|CHAPTER 31| NAREN

3.9K 194 6
                                    

Semua orang yang ada di sana berdiri dengan rasa cemas. Dokter sudah sedari tadi masuk ke ruang Bila dengan terburu-buru.

Dokter yang terlihat lebih dari setengah abad keluar. "Silahkan masuk, pasien ingin bertemu."

Mereka pun masuk, dengan Narendra yang ada di paling depan. Hati pria itu bak di tusuk besi panas. Melihat putrinya yang terbujur lemah membuatnya merasa tak becus menjadi seorang ayah.

"Bila," panggil Narendra pelan.

Bila menoleh perlahan ke arah Narendra. "Papa," ucap Bila sangat pelan, bahkan hampir tak terdengar.

Bila menatap semua orang yang ada di sana. Tatapannya teralih pada Alva. Cowok itu sudah menangis tersedu-sedu, ingin sekali dirinya tertawa karena melihat Alva seperti itu.

Ada seseorang yang Bila tak lihat di sini.

"Zeela?" tanya Bila lirih.

Narendra menangkup pipi sang putri, mengelusnya sangat lembut. "Zeela ada sayang, sekarang Bila harus sembuh dulu ya. Nanti main lagi sama Zeela."

Bila tersenyum, ia menggeleng tipis. Ia dapat pastikan jantung Zeela melemah akibat kaget mendengar kabarnya.

"Bila mau kasih jantung Bila buat Zeela," ucap Bila dengan tersendat-sendat.

Rayana yang mendengar itu langsung menggeleng cepat. "Enggak sayang, mama gak izinin. Bila hari ini ulang tahun kan sayang? Mama udah siapin surprise loh. Katanya Bila juga mau makan masakan spesial dari mama. Ayo kak Bila harus semangat ya! Bila nya mama kuat. Bila pasti sembuh."

Air mata Narendra tak dapat ia bendung. "Papa belum ajak Bila main ke pantai kan? Ayo sayang, kita rayain ulang tahun Bila di pantai, mau kan?"

Bila tersenyum, ia mengangguk kecil. Tapi satu hal yang membuat Bila takut. Ia dapat melihat bundanya ada di sini sedari tadi.

Wanita itu terus tersenyum lembut ke arahnya, Anindya tak sendiri di sampingnya ada Nadira yang juga tersenyum ke arah Bila dengan manis.

"Bila." Oma memanggil Bila dengan suara lembut.

Bila menoleh, lagi-lagi ia hanya bisa tersenyum kecil.

"Bila Oma minta maaf ya nak, Oma opa minta maaf sama kamu. Maaf kami selalu membandingkan kamu sama Zeela. Maaf kami–"

Bila menggeleng, membuat ucapan Oma berhenti. "Oma opa enggak salah."

Bila menatap Narendra yang setia menggenggam tangannya. "Papa... Sakit," ucapnya seraya mengadu.

"Mana yang sakit sayang? Bilang sama papa." Suara Narendra bergetar, ia gagal menahan isakannya.

Mata Bila menatap lurus langit-langit rumah sakit. Kilasan Bila kecil memenuhi otaknya. Sosok Bila kecil yang selalu Narendra lindungi. Bila bangga memiliki Narendra sebagai papanya. Superhero nya yang selalu ada untuk putrinya.

"Tolong penuhi keinginan terakhir Bila untuk mendonorkan jantung Bila buat Zeela ya pa?"

Narendra menggeleng cepat. "Bila harus sembuh. Zeela juga pasti sembuh, nanti papa cari pendonor buat Zeela. Nanti kalau kalian sembuh kita makan es krim bertiga lagi ya?"

"Bila belum tepatin janji makan es krim bertiga sama Zeela loh."

"Bila minta maaf, Bila gak bisa tepatin."

"Bisa! Bila harus Bisa! Mama juga mau ikut. Mama belum pernah makan es krim bareng kalian," sanggah Rayana.

"Bila juga ingin. Tapi..." Bila menatap sudut ruangan. "Bunda ada di sini." Terlihat sudut bibir Bila yang tersenyum bahagia.

BILA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang