Narendra baru pulang dari kantor malam-malam sekali. Ia mendapat laporan jika perusahaan miliknya yang ada di Jakarta mengalami kerugian karena ada beberapa orang yang berkorupsi.
Dia mendudukan tubuhnya sejenak di ruang tengah. Rumah sudah terlihat sepi, lampu utama sudah mati di gantikan lampu-lampu kecil di sudut ruangan.
Narendra mengusap wajahnya kasar. Ini tentang Bila, lagi-lagi ia ingkar pada putri kecilnya itu.
"Papa ayo kita ke pantai!"
Pekikan itu terdengar dari suara Zeela yang ada di kursi belakang. Mereka baru saja selesai melaksanakan cek up rutin untuk Zeela.
Narendra melirik ke arah spion. "Nanti ya, kita pulang dulu. Ajak kak Bila," balas Narendra.
"Tapi mas, perjalanan dari sini ke pantai lebih deket dari pada sini ke rumah," ucap Rayana.
Narendra melirik ke arah samping, di sana istrinya berada. "Tapi Na, Bila juga pengen ke pantai. Aku udah janji ajak dia ke pantai hari ini. Kita pulang dulu, kita ajak Bila," putus Narendra.
"Kamu gak kasian sama Zeela mas? Dia baru dari rumah sakit, terus sekarang kamu ajak muter-muter gini? Jauh loh mas jaraknya."
"Kalau gitu kita gak usah ke pantai aja."
"Terus kamu tega, lihat Zeela kecewa? Dia pengen ke pantai, apa susahnya sih mas?"
"Dan kamu tega lihat Bila kecewa? Dia juga pengen! NGERTIIN DONG NA!"
Zeela ketakutan di belakang. Memang ia tak jarang mendengar papa mamanya cekcok. Namun hanya mendengar tak sampai melihat di depan matanya secara langsung seperti saat ini.
Narendra mengusap wajahnya kasar. Ia kelepasan berteriak di depan putrinya. Ia mengalah, tak ingin memperpanjang perdebatannya dengan sang istri. Ia membelokkan stir ke arah pantai.
Ban mobil Narendra perlahan memasuki kawasan pantai. Hamparan pasir putih terasa menyejukkan mata, deburan ombak pantai terasa menenangkan hati.
Zeela keluar dari dalam mobil. Perlahan tapi pasti kakinya membawa hingga bibir pantai. Air laut bercampur pasir putih tak henti-hentinya menabrakkan diri di kaki Zeela. Mata Zeela berbinar melihat birunya air laut yang seakan menyatu dengan langit.
Senyum Narendra terbit melihat anak bungsunya yang sibuk bermain air. Namun, sepersekian detik berikutnya senyumnya luntur begitu saja, mengingat ada Bila yang menunggunya di rumah.
Setelah berdepat panjang dengan Rayana dan setelah meminta izin pada putrinya, Narendra pun segera memasuki mobil, ia harus menjemput Bila. Tidak mungkin ia mengingkari janjinya lagi pada putri kesayangannya itu.
Narendra terus mengegas mobilnya, melewati lengangnya jalan sepanjang pantai. Hingga ponselnya berdering. Ada nama sekretarisnya tertera disana. Narendra menyumpal telinga menggunakan earphone bluetooth miliknya. Mendengarkan dengan serius apa yang sekretarisnya omongkan.
Narendra memukul stirnya setelah sambungan telepon selesai. Bisa-bisanya ia kecolongan seperti ini. Perusahaan mengalami kerugian karena ada beberapa oknum yang berkorupsi, dan naasnya oknum tersebut merupakan salah satu orang kepercayaan Narendra.
Tanpa pikir panjang, ia langsung membelokkan stir ke arah kantor. Sampai ia lupa dengan tujuan, yaitu Bila.
Narendra menghembuskan nafas sebentar sebelum bangkit dari sofa. Kakinya melangkah satu persatu menaiki tangga. Tujuannya saat ini adalah kamar Bila.
Cklek..
Pintu kamar terbuka. Nampak ada Bila yang tidur bak kepompong. Selimut membungkus tubuh mungil itu rapat hingga mulut, menyisakan hidung hingga rambut.
KAMU SEDANG MEMBACA
BILA [END]
Teen FictionSEQUEL OF ANINDYA!! ~~ Singkatnya tentang Bila yang ingin dipeluk mama:) ~~ Nabila Sheira Andrianka atau kerap disapa Bila, merupakan anak sulung dari keluarga Andrianka. Bila mempunyai mimpi sederhana, yaitu dipeluk mama. Sedari kecil Bila tak pern...