Kediaman Andrianka masih diselimuti duka. Rangkaian bunga masih terus berdatangan memenuhi halaman rumah.
Pelayat juga terus berdatangan yang didominasi rekan kerja Narendra. Lantunan surah Yasin juga terus bersahut-sahutan dari para pelayat.
Rayana, wanita itu sedari tadi tak henti menangis. Ia menatap sendu sosok suaminya yang sudah terbujur kaku.
Narendra, pria itu ditemukan tidak bernyawa dengan kondisi tersenyum memeluk makan Anindya. Tepat beberapa jam setelah Bila dimakamkan.
"Mas bangun mas!" ucap Rayana lirih di depan tubuh sang suami.
"Kamu pengen tau hasil pemeriksaan aku tadi kan?"
"Ayo buka mata kamu!"
Rayana merogoh kertas yang tadi ia simpan di dalam tasnya. Ia memperlihatkan kepada sang suami yang telah tiada. Siapapun yang melihat, dibuat tersentuh karenanya.
"Lihat mas! Buka mata kamu!"
"Ayo bangun! Bangun mas!"
"Setidaknya sebentar saja. Setidaknya kamu tau kalau aku hamil. Bangun mas!"
Ia menatap nanar hasil USG miliknya. Di sana sudah terlihat janin yang kecil.
Rayana sudah lelah meronta. Ia hanya duduk dengan pandangan yang tak lepas dari tubuh kaku Narendra.
Ia benar-benar hancur hari ini. Putri sulungnya yang pergi terlebih dahulu. Suaminya yang juga ikut menyusul. Ditambah Zeela yang dinyatakan koma pasca operasi jantung.
Apakah sebesar itu kesalahannya sampai semesta menghukumnya begitu berat.
Kini, alasannya hidup hanya janin yang ada di rahimnya.
~~~
Rayana menatap gundukan tanah yang masih terlihat baru tersebut. Narendra, benar-benar pergi meninggalkannya.
Rayana duduk di depan nisan sang suami. "Kamu beneran ninggalin aku mas?"
"Anindya." Rayana mengelus nisan tepat di samping makam Narendra. "Kamu beruntung ya, aku iri sama kamu."
"Yang harus kamu ketahui. Kamu lah cinta pertama dan terakhirnya Narendra. Aku saksi bagaimana Narendra sebegitu dalam mencintai kamu."
"Maaf aku sempat hadir di tengah-tengah kalian. Maaf aku sempat egois meminta Narendra dan Bila untuk menjadi milikku."
Rayana terkekeh pelan. "Itu semua tidak mungkin terjadi. Karna memang Bila dan Narendra hanya milikmu. Mereka ditakdirkan untuk mu."
"Terima kasih, aku diperbolehkan bersama mereka walau sebentar."
"Yang tenang di sana ya."
Empat gundukan tanah yang berjejer rapih. Narendra, Anindya dan kedua putri kembarnya Nabila dan Nadira, mereka pergi di tanggal dan bulan yang sama. Tepat dimana twins dilahirkan. Karena mereka berempat ditakdirkan bersama.
Rayana bangkit dari duduknya. "Aku pamit. Terima kasih atas semuanya."
Kakinya perlahan melangkah menjauh. Kepalanya tertunduk, melihat kakinya yang melangkah di antara tanah merah.
Sekarang dirinya benar-benar sendiri. Menjalani kehidupan sendirian diselimuti rasa menyesal dan bersalah.
~~~
Rayana duduk sendiri di taman halaman belakang rumahnya. Memandang sendu ranting-ranting yang bergerak ditiup angin malam.
Tadi malam, semuanya masih bersamanya. Kini, ia sendiri. Sendiri menghadapi hidup dalam penyesalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BILA [END]
Ficção AdolescenteSEQUEL OF ANINDYA!! ~~ Singkatnya tentang Bila yang ingin dipeluk mama:) ~~ Nabila Sheira Andrianka atau kerap disapa Bila, merupakan anak sulung dari keluarga Andrianka. Bila mempunyai mimpi sederhana, yaitu dipeluk mama. Sedari kecil Bila tak pern...