|CHAPTER 9| MALAM MINGGUAN

1.8K 152 8
                                    

Bila sibuk memakan kripik kentang kesukaannya yang tadi ia beli di kantin. Dia duduk anteng di podium tribun penonton. Matanya sibuk mengabsen dedaunan yang bergoyang ditiup angin. Bisa di bilang dia sendiri di lapangan outdoor ini. Stefan? Dia sedang mengembalikan bola voli di gudang bersama anak voli lainnya.

"Nih." Sosok tangan dengan segelas jus di genggamannya.

Bila refleks menoleh. Stefan, cowo itu menyodorkan jus untuk Bila di tangan kanannya, sedangkan di tangan kiri ada jus yang berbeda warna.

"Dari tadi nyemil mulu kagak minum-minum," ucap Stefan.

"Ini ada minum." Bila memperlihatkan sebotol air mineral yang sudah habis setengah.

"Ini lebih enak, manis."

"Ini lebih sehat," balas Bila.

"Udah terima aja." Dengan sedikit memaksa jus berwarna putih itu pun berhasil berada di tangan Bila.

"Makasih kak," ucapnya.

"Hm, sama-sama." Stefan terlihat menusuk gelas miliknya menggunakan sedotan plastik.

"Btw ini rasa apa? Kok beda warnanya?"

Stefan meneguk sedikit jusnya sebelum menjawab pertanyaan Bila. "Punya gue alpukat, lo sirsak."

"Ihh aku lebih suka alpukatt," ucap Bila sedikit merengek.

"Tadi alpukatnya habis, tinggal itu." Bila hanya mendesah pasrah.

"Mau tuker?" tawar Stefan.

Bila mengulum senyumnya. Tipe cowo yang peka ternyata Stefan ini.

"Nih tuker. Lo yang alpukat. Sedotannya ganti aja kalo lo jijik."

Bila tak dapat menyembunyikan senyumnya lagi. Manis sekali cowo ini. Ia menerima jus alpukat bekas Stefan, lalu meneguknya pelan.

"Loh?" Stefan sedikit kaget karena Bila langsung meminumnya begitu saja tanpa mengganti sedotan.

"Nanti kalo ganti sedotan rasanya kecampur." Bila beralibi.

Senyum Stefan pun terbit. Ia benar-benar terjatuh pada pesona seorang Nabila Andrianka. Semoga saja Bila juga merasakannya.

Mereka diam. Stefan terus meminum jusnya dengan tatapan lurus, menatap net voli yang memiliki tinggi lebih dari dua meter tersebut.

Bila pun juga diam. Matanya menatap pada cowo yang duduk disebelah kirinya,  lebih tepatnya pada tangan Stefan yang terlihat merah. Apa itu sakit? Bila bergerak untuk menyentuh tangan Stefan, namun ia urungkan kembali.

Stefan yang mengetahui itu hanya tersenyum kecil. "Pegang aja lagi, kalo mau pegang." Tanpa basa-basi Stefan menggenggam tangan mungil Bila.

Bila mematung di tempatnya. Jantungnya sudah berdebar tak karuan. Dengan grogi, ia melepaskan tangan Stefan yang menggenggamnya.

"E-enggak, cuma tangan kak Stefan keliatan merah. Sakit gak kak?"

"Engga, udah biasa. Namanya juga main voli pasti tangannya merah lah."

"Kak Stef dari kapan main voli?"

"Dari SD." Jawab Stefan singkat lalu kembali menegak jus miliknya.

"Eh btw hari ini hari apa?" Stefan berbasa-basi

"Jumat?" jawab Bila.

"Weekend nih, jalan yuk," ucap Stefan.

"Kapan?"

"Terserah lo nya aja, biasanya kapan. Nanti malem, atau malem Minggu juga boleh."

"Kalo nanti malem emang kak Stefan gak kecapekan? Malem Minggu aja boleh."

BILA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang