|EXTRA CHAPTER 1|

3.8K 155 1
                                        

Haii! Apa kabar men-temen! Sebulan kita tak berjumpa.

Niatnya sih mau nulis epilog, tapi keblabasan, jadi kita anggap ini part 32 aja. Moga kalian gak bosen dan gak lupa alur, tapi jujur aku lupa alur😔🙏

-happy reading-

~~~~

Rayana mengelus perutnya yang sudah mulai terlihat membuncit. Tiga bulan ia lalui sendiri, dan selama tiga bulan ini, Zeela masih enggan membuka mata.

Rayana menggenggam tangan sang putri yang terbebas dari infusan. "Zeela bangun yuk. Udah tiga bulan kamu tidur sayang. Mama di sini sendiri. Bangun yuk sayang, temani Mama."

Nihil. Zeela masih enggan membuka mata. Rayana menghela nafas lelah, tak terasa air matanya mengalir kembali. Rayana menelungkupkan wajah di atas tangannya yang masih menggenggam tangan Zeela– berusaha meredam suara tangisnya.

Tangis Rayana berhenti saat merasakan tangan yang ia genggam terasa bergerak.

"Zee?"

Mata yang setia terpejam tiga bulan itu terlihat bergerak. Hingga perlahan-lahan terlihat terbuka.

"Zeela udah bangun sayang? Mama panggilin dokter dulu," ucap Rayana dengan raut haru.

Dengan cepat Rayana memanggil dokter agar memeriksa kondisi anaknya.

"Alhamdulillah pasien sudah melewati masa komanya. Namun, kita harus tetap memantau perkembangan pasien. Saya permisi dulu, kalau ada sesuatu langsung panggil saya."

"Baik dok, terima kasih."

~~~

Zeela menatap mamanya yang sedang makan di sofa itu dengan tatapan kosong. Sudah satu minggu ia sadar dari koma, dan di mana papanya? Tidak mungkin kan papanya membiarkan mama sendirian mengurus dirinya? Terlebih lagi mama sedang mengandung. Oh, Zeela sempat terkejut mendengar kabar itu.

Mamanya hampir dua puluh empat jam di sini, sesekali ia pulang untuk mencuci pakaian kotor dan mengambil pakaian baru. Tidur pun hanya di sofa itu. Apakah mama dan calon adiknya tidak pegal?

Selama satu minggu di sini, Zeela benar-benar tidak pernah melihat papa menjenguk dirinya, papa tidak mungkin setega itu kan? Lalu Kak Bila? Di mana kakaknya itu berada, apakah Kak Bila sudah sembuh?

Terlalu banyak pertanyaan yang bersarang di otak Zeela. Satu lagi, siapa orang baik yang ikhlas mendonorkan jantung untuknya?

Setiap kali ia bertanya pada Rayana, pasti wanita itu mengelak untuk menjawab. Seberapa banyak kejadian yang ia lewati?

"Zeela mau sesuatu sayang?" Suara Rayana memecah lamunannya.

Zeela menggeleng. "Papa di mana ma?" Pertanyaan itu lagi yang keluar dari bibir Zeela.

"Papa ada sayang. Zeela cepet sembuh ya, nanti kita ketemu papa."

"Kenapa gak papa aja yang ke sini?"

"Papa sibuk sayang."

"Sesibuk itu sampai gak inget sama Zeela? Kak Bila juga!" Terlihat Zeela tampak murung. "Padahal Zeela kangen sama mereka. Zeela belum sempet rayain ulang tahunnya Kak Bila, Zeela belum sempet main ke pantai sama Papa, Mama, Kak Bila."

Rayana menoleh kebelakang saat air matanya hampir terjatuh. "Mama juga belum sempat ngelakuin itu semua sayang. Karena Papa dan Bila sudah lebih dulu meninggalkan kita," batin Rayana.

~~~

Tok tok tok..

Dengan sigap wanita 34 tahun itu membuka pintu kamar inap Zeela.

"Hai, maaf baru kesini setelah sekian lama," ucap Elvira dengan ramahnya.

"Ah tidak apa-apa, mari masuk," balas Rayana.

Elvira dan adiknya pun perlahan masuk mengikuti langkah Rayana.

"Hai Zeela, apa kabar?" tanya Elvira.

"Baik tan."

"Ini tante bawain sesuatu buat kamu."

"Wah, terima kasih tante."

"Sama-sama cantik, cepat sembuh ya." Elvira mengelus kecil surai hitam milik Zeela.

Setelah berbasa-basi sebentar, Elvira mengajak Rayana keluar. Ada hal yang harus Elvira bicarakan.

Alva yang sedari tadi hanya diam, kini mulai bergerak, duduk di samping brankar.

"Hai Zee, udah sembuh kan?" tanya Alva basa-basi.

"Udah dong kak, kan Zeela kuat!"

Alva terkekeh. "Syukurlah."

"Oh ya kak, Zeela mau tanya dong, Kak Bila mana? Kok gak bareng Kak Alva?"

Terdengar Alva menghembuskan nafasnya. "Jangan tanya itu."

"Loh kenapa? Kak Alva marahan sama Kak Bila?"

"Aku mau pergi Zee, aku mau pindah ke luar lagi," ucap Alva tanpa basa-basi.

"Loh, Kak Alva mau ke luar negeri? Kak Alva ninggalin Kak Bila?"

"Bila yang ninggalin aku."

"Kalian putus?"

"Ada hal yang gak bisa aku ceritain."

"Aku pamit Zee, jaga jantung itu baik-baik," lanjut Alva.

"Kak Alva tau siapa orang baik yang donorin jantung ini?"

Alva mengangguk. "Yang pasti orang itu berhati mulia. Jaga jantung itu baik-baik, jangan kecewakan orang yang udah donorin jantung itu buat kamu Zee."

"Pasti kak. Kalau, orang itu masih hidup, pasti Zeela bakal bersimpuh untuk berterima kasih padanya."

Alva mengangguk kecil, ia pun lantas berdiri. Sebelum beranjak ia menyempatkan diri untuk memeluk tubuh Zeela.

Zeela terkaget saat merasakan pelukan erat dari Alva, ditambah punggung tegap itu terasa bergetar.

Alva menangis, ia merasakan dengan jelas detak jantung Bila masih berdetak di tubuh Zeela. Jantung itu masih berfungsi, tapi tidak dengan raganya.

"Kak Alva?" cicit Zeela pelan. Tangannya bergerak dengan ragu untuk menyentuh punggung itu, tapi Zeela urungkan kembali.

Alva melepas pelukannya lalu menghapus air matanya kasar.

"Kalau nanti ketemu sama Bila, bilangin kalau aku sangat mencintainya."

Setelahnya Alva keluar tanpa mengucapkan apa-apa lagi.

~~~

"Maaf aku harus pergi."

"Iya. Itu hak Kak Vira," balas Rayana.

Elvira lantas memeluk tubuh Rayana.

"Kalau ada kesempatan, kita pasti bertemu lagi."

Rayana mengangguk.

"Oh ya, kalian berangkat kapan?"

"Besok pagi, Garuda Indonesia Boeing 727."

"Semoga kalian sampai tujuan dengan selamat ya."

"Aamiin."






.
.
.

Aku buat Si Alva pergi biar nasib Bila gak kayak Anindya. Gak mungkin kan aku jodohin si Zeela sama Alva. Nanti Bila sendiri di alam baka, Alva juga gak mencintai Zeela, Zeela juga ikut sakit nanti.

Okey see you next part..
Papaayyy 💃

BILA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang