori yang kau ingat?" lanjut anna.

"tidak banyak. setiap hari ingatan itu akan muncul.. kadang berupa mimpi.. aku tidak yakin apa itu benar ingatan atau hanya mimpi"

Muka bucky berubah. Tatapan matanya sedih dengan raut wajah seperti kehilangan arah.

Anna menatapnya lembut, ia merasa sedih mendengarnya tapi ia tidak bisa mengubah apapun dimasa lalu.

"bagaimana perasanmu?"

Mendengar pertanyaan itu bucky menatap mata hitam itu heran.

"baik...?" ujar bucky terdengar seperti pertanyaan dibanding pernyataan.

"tidak ada satu orang pun yang merasa baik - baik saja jika berada disituasimu itu bucky" ujar anna lembut.

"maksudku saat kau mendapat memori buruk atau baik apa yang kau rasakan" lanjut anna

Bucky tersenyum tipis, mendengar suara anna membuatnya tenang.
Ia sama sekali tidak risih ditanya hal yang sensitive.

Jika yang bertanya steve mungkin dia akan menghindar pertanyaan itu.

"rasanya senang dan damai saat mendapat memori yang indah terutama tentang adikku" bucky tersenyum saat membahas tentang adik perempuannya itu.

anna tersenyum melihat bucky tersenyum.

"saat memori winter soilder datang.."
bucky menghirup nafas dalam dan menghembusnya.

"aku membunuh banyak orang.. beberapa orang tidak bersalah ikut terbunuh hanya karena menyaksikan kekejamanku" ujar bucky matanya mulai berair.

"im a monster anna" lirih bucky.

Mendengar hal itu anna memeluk bucky mencoba menenangkannya.

"kau bukan monster bucky" anna menepuk punggung bucky teratur.

"seseorang yang tidak merasa bersalah sama sekali padahal dia punya pilihan untuk tidak membunuh adalah monster yang sebenarnya"

Anna merasakan pundaknya mulai basah, pria dipelukannya mulai menangis.

"pilihan itu dirampas darimu bucky... kau punya hak menyalahkan orang yang merampasnya darimu"

Bucky membalas pelukan anna mendekapnya untuk lebih dekat dengannya.

____________________

jangan lupaa divote~~~
komen dan share~

The Last Love || Bucky BarnesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang