|CHAPTER 19| COKLAT DARI PAPA

1.9K 177 25
                                    

Sudah satu Minggu berlalu. Di hari Minggu ini Bila hanya rebahan dan berguling-guling di atas kasur. Alva? Cowok itu sedang sibuk dengan kafenya.

Sebenarnya ada satu hal yang Bila tunggu. Narendra, semalam pria itu bilang akan pulang hari ini. Namun, hingga hari hampir siang belum ada kabar juga, menelepon pun tidak.

Bila melihat ke bingkai foto kecil yang ada di atas nakas samping tempat tidurnya. Foto dirinya sepuluh tahun silam yang tertawa bahagia di pundak Narendra. Bila semakin rindu papa.

Kakinya turun dari kasur. Melangkah perlahan keluar kamar. Sepi, di lantai dua tak ada siapa-siapa. Kakinya terus melangkah memijaki anak tangga. Tujuannya saat ini adalah dapur.

Sesampainya di dapur, Bila langsung membuka kulkas. Hawa dingin terasa saat pintu kulkas terbuka lebar.

Matanya mencari-cari sesuatu, tangannya juga berusaha meraba rak kulkas.

Nihil...

Dark chocolate yang ia simpan hilang. Dark chocolate dari papanya, dark chocolate yang sudah ia simpan satu bulan, yang ia makan sedikit demi sedikit kala ia rindu dengan Narendra. Hanya coklat itu yang dapat mengurangi rasa rindunya pada sang papa.

Bila menutup pintu kulkas kembali.

"Bik, bik Siti," panggil Bila pada asisten rumah tangganya.

Wanita paruh baya itu datang. "Iya non?"

"Bik Siti lihat coklat Bila gak?"

Terlihat Bik Siti mengenyitkan alisnya. "Oh tadi kayaknya diambil non Zeela, non."

"Oh makasih ya bik."

"Baik non." Bik Siti pun lantas pergi.

Bila pun melangkahkan kakinya menuju ruang tengah. Terdengar suara tawa dari sana. Mungkin Zeela dan mamanya sedang bersenda gurau. Bila tersenyum miris, ia bahkan lupa kapan terakhir kali tertawa bersama mama.

Bolehkan Bila iri? Ia iri dengan Zeela yang diperlakukan lebih, yang selalu disiapkan makan, selalu dipeluk, selalu diucapkan selamat tidur, Bila juga ingin ma. Bila menghela nafasnya mengurangi rasa sesak yang seolah menghimpit dada.

"Zee," panggil Bila.

Gadis dua belas tahun itu menoleh. "Iya kak?"

"Kamu lihat coklat kakak yang ada di kulkas gak?"

"Oh, coklat ini kak?" Zeela memperlihatkan coklat yang hanya tersisa bungkusnya saja.

Bila cengo. "Kamu habisin Zee?" tanya Bila tak percaya.

"Tinggal dikit kak, jadi Zeela habisin aja deh."

"Zee, kamu tahu ini coklat dari papa kan?"

Zeela mengangguk. Ia sebenarnya juga mendapat jatah coklat yang sama dari papa, tapi selalu habis hari itu juga. Coklat dari papanya benar-benar enak.

"Zee, itu kan punya kakak," ucap Bila lirih.

"Udah lah Bil, coklat gituan doang. Bisa beli lagi kan?" ucap Rayana menengahi.

"Beda ma! Itu coklat dari papa!"

"Halah coklat begituan banyak di minimarket. Udah gak usah diperpanjang, cuma coklat doang."

"Mama bilang cuma?" ucap Bila dengan nada bergetar.

"Itu coklat dari papa ma, coklat yang ngingetin Bila kalo kangen papa."

"Udah lah Bil, Jangan lebay! Itu cuma coklat! Nanti mama ganti yang lebih mahal."

"Bukan masalah mahal atau murah ma! Ini tentang papa! Cuma papa yang ngertiin Bila, cuma papa yang sayang sama Bila dan dengan adanya coklat itu, Bila ngerasain papa selalu ada buat Bila. Gak kaya mama!"

"Beraninya kamu!!"

Bila dan Zeela tersentak mendengar nada tinggi dari lisan Rayana.

"Zeela masuk kamar!" titah perempuan itu tegas.

"Tapi ma?" ucap Zeela yang hampir menangis.

"Masuk mama bilang!"

Zeela buru-buru menaiki tangga, dan masuk ke kamarnya dengan pandangan memburam. Sekali ia berkedip dapat dipastikan setetes air mata jatuh dari sana.

Bila menunduk dalam. Air matanya pun sudah berlomba-lomba keluar. "Bila capek ma," lirih Bila.

"Bila iri sama Zeela. Bila juga pengen kayak Zeela, pengen deket sama mama, pengen disayang mama, diambilin makan sama mama, diucapin selamat tidur kalo malem, di peluk mama. Bila bisa ngerasain itu gak ma?"

"Gak! Saya gak sudi ngelakuin itu buat kamu!"

Bila tak bisa menahan isakannya lagi.

"Kamu bukan Zeela, dan kamu gak akan dapetin itu semua dari saya," ucap Rayana datar.

Bila mendongak. Wajahnya memerah dengan pipi yang sudah basah. "Kenapa ma? Bila yakin ada alasan lain selain penyakit Zeela."

"JANGAN PERNAH BICARA SEPERTI ITU!! ANAK SAYA SEHAT!! DIA GAK KURANG APAPUN!"

Bila tersentak kaget. Ia menatap mama nya tak percaya. Selama hampir 16 tahun ia hidup tak pernah dibentak sekasar itu oleh siapapun.

"Kamu mau tau alasannya?" Bila mengangguk.

"KARNA KAMU BUKAN ANAK SAYA!!"

Tubuh Bila membeku. Matanya memanas. Fakta mengejutkan apa lagi ini?

Bila tertawa, ia tak mempercayai ucapan Rayana. "Mama bohong kan?" ucap Bila pelan.

"Kenapa? gak percaya? Tanya aja sana sama papa kamu."

"MAMA BOHONG KAN?!" teriak Bila. Dirinya sudah lepas kendali. Rambutnya sudah acak-acakan ia jambaki sendiri.

"SAYA TEKANKAN SEKALI LAGI! KAMU BUKAN ANAK SAYA!!"

"KAMU BUKAN ANAK SAYA NABILA!!" tekan Rayana sekali lagi.

BRAKK..

"RAYANA!!"







.
.
.

Maaf bab ini pendek. Aku baca ulang ternyata gak kerasa feel nya guys😞

Segitu dulu, see you next part
Papaayyy 💃

BILA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang