|CHAPTER 5| STEFANO BAGASKARA

2.5K 142 5
                                    

"Pagi ma." Bila dengan seragam yang belum diupgrade itu turun dengan riangnya, akhirnya setelah sekian lama ia sarapan dengan papa kembali.

"Papa belum turun ma?" tanya Bila.

"Papa kamu udah pergi lagi," jawab Rayana.

Wajah ceria Bila berubah seketika. Papa nya pergi lagi? Ia menghembuskan nafasnya. Ia masih rindu papa. Ia ingin di antar papa ke sekolah.

Bila duduk di meja makan dengan lemas. Mengambil roti lalu ia oles dengan selai coklat kesukaannya. Melahapnya perlahan.

"Jangan cuma makan roti Bil, dimakan nasinya. Nanti pingsan lagi," ucap Rayana.

Bila mendongak. Tak terasa terbit senyum tipis dari bibirnya. Ia senang mamanya perduli padanya.

"Boleh ambilin ma?" ucap Bila takut-takut.

"Kamu punya tangan kan?" balas Rayana yang membuat senyum Bila langsung lenyap seketika.

Bila lalu mengambil nasi beserta sayur untuk sarapannya pagi ini.

"Pagi ma!" ucap Zeela dari anak tangga.

"Pagi sayang," balas Rayana.

"Pagi kak!"

Bila menoleh kepada adiknya. "Pagi Zee."

"Papa mana ma?"

"Papa kerja sayang."

"Yah, padahal Zeela masih kangen papa." Zeela pun duduk tepat di samping Bila.

"Mau sarapan sama apa sayang?"

Zeela menengok ke arah kakaknya yang sedang khusyuk memakan makanannya. "Sama kayak kak Bila mah."

"Sini mama ambilin." Renita mengambil nasi lengkap sayur dengan lauk untuk putri kesayangannya

Bila menatapnya dengan miris. Ia tadi minta untuk di ambilkan tidak boleh. Namun saat Zeela, mamanya dengan sigap menyiapkan semuanya. Bolehkan Ia iri? Bila menggeleng cepat, ia tak sepatutnya iri.

Setelah menghabiskan makanan miliknya Bila langsung bangkit bari duduk. "Bila berangkat dulu ma. Bye Zee take care ya."

"Too kak!"

Bila melangkah lunglai hingga sampai depan rumah. Sudah ada pak Agus yang menunggu disana.

"Eh non Bila, kok keliatan sedih gitu kenapa?" tanya pak Agus.

"Papa," jawab Bila lirih bahkan hampir tak terdengar.

"Papa bener udah pergi lagi pak?" tanya Bila.

"Iya non, tadi bapak pagi-pagi udah keluar."

"Pak Agus yang anter?"

"Naik taksi non, udah saya tawarin bapak gak mau."

"Bawa koper gak pak?"

"Bawa non."

Bila menghela nafasnya lagi. Secepat itukah papanya pergi? Apakah papa tak rindu dengannya.

"Ayo pak, berangkat.'

"Iya non."

"Pak Agus udah sembuh kan?"

"Non Bila bisa lihat sendiri, saya sudah seger gini," ucap pak Agus sedikit terkekeh.

~~~

Bila berjalan sendiri memasuki sekolah. Seperti biasa rambutnya ia kuncir rapi menjadi satu ke belakang menyisakan poni tipis yang menutupi dahinya.

Kepalanya tertunduk, melihat langkah kakinya sendiri. Pikirannya masih tertuju pada papanya. Ia masih rindu papa. Ia masih ingin main bersama sang papa.

BILA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang