Seminggu berlalu, Bila semakin dekat dengan mantan ketos, siapa lagi kalau bukan adiknya Elvira. Bila sudah mengganti panggilan ketos yang menyebalkan menjadi mantan ketos yang baik hati.
Di Sabtu sore ini, Bila sudah berjanjian untuk menemani Alva membeli sesuatu.
"Tumben kak, pake mobil?" tanya Bila yang mendapati Alva tidak membawa motor kesayangannya.
"Lagi pengen aja," jawab Alva.
Mobil Alva melesat meninggalkan rumah Bila. Membelah jalanan ibu kota di Sabtu sore ini. Mobil Alva berhenti saat sampai di depan toko bunga.
Tring..
Begitulah bunyi bel yang ada di pintu saat Alva mendorong pelan pintu kaca tersebut.
"Kak Alva beli bunga buat apa?" tanya Bila sedikit heran.
"Rahasia."
Alva pun terus melihat-lihat bunga yang sekiranya bagus untuk seseorang nanti.
"Lo suka bunga apa?" tanya Alva. Matanya masih mengabsen deretan bunga berwarna merah.
"Gak tau, gak terlalu suka bunga," jawab Bila sekenanya.
"Lo gak alergi bunga kan?"
Bila menggeleng, tangannya sibuk memegang daun dari bunga lili merah muda. "Enggak."
Mata Alva menangkap Bila yang fokus dengan bunga lili merah muda. Nampak cantik.
"Cantik."
Bila refleks menoleh ke arah Alva.
"Bunganya," sambung Alva.
"Gue ambil yang ini aja ya, cantik."
Mereka pun keluar dari toko bunga. Dengan Alva yang membawa sebuket bunga lili tersebut. Wajah cowok itu nampak cerah sekali hari ini.
"Tolong bawain." Alva menyerahkan sebuket bunga agar Bila yang membawanya.
Mereka masuk ke dalam mobil. Kembali membelah jalanan ibu kota. Lagu bertajuk Bukti milik Virgoun memecah keheningan, tak jarang Alva ikut menyumbangkan suaranya. Satu hal yang baru Bila tau, suara Alva merdu juga.
Ban mobil berhenti bergulir tepat di depan kafe milik Alva. Mereka pun masuk ke dalam. Bila menyadari ada yang berbeda dari tempat ini. Di pojok ruangan terdapat panggung kecil lengkap dengan penyanyinya di sana.
"Loh tumben ada yang nyanyi kak kak?"
"Iya, biar pengunjung gak bosen. Kalau lo mau request boleh kok," jawab Alva, bila hanya Bila menggeleng.
Mereka pun duduk di salah satu bangku. Elvira tidak ada di ruangannya. Itu yang membuat Alva tak berani membawa Bila ke ruangan yang hanya ditempati mereka berdua.
"Bunga ini buat apa?" Tanya Bila. Matanya memandang bunga lili yang begitu cantik.
Alva berdeham pelan. "Sebenarnya ya," ucap Alva sedikit berbisik. "Gue mau nembak cewek," ucap Alva dengan senyum yang merekah.
"Oh," hanya itu yang dapat Bila ucapkan. Entah mengapa hatinya sakit mengetahui Alva ingin menembak seorang gadis.
"Lo harus jadi saksi gue nembak dia sih," ucap Alva semangat.
Bila memaksakan senyumnya. "Iya."
Hatinya bagai diremas kencang. Apakah ia mencintai mantan ketos ini? Argh! Bila menyesal telat menyadarinya. Malam ini Alva ingin menembak gadis pujaannya.
"Hm. Aku ijin ke toilet dulu ya kak," ucap Bila yang sudah tak nyaman dengan suasana ini.
Alva mengangguk. "Iya."

KAMU SEDANG MEMBACA
BILA [END]
Ficção AdolescenteSEQUEL OF ANINDYA!! ~~ Singkatnya tentang Bila yang ingin dipeluk mama:) ~~ Nabila Sheira Andrianka atau kerap disapa Bila, merupakan anak sulung dari keluarga Andrianka. Bila mempunyai mimpi sederhana, yaitu dipeluk mama. Sedari kecil Bila tak pern...