|CHAPTER 13| LUCU BANGET

1.9K 146 23
                                    

Udah lama ga nulis, jadi agak lupa sama alur. Maaf kalo gak nyambung.

Ga direvisi jadi jangan lupa tandai typo!

-happy reading-

~~

Pandangan Bila tak teralih pada jalan raya di depannya. Ia berada di depan gerbang sekolahnya sendirian. Ia diam, duduk berlesehan sambil menyandarkan dirinya ke gerbang sekolah.

Ia sengaja tak menelpon pak Agus untuk menjemputnya. Papa? Papanya tadi pagi sudah pergi ke luar kota untuk mengurusi perusahaannya yang lain. Itulah yang membuat Bila berdiam disini. Papanya belum jadi mengajaknya ke pantai dan sekarang lelaki itu sudah pergi lagi.

Bila terus merenung sampai tak menyadari ada orang yang sempat terkaget karena dirinya.

"Woi lo kenapa jadi gelandangan disini?" ucap Alva tanpa menyaring terlebih dahulu ucapannya.

Bila hanya melirik sekilas, setelahnya ia kembali fokus dengan jalan raya didepannya.

Alva mengerti sekarang. Ia memilih ikut duduk bersila di samping Bila. "Lo kenapa? Ada masalah?" tanya Alva lembut.

Bila menggeleng.

"Kenapa belum pulang?"

Bila mengedikkan bahunya.

"Yaudah kalo lo ga mau cerita sama gue, yang penting jangan pendem masalah lo sendiri. Gue tinggal bentar ya." Alva bangkit dari duduknya, ia menyempatkan mengacak rambut Bila sebelum pergi.

Bila terus memandangi tubuh tegap Alva yang sedikit berlari saat menyebrang jalan. Hingga terlihat Alva memasuki sebuah kedai fotokopi yang tepat di depan sekolah.

Tak lama, Alva kembali dengan setumpuk kertas di tangannya. Terlihat kepalanya menengok ke kanan ke kiri sebelum menyebrang jalan.

"Kak Alva ngapain harus capek-capek nyebrang kalau di sekolahan ada," ucap Bila saat dirasa Alva sudah dekat.

"Tinta di sekolahan habis, ini sekalian beli." Alva memamerkan botol tinta yang baru saja ia beli.

"Gue masuk dulu ya, udah di tungguin Bu Endang soalnya. Lo tau sendiri kan, Bu Endang galaknya masyaallah," cerocos Alva.

Terlihat Bila sedikit mengerutkan keningnya.

"Aish! Gue lupa lo masih kelas sepuluh belum di ajar Bu Endang. Gue doain deh, lo gak ketemu nenek lampir itu."

Bila sedikit menarik sudut bibirnya sambil menggelengkan kepala. Ia menatap punggung Alva yang menjauh, masuk kedalam lingkungan sekolah.

~~

Stefan berjalan menuju parkiran bersama teman-teman voli lainnya. Tidak, ia merasa seorang diri di sini. Teman-temannya sibuk dengan pasangan masing-masing.

Ia jadi teringat Bila, biasanya gadis itu yang menemaninya. Namun, sudah dua hari ini Bila absen. Dichat pun hanya dijawab seadanya, ditelepon juga selalu beralasan. Entah memang benar Bila menjauh atau perasaannya saja, Stefan tak tau pasti.

Satu per satu temannya sudah keluar dari sekolah dengan membonceng kekasih masing-masing. Tersisa dirinya yang berada paling terakhir.

Sampai di gerbang, Stefan menangkap sosok yang selama ini ia cari. Gadis itu sedang duduk sendirian. Stefan lantas turun dari motornya.

"Bila," panggil Stefan lembut.

Bila menoleh, ia terlihat sedikit kaget melihat sosok Stefan.

"Bil, ada sesuatu yang gue mau omongin," ucap Stefan. Cowok itu memilih duduk di samping Bila yang berlesehan.

BILA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang