|CHAPTER 16| MANTAN KETOS

1.6K 140 8
                                    

Bila sudah rapi dengan seragam osisnya. Dasinya baru saja ia ikat. Minus ikat pinggangnya yang belum ia pasang, entah kemana hilangnya benda itu. Masih menjadi misteri, mengapa setiap Senin pagi benda-benda penting itu mendadak menghilang.

Tok tok tok..

Pintu kamarnya langsung terbuka setelah beberapa kali terketuk.

"Ya ma?" tanya Bila pada mamanya.

"Di depan ada cowok yang kemarin jalan sama kamu," ucap Rayana memberi tahu.

"Ha?" Bila cengo. Perasaan ia tak berjanjian dengan siapapun pagi ini.

"MAMA KAOS KAKI ZEELA HILANG SATU!" teriak Zeela dari kamarnya.

"Ada di lemari bagian bawah! Cari lagi sayang." Rayana pun langsung beranjak ke kamar Zeela.

Bila tersenyum kecil mendengar teriakkan adiknya. Betulkan, bukan hanya ia yang sering kehilangan benda-benda penting itu di Senin pagi.

Bedanya, Zeela selalu di bantu mama menemukan barang itu. Berbeda dengan Bila yang mencarinya sendiri. Pernah suatu hari ia melakukan persis apa yang Zeela lakukan tadi.

"Makannya kalo taroh barang itu jangan sembarangan! Nyari juga pake mata!" ucap Rayana kala itu.

Berbeda sekali bukan? Kadang Bila kasihan terhadap dirinya sendiri.

Bila langsung tersadar dari lamunannya. Ia berjalan menuju jendela kamar, menyibak gorden lalu melihat ke bawah. Benar saja ada Alva yang sudah berada di depan, penampilan cowok itu terlihat berbeda pagi ini, selain seragam osis, Alva juga memakai jas almamater SMA. Terlihat cowok itu sedang asyik mengobrol dengan pak Agus di depan gerbang rumahnya.

Bila segera menyelesaikan urusannya. Masalah ikat pinggang yang hilang belum ketemu juga. Bila keluar dari kamarnya sambil menenteng tas berwarna hijau macca miliknya.

Saat melewati kamar Zeela, terdengar suara mama ada disana. Mungkin saja kaos kaki Zeela belum ketemu.

Bila menuruni tangga satu persatu.

"Non sarapan dulu," ucap bik Siti yang sedang menata hidangan untuk sarapan pagi ini.

"Nanti bik," ucap Bila lalu keluar begitu saja.

Setelah memakai sepatunya, Bila lantas berlari kecil sepanjang halaman, membuat tas yang ia gendong ikut naik turun seirama dengan langkah kakinya

"Kak Alva ngapain disini?" tanya Bila saat sudah berada di hadapan cowok itu.

"Jemput lo," jawab Alva.

"Kok gak ngabarin dulu?"

"Terlanjur, gue nya juga udah disini," jawab Alva.

"Itu ikat pinggang kemana?" tanya Alva yang tak melihat benda hitam itu di pinggang Bila.

"Hilang," cicit Bila.

"Ck!" Alva bangkit dari duduknya. Melepas ikat pinggang miliknya.

"Pake." Alva menyerahkan ikat pinggang miliknya untuk Bila. "Gue gak mau ngehukum lo yang berakhir lo pingsan lagi."

"Kak Alva nanti gimana?"

"Ntar gampang."

Bila pun menerimanya. Lalu memakainya di sana juga.

"Mau berangkat sekarang?" tawar Alva.

Bila mengangguk. "Iya."

"Saya pamit dulu ya pak, kapan-kapan kita ngobrol lagi," ucap Alva pada pak Agus yang sedari tadi ada disana.

"Siap den!"

Alva pun menaiki motornya, memakai helm full face miliknya tak lupa memberikan helm untuk Bila.

BILA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang